Tidak terasa sudah Sembilan bulan lamanya Neza dan Akbar satu sekolah. Hampir setiap hari mereka bertemu. Hari-hari Neza pun terlihat ceria karena kehadiran Akbar. Walau pun kadang kala Neza dibuat cemburu oleh Akbar, tapi Neza tetap bertahan karena dia yakin Akbar adalah yang terbaik untuknya.

Besok adalah hari ulang tahun Neza. Deta dan Tari tampaknya sudah memiliki rencana untuk memberikan Neza kejutan. Di hari jumat yang tampak cerah ini, Deta mulai menyusun rencana bersama Tari. Kali ini mereka membagi-bagi tugas. Deta kebagian untuk memberi tahu Halin bahwa besok Neza ulang tahun. Maka dari itu, kini Deta tengah berjalan menuju kelas Halin.

Deta telah berdiri di depan kelas Halin. Kali ini Deta sedang mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Halin. Ternyata Halin melihat dari dalam kelasnya ada Deta sahabat Neza yang tampaknya sedang mencari seseorang. Halin pun menghampiri Deta, “hay Det… lagi nyariin siapa??” tanya cewek berkulit putih itu.

“Hay lin, aku nyariin kamu tahu.. aku mau ngasih tahu kamu nih..” ucap Deta.

“Ngasih tahu apa?” potong Halin.

“Gini loh, besok tuh tahu gak hari apa??”

“Hari sabtu kan?? Trus da apa?” tanya Halin kemudian.

Deta tersenyum, “yeh maksudnya bukan gitu.. besok tuh hari ulang tahun Neza…”

Halin tampak keget, “Waw!!! Besok dia ultah…”

“Yoi, makanya aku ma temen aku mau buat kejutan untuk Neza..”

“Emang apa gitu kejutannya??” tanya Halin antusias.

“Kak Akbar.. aku pengen ntar kamu ngasih tahu kak Akbar kalau besok Neza ultah..”

“Oh, itu sih gampang… trus??” tanya Halin kemudian.

“Nah, rencananya tu besok gini loh…”Deta mendekatkan mulutnya di telinga Halin kemudian membisikan rencana yang akan dia lakukan besok hari.

“Owh,.. okey… sip lah..” Halin kemudian mengacungkan jempolnya.

Sementara itu di kelas Neza tampak bingung mencari kedua sahabatnya yang hilang ntah pergi kemana. Karena Neza tak juga menemukan sahabat-sahabatnya itu, Neza pun memutuskan untuk pulang sendiri.

[di rumah Halin]
Halin memasuki kamar Akbar untuk memberitahu Akbar bahwa besok adalah hari ulang tahun Neza. Halin pun mendekati Akbar yang sedang asyik main computer, “Kak.. tau gak besok hari apa??” Halin mulai bertanya.

“Hari sabtu lah… ada apa gitu??” Akbar melirik ke Halin.

“Gini loh kak, besok tuh hari ulang tahun Neza…”

“Trus…” Akbar meminta Halin melanjutkan omongannya.

“Gini, tadi sahabatnya Neza minta tolong ke Halin untuk bilang ke kak Akbar mereka itu mau buat kejutan untuk Neza..”

“Kejutan?? Kejutan apaan??” Akbar mengerutkan dahinya.

“Jadi gini loh kak rencananya…” Halin pun berbisik ke Akbar.

“Owh,… gitu ya.. boleh juga tuh..” ujar Akbar sambil mengannguk.

“Kalo gitu sip ya kak???” Halin memastikan kakaknya.

“Okey, sip lah..” Akbar mengacungkan jempol tangan kanannya.

Keesokan harinya, saat pulang sekolah. Deta dan Tari sengaja menahan Neza di kantin supaya Neza gak pulang dulu. Deta dan Tari menunggu sekolah sampai rada sepi. Sementara Akbar telah menyiapkan kejutan untuk Neza.

Melihat suasana sekolah yang mulai rada sepi, kemudian Tari memulai rencana mereka dengan meminta Neza untuk mengambil buku Tari yang tertinggal di kolong bangkunya, “Nez, aku lupa bawa buku matem aku yang tadi.. kayaknya ketinggalan di kolong bangku deh..” ucap Tari sambil mengodok-ngodok isi tasnya, “bisa tolong ambilin ga??” pinta Tari kemudian.

“Oh ya,, bentar aku ambil ke kelas dulu ya..” Neza kemudian beranjak dari kantin ke kelasnya.

Sementara itu di kelas Neza sudah ada Akbar yang menunggu Neza. Saat Neza tiba di depan pintu kelasnya, dia rada heran karena melihat pintu kelasnya yang tertutup.

“loh, kok pintu kelasnya ketutup gini sih??” tanya Neza dalam hati. Kemudian Neza pun membuka pintu lalu masuk. Begitu masuk Neza kaget karena di dalam kelas sudah ada Akbar yang tengah duduk sambil memegang gitar.

