Afrika Kuno/Pakaian
Afrika adalah tempat yang luas, sehingga terdapat banyak gaya berpakaian di sana. Selain itu terdapat pula perbedaan berdasarkan berbagai periode waktu di Afrika.
Orang Afrika nampaknya mulai mengenakan pakaian sekitar 180.000 tahun silam, tidak lama setelah Homo sapiens muncul. Awalnya orang membuat pakaian dari kulit hewan. Mereka juga membuat perhiasan dari kerang, telur burung, dan bulu unggas.
Beberapa tahun kemudian, orang mulai membuat pakaian yang lebih ringan dan dingin. Jenis pakaian pertama di Afrika mungkin dibuat dari serat kulit kayu yang ditumbuk dan diikat menjadi satu. Di Uganda, Afrika Tengah, misalnya, orang menggunakan kulit kayu ara. Jenis kain kulit kayu ini mungkin berkaitan dengan perkembangan apirus Mesir. Orang juga menggunakan kain tumbukan dari sawit rafia, seperti yang dilaporkan Herodotos dalam kisah penjelajah Persia, Sataspes.
Kain kulit kayu diberi warna agar dapat menghasilkan beragam corak. Pewarna yang paling penting adalah indigo, yang kini digunakan untuk mewarnai jins biru. Orang Afrika menggunakan celup ikat untuk membuat corak pada kain. Di beberapa tempat, wanitalah yang membuat pakaian dan di tempat lainnya laki-laki yang melakukannya. Meskipun demikian, orang Afrika awal tetap mengenakan rambut dan kulit hewan, penutup kepala bulu unggas, serta perhiasan dari kerang, telur, bulu, dan rumput.
Sekitar 2000 SM, pakaian mulai dibuat dengan cara ditenun sehingga dapat dihasilkan pakaian yang lebih lentur dan nyaman. Pada masa ini orang Mesir menenun kain linen. Gagasan tenun secara berangsur-angsur menyebar ke wilayah Afrika lainnya - dengan cepat ke Meroe, sebelah selatan Mesir, dan kemudian secara perlahan ke Afrika Barat dan Tengah. Selain linen, ada pula yang menenun jenis rumput lainnya seperti rami. Orang Afrika Barat mulai menenun rumput lokal menjadi kain pada 800-an M. Pada 1100-an M, teknik tenun telah menyebar hingga Mauretania.