“upz,.. kok ada kak Akbar sih?? Aku gak salah masuk kelaskan??” ucap Neza dalam hati.

Akbar kemudian memandang Neza yang berdiri di dekat pintu. Pandangan Akbar yang tajam mengingatkan Neza saat mereka berdua bertemu pertama kali. Lalu Akbar memalingkan pandangannya ke gitar yang sedang ia pegang. Kemudian Akbar pun memetik gitar itu dengan lembut. Sementara Neza tampak bingung apa yang harus dia lakukan di depan Akbar saat ini. “mau ngapain kesini??” tanya Akbar tiba-tiba.

“Em,.. mau..mau..ngambil buku kak..” ucap Neza terbata-bata. “Ngambil buku apa mau ketemu kakak nih??” Akbar kemudian menghentikan petikan gitarnya dan meletakkan gitarnya di atas meja. “Mau ngambil buku kak…” ucap Neza lagi sambil bergeser ke arah papan tulis.

Akbar kemudian mendekati Neza yang kini berdiri di dekat papan tulis. Neza mengerutkan dahinya. “Ih, kak Akbar kok aneh sih??” mau ngapain lagi nih nyamperin aku… ngomong-ngomong di kelas ini Cuma aku ma kak Akbar aja berdua… OMG…” ucap Neza dalam hati.

Akbar terus melangkah mendekati Neza dengan tatapan tajam. Tatapan itu membuat Neza tampak ketakutan. Neza memundurkan langkahnya, karena Akbar terus berjalan dengan tatapan tajamnya. Akhirnya sampailah Neza di sudut kelas. Neza tak biasa bergerak mundur lagi. Karena di belakangnya ada tembok.

“Duh, kak Akbar kok ngedeketin aku dengan tatapannya yang tajam itu loh.. jadi takut deh.. apalagi Cuma ada aku dan kak Akbar di kelas ini..” ucap Neza khawatir dalam hati. Akhirnya Akbar pun menghentikan langkahnya, kini jarak antara Akbar dan Neza hanya sekitar 30 cm. “Ada yang mau kakak ucapin ma kamu..” ucap Akbar kemudian. “upz,.. mau ngomong apaan nih?? Apa mau nembak aku?? Duh, serem deh kalo liat kak Akbar kayak gini..” ucap Neza dalam hati.

Suasana hening sejenak. Akbar menatap mata Neza dan Neza pun berusaha menatap balik mata Akbar. Walaupun Neza merasa malu. “Hm,.. mau ucapin apa kak??” jawab Neza dengan pelan.

Kali ini Akbar mendekatkan wajahnya ke arah Neza.

“Duh, duh, duh… ni lagi mau ngapain sih??? Kok muka kak Akbar ngedeketin muka aku sih?? Jangan-jangan dia mau nyium aku lagi… OMG..” ucap Neza dalam hati.

Neza makin merapat ke tembok sedangkan kini wajah Akbar dan Neza hanya berjarak beberapa senti aja. Neza kemudian memejamkan matanya karena takut.

“Hahaha… ni anak malah merem lagi… dia kira gue mau nyuim dia kali.. hahaha, lucu deh lihat ekspresinya kayak gitu..” ucap Akbar dalam hati. Lalu akbar pun membelokan wajahnya ke telinga kanan Neza. Kali ini mulut Akbar dan telinga Neza berada dekat sekali. Sampai Neza pun bisa merasakan hembusan nafas Akbar yang tampaknya akan mengucapkan sesuatu ke telinganya. Neza masih gak mau membuka matanya.

“Kakak mau ngucapin… happy birthday..” bisik Akbar kemudian. Saat mendengar kata itu, Neza langsung membuka matanya. Hati Neza tambah berdesir-desir berada dekat dengan Akbar. Neza tampak masih kaget dan tidak menyangka Akbar akan berbicara dengan seperti itu. Kaki Neza menjadi lemes karena kini Akbar masih mendekatkan mulutnya di telingan Neza. Karena posisi mereka sangat dekat, saat Neza menengokan wajahnya ke arah Akbar tak sengaja Neza mencium pipi Akbar.

“Huwah!!! Bego banget aku… barusan aku nyium pipinya.. OMG.. itu kan gak sengaja… duh, ni ciuman pertama aku… ah, konyol.. kok bisa sih Nez.. kamu tu bikin malu diri sendiri…” Neza memarahi dirinya sendiri. “Duh, ni cewek barusan nyium pipi gue!!!! Yah, kok jadi kaku gini sih…” ucap Akbar dalam hati.

Akbar kemudian menjauhkan wajahnya dari telinga Neza. Kini mereka saling bertatapan.

Neza sambil memegang bibirnya, “upz,.. maaf kak… tadi Neza gak sengaja..” ucap Neza, “Tapi thanks ya ucapannya tadi…” kemudian Neza tersenyum.

“Oh,.. tadi gak sengaja ya… emang salah gue juga sih deket banget tadi ma dia… gak apa-apalah itung-itung tu ciuman pertama gue.. hahaha..” Akbar girang dalam hati.

Akbar tersenyum, “Ya sama-sama Nez..”.

Tak lama kemudian, dari luar kelas Deta, Tari, Halin dan April datang sambil membawa sebuah kue ultah untuk Neza. Mereka berempat pun menyanyikan lagu happy birthday untuk Neza. Neza tampak terharu. “Thanks ya untuk kalian semua yang udah inget hari ulang tahun aku… thanks banget buat kejutannya ini, juga buat kak Akbar yang tadi udah buat Neza deg-degan…” ucap Neza.

“cieeeee..” kompak Deta, Tari, Halin dan April.

Pipi Neza jadi merona merah. Kemudian Neza pun memotong kue bolu itu. “Ehem!! Potongan pertama buat siapa nih….” Ucap Deta. “Duh, aku jadi bingung mau ngasihnya ke siapa dulu… abisnya kalian semua temen baik aku…” ucap Neza sambil memegang bolu. “Ya kasihnya ke yang special donk..” celetuk April. Kemudian Neza memberikan potongan kue yang pertama itu ke Akbar disambut dengan tepuk tangan dari temen-temen Neza itu. “Hah??! Si Neza ngasih potongan pertama ini ke gue.. berarti beneran donk kata si Halin kalo si Neza suka ma gue..” ucap Akbar dalam hati. “Thanks ya Nez..” ucap Akbar.

Mereka lalu melanjutkan acara makan bolu. Setelah itu Halin, April dan Akbar pun pamit pada Neza dan teman-temannya. Setelah Halin, April dan Akbar pulang, Neza dan kedua sahabatnya itu pun pulang dengan hati bahagia.

Bagi Neza ini adalah hadiah terindah yang pernah dia dapatkan. Apalagi di ulang tahunnya yang ke 16 ini Neza mendapatkan ciuman pertamanya. Walaupun itu tidak disengaja.

Beberapa minggu berlalu, Neza tahu kalau sebentar lagi giliran Akbar yang akan berulang tahun. Neza pun mulai mencari ide untuk memberikan Akbar sebuah kado yang spesial.

Akhirnya Neza mendapat ide untuk membuat sebuah buku gallery untuk Akbar. Neza pun mulai mencari-cari foto Akbar untuk di masukan ke dalam buku gallery itu. Neza juga meminta tolong pada Halin untuk meminta foto Akbar tanpa sepengetahuan Akbar.

Akhirnya dalam dua minggu, Neza telah selesai membuat buku gallery yang akan diberikan pada Akbar di hari ulang tahunnya yang tinggal beberapa hari lagi.

Neza pun meminta pendapat pada sahabat-sahabatnya tentang buku gallery itu. Ternyata di dalam buku gallery itu, selain ada foto-foto juga cerita singkat. Neza pun mengungkapkan isi hatinya di halaman terakhir buku itu. Selain itu Neza juga meminta jawaban pada Akbar tentang hatinya pada Neza.

Sebenarnya Neza malu untuk menuliskan itu. Tapi kerena Neza penasaran, dia pun memutuskan untuk menuliskan itu pada buku gallery tersebut. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Hari ini Akbar berulang tahun yang ke-18. Semalam tepat jam 00.00 wib Neza meng-Sms Akbar dan memberikan ucapan ulang tahun pada Akbar. Tapi ternyata Akbar tidak membalas sms itu karena dia sudah tertidur pikir Neza. Tadi pagi, saat Neza berpapasan dengan Akbar di dekat lapangan basket. Neza meminta Akbar untuk menunggunya di depan gerbang sekolah saat pulang sekolah nanti.

Neza menjadi deg-degan karena akan memberikan buku tersebut. Karena di dalam buku gallery tersebut secara tidak langsung Neza telah menembak Akbar.

Bell pulang pun berbunyi. Akbar menunggu Neza di depan gerbang sekolah. Neza buru-buru keluar dari kelasnya menuju pintu gerbang. Dari kejauhan tampak Akbar sedang menunggu Neza. Neza semakin deg-degan.

Akhirnya Neza kini berada di samping Akbar. Wajah Neza tampak merona merah. Saat itu juga Akbar memalingkan wajahnya ke Neza. Neza jadi terpesona melihat Akbar. Awalnya dia tak bisa mengucapkan apa-apa. Tapi karena Akbar menyapanya, “Hay..”. Neza pun tersadar kalau orang yang sekarang ada di depannya dari tadi menunggunya.

“Eh, kak.. maaf ya nunggunya rada lama…” Neza tersenyum.

“Ya, gak apa-apa… ada apa nih?? Tumben janjian di depan gerbang..” ucap Akbar.

“beuh, janjian??? Kayak yang mau ngedate aja..” celetuk Akbar dalam hati.

“Hm,.. ini kak Neza mau ngucapin… HAPPY BIRTHDAY….” Ucap Neza sambil mengulurkan tangannya.

“Oh, ya… makasih udah inget…” Akbar yang girang karena Neza tahu hari ulang tahunnya kemudian bersalaman dengan Neza.

“Hm,..” Neza mengambil sesuatu dari dalam tasnya, “Kak.. ni buat kakak..” Neza memberikan kotak berwarna cokelat pada Akbar. kotak itu berisi buku gallery untuk Akbar dan juga sebuah cokelat.

“Wah, gak usah repot-repot kok..” ucap Akbar girang sambil mengambil kotak itu.

“Dih, katanya gak usah repot-repot.. tapi kok diambil juga sih.. hahaha.. biarin deh,yang penting dia kelihatannya girang dapet hadiah dari aku..” ujar Neza dalam hati.

Akbar kemudian tersenyum manis ke Neza sambil memasukan kotak itu ke dalam tasnya, “sekali lagi thanks ya Nez..” ucap Akbar. “Ya kak, sama-sama..”

Dari kejauhan ada Irvan yang mengendarai motor lalu menghampiri Akbar dan Neza, “Bar, yuk berangkat..” Irvan mengajak Akbar.

“Nez, kakak duluan ya.. mau ke tempat bimbel dulu nih..” pamit Akbar kemudian menaiki motor.

“Ya..” ucap Neza sambil tersenyum.

Kemudian Neza pun kembali mencari Deta dan Tari yang tampaknya masih ada di kelas. Ternyata benar, mereka berdua masih ada di kelas. “Hay Nez, gimana tadi???” tanya Tari.

“Alhamdulillah… bisa dibilang sukses lah…” jawab Neza.

“Amin, mudah-mudahan sukses yaph…” ucap Deta.

“Eh, gimana nih jadi gak ke rumah aku??” ajak Tari.

“Oh, ya jadi donk…” jawab Neza.

“Ya udah, berangkat yuk..” ucap Deta kemudian.

Mereka bertiga pun berangkat ke rumah Tari dengan naik taxi. Sampai di rumah Tari mereka langsung memasuki kamar Tari dan ngerumpi. Biasalah, anak-anak cewek kebanyakan suka gitu.

Sementara di tempat bimbel, Akbar duduk di dekat kantin.

“bar, tadi ada apaan sih Neza nyuruh lo nunggu dia di gerbang??” tanya Irvan kemudian.

“Dia tadi ngasih ucapan ultah ke gue,.. udah gitu dia ngasih gue kado pula..” jawab Akbar dengan girangnya.

“Wah, tuh kan… dia emang beneran suka deh ke lo.. sampe segitu perhatiannya…” ucap Irvan.

“Iya nih, tahu gak? Dia tu orang pertama yang ngucapin happy birthday ke gue.. udah gitu plus kado lagi..” ucap Akbar.

“Ehem!! Ngomong-ngomong tu kado isinya apaan ya??” tanya Irvan.

“Iya nih, gue juga belom buka tu kado..” ucap Akbar sambil mengambil kotak cokelat pemberian Neza dari dalam tasnya.

“loh kok dia tahu warna kesukaan lo sih??” tanya Irvan begitu melihat kotak cokelat itu.

“Ya nih, gue juga ga tahu dia tahu dari siapa klo warna kesukaan gue tu cokelat” jawab Akbar.

“Eh, buka donk.. gue pengen lihat..” pinta Irvan.

“Ya nih, gue juga penasaran euy..” ucap Akbar, kemudian membuka kotak itu.

Dan begitu mereka berdua membuka kado itu, ternyata ada sebuah buku yang di depannya tertulis “HAPPY BIRTHDAY yg ke-18 To : Akbar” selain itu di depan buku itu juga terpampang foto Akbar.

“cieeee sejak kapan lo jadi cover boy??” canda Irvan.

“Hahaha.. sejak dia ngasih buku ini..” balas Akbar.

Akbar pun membuka lembar demi lembar buku gallery itu. Akbar jadi terharu melihat Neza yang begitu perhatiannya pada Akbar. Akbar tidak menyangka, kalau ternyata Neza banyak tahu tentang dirinya lebih dari yang Akbar tahu. Apalagi saat melihat foto-foto Akbar yang dia juga tidak tahu kapan Neza mengambil foto itu. Tapi ada juga beberapa foto yang ternyata foto itu dari Halin.

Saat membuka halaman terakhir, yaitu bagian dimana Neza mengungkapkan isi hatinya. Akbar terlihat antusias, bahkan dalam hatinya dia bahagia dan sangat terharu, “Waduh… gue gak nyangka dia segitu sukanya ke gue.. dia baik banget sih.. perhatian pula.. belum pernah deh gue diperhatiin sampe segitunya, beruntung banget gue punya fans seperti dia..” ucap Akbar dalam hati.

“bar, tuh kan sekarang lo liat.. dia nulis kalo dia tuh suka banget ma lo, dia tuh sayang and cinta banget ma lo.. trus dia minta jawaban dari lo.. gimana tuh?” tanya Irvan.

“van, lo tahu gak? Gue belum pernah di kasih kayak ginian ma orang lain..” Akbar menggeleng-gelengkan kepalanya. “Neza ni orang satu-satunya yang pernah ngasih gue buku gallery kayak gini.. apa lagi dia ngungkapin isi hatinya lewat buku ini… sumpah gue terharu banget..” ucap Akbar.

“Hay sob, sekarang lo udah tahu kan kalo dia tu suka ma lo.. trus lo mau jawab gimana? Ya tao gak??” tanya Irvan.

“Gue malah bingung van…” jawab Akbar.

“bingung kenapa?? Lo nyadar gak sih, secara gak langsung si Neza tuh udah nembak lo..” ucap Irvan.

“Ya, ya.. baru kali ini da cewek yang nembak gue.. walo pun itu juga gak langsung..” jawab Akbar.

“Trus lo mau jawab apa tuh??” tanya Irvan, kemudian mereka berdua diam sejenak.

“Hm,… lagian dia kan minta jawaban kalo gue udah lulus… jadi masih ada waktu untuk mempertimbangkannya” jawab Akbar.

“Eh, bentar ya.. gue mau ngucapin makasih dulu ma si Neza..” kata Akbar kemudian mengambil ponselnya yang ia letakan di dalam saku celananya.

Akbar pun kemudian mengetik sebuah pesan untuk Neza.

Neza yang tengah becanda dengan sahabat-sahabatnya itu kemudian meraih ponselnya yang berbunyi di atas bantal. Begitu Neza membuka ponselnya, ternyata ada pesan dari Akbar, Neza pun segera membuka ponselnya.

From : Kak Akbar
Mksh bnyk yah…. Doa2ny, kdony, ckltny… ma sms td mlm, ju2r cm km aj yg sms td mlm.mksh…

“Hah!! Kak Akbar sms aku!!!” jerit Neza histeris.

“Ah Neza… ngagetin aja deh…” protes Tari.

“Hehe.. sory…” Neza nyengir.

“Emang sms apaan??” tanya Deta.

“Nih, baca aja sendiri..” Neza memberikan ponselnya kepada kedua sahabatnya itu.

“cieeee… jadi semalem Cuma kamu doang yang ngasih ucapan ke dia??” canda Tari.

“Haduh… malang banget sih kak Akbar, sampe yang ngucapin ultah semalem Cuma kamu doank.. yang lainnya pada kemana tuh?? Si ceweknya masa gak ngasih ucapan sih…” ucap Deta.

“Ah, masa bodo ma ceweknya.. dia mau punya mau enggak.. yang penting aku ma dia seneng.. hehe..” Neza jadi senyam-senyum sendiri, “Eh, bentar ya.. aku mau bales smsnya dulu..” ucap Neza kemudian.

“Ehem!! Dapet sms dari sang pangeran tuh.. seneng banget..” ucap Deta. Neza pun mengetik pesan di ponselnya lalu mengirimkan pesan itu ke Akbar.

Akbar yang merasakan ponselnya bergetar langsung membuka ponselnya dan membaca pesan dari Neza.

From : Neza
Ya kak, sama2… gimana suka gak ma kdonya???

“Wah, si Neza ngebales nih..” ucap Akbar.

Akbar pun kemudian membalas singkat pesan dari Neza.

Neza kembali mengambil ponselnya yang berbunyi di atas bantal.

From : kak Akbar
Suka….

“Alhamdulillah.. ternyata kak Akbar bener-bener suka ma kado dari aku…” ucap Neza.

Neza dan sahabatnya pun kembali tertawa dan becanda. Sementara itu, Akbar dan Irvan melanjutkan bimbelnya. Karena tinggal beberapa minggu lagi mereka akan UN.

Beberapa minggu pun berlalu, Akbar telah menempuh UNnya. Saat Akbar UN Neza selalu memberikan semangat dengan pengirim pesan setiap pagi. Akbar pun semakin semangat untuk mengerjakan soal-soal UN.

Begitu pun saat Akbar menempuh UAS. Neza selalu memberikan semangat. Walau pun begitu, mereka jadi jarang bertemu. Dan itu selalu membuat Neza menjadi semakin kangen pada Akbar.

Seiring dengan semua itu, sebenarnya ada satu hal yang ditunggu-tunggu Neza. Dan itu membuat hati Neza berharap-harap cemas.

Yang Neza tunggu-tunggu itu tak lain adalah jawaban dari pertanyaan Neza untuk Akbar yang ada di buku gallery waktu Akbar ulang tahun. Hal itu pun kadang membuat Neza menjadi grogi di hadapan Akbar.

Akbar tahu akan kegelisahan Neza yang sedang menunggu jawaban darinya. Akbar pun kadang bingung harus bagaimana dihadapan Neza. Dia kadang terlihat salah tingkah di depan Neza. Neza pun sebaliknya begitu.

Detik-detik yang ditunggu Akbar pun tiba. Yaitu detik-detik pengumuman hasil kelulusannya. Ternyata Akbar lulus UN. Neza yang mengetahui hal tersebut langsung memberi selamat pada Akbar melalui sms.

Akbar membuka ponselnya yang ia taro di saku celananya. Ketika membuka ponselnya, ternyata ada sms dari Neza.

From : Neza
Kak, selamet yaph.. udah lulus UN.. 

“Hm,.. si Neza emang perhatian banget ma gue” ucap Akbar pelan. Kemudian Akbar pun membalas sms Neza.

From : kak Akbar
Ya Nez.. mksih.. 

Setelah meng-Sms Neza Akbar jadi teringat kalau dia harus memberikan jawaban pada Neza. Tapi Akbar bingung, bagaimana untuk memulai bicara pada Neza.

Dua hari kemudian Akbar baru datang lagi ke sekolah. Neza baru melihat Akbar lagi. Rasanya jantung Neza berdebar kencang saat melihat Akbar. Neza kangen banget dengan Akbar.

Akbar yang melihat Neza dari kejauhan pun merasa berdesir-desir. Karena Akbar ingin sekali memberi jawaban pada Neza, tapi Akbar tampak malu.

Dari belakang Akbar datanglah Yongki, teman Akbar.

“Hay bar..” Yongki menepuk bahu Akbar.

“Hay ki… udah lihat nilainya??” tanya Akbar.

“Yoi udah kok.. lo udah lihat belom??” tanya Yongki.

Kemudian Yongki dan Akbar pun ngobrol tentang perguruan tinggi yang akan mereka masuki.

Sementara itu, di depan ruang guru. Neza, Deta, Tari dan beberapa teman sekelasnya sedang mengincar hasil nilai UAS mereka.

Dari kejauhan, Neza tetap memandang Akbar dengan mata berbinar-binar. Deta yang melihat Neza seperti melamun akhirnya mengagetkan Neza, “Hayo!!! Ngelamun ajaa nih..” ucap Deta.

“Ah, Deta…” protes Neza.

“Nez, tu kak Akbar lagi ngobrol ma temennya” kata Tari memberi tahu Neza.

“Ya, aku udah tau kali dari tadi” jawab Neza.

Neza berjalan menuju papan pengumuman yang tercantum nilai-nilai UN kelas tiga.

“Hm,. kak Akbar lumayan bagus tuh nilanya..” ucap Neza dalam hati.

“Nez, yuk ke kelas. katanya nilai bahasa udah ada pengumumannya.” ajak Tari dan beberapa teman Neza.

“Yuk” ucap Neza.

Neza berjalan dibelakang teman-temannya. Saat Neza akan belok ke arah kelasnya, dia melihat Akbar yang sedang berjalan.

“Wah, ada kak Akbar tu, skalian ngasih ucapan slamat langsung ah..” ucap Neza dalam hati.

Mereka berdua pun berpapasa, dan....

“Kak Akbar!!!?” panggil Neza lalu menyodorkan tangannya.

“selamat ya kak” kata Neza dengan senyumnya.

“Ya makasih” jawab Akbar dengan senyumnya pula.

Mereka berdua diam sejenak, lalu Akbar tampak gugup namun tetap cool berkata, “Nez,..”

“Apa kak?” tanya Neza.

“Hm… kayaknya ni moment yang pas untuk ngasih jawaban..” ucap Akbar dalam hati.

“Hm,... jawaban yang waktu itu...” ucap Akbar menggantung.

“Duh, tapi kayaknya gak mungkin juga sih… banyak orang gini.. ntar yang ada malah malu deh gue diliatin..” Akbar merubah keputusannya. “Hah??!” Neza bingung, namun mencoba berpikir.

“Wah, jangan-jangan maksudnya jawaban yang aku tanya di buku gallery itu lagi. duh, gimana nih. kaki aku lemes banget...” ucap Neza dalam hati.

“Emang apa kak jawabannya?” kata Neza pada Akbar dengan berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

“Hm,... ntar aja ya jawabannya..” kata Akbar, lalu pergi meninggalkan Neza yang masih bengong berdiri kaku.

“Duh, kak Akbar ngapain sih? ngomong tentang jawaban tapi gak ngasih jawaban. huh! bikin deg-degan aja deh.” gerutu Neza dalam hati sambil menuju kelas.

“Eh, kemana aja jenk? kok baru nyampe kelas sih?” tanya Deta. “Hm,.. sory, tadi ketemu kak Akbar. jadi ngobrol dulu bentar” jawab Neza dengan riangnya.

“Huh, ngobrol ma gebetan seneng banget tuh...” sambung Tari. “Ya iya dunk...” ucap Neza.

Mereka pun kembali sibuk dengan urusannya masing-masing. Neza sibuk untuk mengurusi kenaikan kelasnya. Sedangkan Akbar sibuk mengurusi untuk masuk kuliah.

[malamnya..]

Neza berbaring di tempat tidurnya. Ia tampak gelisah. Dia memikirkan jawaban yang akan diberikan Akbar padanya.

“Duh, kira-kira apa ya jawabannya?? Sekian lama aku menunggu akhirnya aku akan mendapatkan jawabannya. Huft… gak tahu deh bakalan kayak gimana ini..” Neza berbicara sendiri.

Sementara itu, Akbar yang sedang berada di kamarnya tampak sedang merenung di depan meja belajarnya yang tertata rapih. Ia membuka kembali buku gallery pemberian Neza. Akbar sedang memikirkan jawaban yang akan dia berikan pada Neza.

“Hm,… sebenarnya aku juga suka ma kamu..” ucap Akbar sambil memandang foto Neza yang juga ada di dalam buku gallery itu. “Tapi… aku juga gak mau nyakitin kamu kalau aku gak bisa buat kamu bahagia.. aku pengen kamu menjadi yang terbaik untukku..”

Keesokan harinya. Akbar bertemu lagi dengan Neza. Kali ini tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Neza dan Akbar. Mereka diam membisu. Hanya senyuman saja yang berbicara di antara keduanya. Neza sengaja tak bicara apa-apa, karena dia menunggu Akbar untuk memberikan jawabannya itu. Tapi Akbar tampaknya bingung bagaimana harus mengatakannya. Akbar malah menunggu Neza untuk bertanya padanya. Tapi Neza tak menanyanya.

“Kok si Neza gak nanyain jawabannya sih?? Apa harus aku yang duluan nyapa dan ngasih tahu?? Tapi kan kemaren aku yang udah ngingetin dia tentang jawaban..” ucap Akbar dalam hati.

“Kak Akbar… kok belum juga ngomong sih?? Apa aku harus nanya duluan ma kamu?? Tapi kan kemarin kamu mau jawab.. kok sekarang masih diem-diem aja sih???” ucap Neza dalam hati.

Neza memandang Akbar yang berdiri tidak jauh dari Neza. Neza berharap Akbar akan memanggil namanya. Namun Akbar tidak juga memanggil Neza. Akbar malah sibuk ngobrol dengan teman-temannya.

Saat Neza tengah sibuk berdiskusi dengan teman-temannya di depan kelas. Kini giliran Akbar yang memandangi Neza. Akbar berharap Neza menghampirinya dan menanyakan jawabannya. Tapi Neza tak juga berpaling dari teman-temannya.

Neza jongkok di depan kelasnya karena akan mengambil kertas nilainya yang jatuh. Saat Neza jongkok dan memegang kertasnya, Akbar sedang berdiri enam meter dari Neza. Saat Neza menengok ke arah Akbar, saat itu pula Akbar sedang memandangi Neza.

Neza kaget saat melihat Akbar sedang mengamatinya. Neza bengong. Sementara Akbar yang melihat Neza kini sedang menatapnya memberikan sebuah senyuman yang belum pernah Neza lihat sebelumnya. Senyuman itu begitu beda, terlihat begitu fresh dan manis.

Setelah melemparkan senyumannya itu, Akbar pergi meninggalkan Neza yang masih terbengong kaku karena terpesona oleh Akbar.

“Nez..” sapa Deta.

“Ya??” ucap Neza sambil terus melihat Akbar melangkah ke arah pintu gerbang.

“mau ke ruang guru gak?? Yang lain pada mau ke sana tuh..” ajak Deta.

“Ya ta..ayo..” kemudian Neza bangkit dan berjalan menuju ruang guru yang arahnya sama dengan Akbar. Neza mengikuti Akbar dari belakang. Tapi mereka pun harus berpisah, karena Akbar terus berjalan lurus menuju gerbang depan. Sementara Neza harus berbelok menuju ruang Guru. Neza tampak kecewe, karena Akbar tadi tidak memberikan jawabannya. Neza pun bertekad nanti malam akan meng-Sms Akbar dan menanyakan jawabannya.

[malam hari...]

Neza tampak gelisah. Dari tadi dia bolak-balik dari tempat tidurnya ke meja belajar. Tampaknya hatinya tak tenang. Neza jadi penasaran dengan jawaban Akbar. Neza berfikir sekaranglah moment yang tepat untuk menagih jawabannya. Kerena sebentar lagi Akbar akan melakukan perpisahan. Dan itu berarti Neza sulit untuk mendapatkan jawaban dari Akbar.

Neza pun memberanikan diri untuk mengirimkan pesan ke Akbar. Tangan Neza tampak gugup saat mengetik pesan diponselnya.

To : Kak Akbar Kk akbr.. kmren kkak ngomngin ttg jwbn tu loh.. btw jwbn’y apa kak??

Akbar sedang duduk di ruang keluarganya bersama Halin dan orang tuanya. Tiba-tiba terdengar ponsel Akbar berbunyi. Ketika Akbar membuka ponselnya ternyata ada pesan dari Neza.

“Hah!! Sms dari Neza.. akhirnya dia nanya jawaban itu ke aku.. hm,… aku pengen ngetes dulu deh… hehe..” ucap Akbar dalam hati.

Akbar pun mengetik balasan untuk Neza.

Neza tampak gelisah menunggu jawaban dari Akbar. Tak sampai satu menit Neza pun mendapat balasan dari Akbar. Tangan Neza tampak gemetar saat akan membuka sms itu. Akhirnya sms itu pun terbuka, dan…..

From : kak Akbar
Mksh…tas smuany…tp kak g bsa.. ngblz prsaan nza..cz kak dh pny pcr n mank kak gda prsan ma nza… mav bgt…

Neza langsung tersungkur jatuh. Kakinya terasa lemes. Neza bingung dia harus membalas sms Akbar seperti apa.

Sementara Akbar tengah mengetik sms lagi buat Neza. Akbar menunggu hampir lima menit. Namun balasan dari Neza tak kunjung ada. Akbar sadar, tampaknya Neza sedih mendapat sms tadi. Maka Akbar pun segera mengirim sms yang barusan ia ketik.

Lima menit berlalu, Neza masih terduduk di lantai kamarnya. Namun ternyata ada sms masuk lagi, sms itu dari Akbar. Kali ini Neza tak sanggup membuka sms itu. Tapi hati Neza berkata Neza harus membuka sms itu. Dan ternyata….

From : kak Akbar
He…ngtez doank..mav…kak suka koq ma nza…kak syg koq ma nza…tp cm sbtas sbgai ade klas… mav yah… n jgn kcwa sm kptusan kkak… qta bs lbh enak koq tnpa pcrn…

“Hah!!! Kak Akbaaaarrr… ih, ternyata tadi boong… huh, gak tahu apa aku sampe lemes gini..” gerutu Neza.

“Ngomong-ngomong aku kan gak minta kak Akbar buat jadi pacar aku.. aku Cuma minta jawaban dia suka gak ma aku.. wah, Alhamdulillah dia ternyata suka ma aku, walaupun hanya sebagai adik kelas.. tapi dia juga sayang ma aku..” Neza tampak girang.

Neza sangat senang dengan sms kedua Akbar. Neza pun segera membalas sms dari Akbar tersebut.

To : kak Akbar Ih,.. kak akbr… ngejailin Nza ja deh.. ya sih.. mnrt nza jga bgsan qta ky gtu dlu..

Akhirnya Neza pun legah mendapat jawaban dari Akbar yang tak mengecewakan itu.

Seminggu kemudian diadakan acara pelepasan siswa kelas tiga yang bertempat di aula sekolah. Neza berusaha untuk bisa masuk ke acara itu. Untung saja Neza mengikuti ekskul jurnal, sehingga dia bisa masuk mengabadikan moment perpisahan Akbar dengan leluasa.

Akbar tampak keren dengan jas yang ia kenakan. Tampak kebahagiaan terpancar dari wajah Akbar. Suasana dalam aula terasa begitu menyatu antara anak-anak kelas tiga dan guru-guru.

Saat acara hiburan, ternyata Akbar tampil dengan menyanyi solo. Dengan diiringi gitar yang ia petik sendiri, Akbar membawakan lagu flanella yang berjudul “Tak pernah mati”.

Saat mendengar Akbar menyanyikan lagu itu, hati Neza terasa terharu dan sedih. Neza yang sedang memegang handycam hampir saja meneteskan air mata mendengar Akbar menyanyi.

Setelah Akbar menyanyi dan turun dari panggung. Neza pun menghampiri Akbar, “Kak.. selamat ya udah jadi alumni..” ucap Neza sambil mengulurkan tangannya, Akbar pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Neza.

“Jangan lupain Neza ya.. Neza sayang kakak..” ucap Neza kemudian. Mereka berdua pun tersenyum. Walaupun di dalam lubuk hati Neza dan Akbar mereka sedih.

Tapi mereka sadar kalau perpisahan ini bukanlah akhir dari segalanya. Perjalanan mereka berdua masih panjang.