AMBASSADOR MORGENTHAU'S STORY


BAB I

SEORANG PRIA SUPER JERMAN DI KONSTANTINOPEL

Ketika aku mulai menulis masa penugasanku sebagai dubes, skema-skema Jerman di Kekaisaran Turki dan Timur Dekat nampaknya mencapai kesuksesan temporer. Blok Sentral nampak mendisintegrasikan Rusia, mengubah Baltik dan Laut Hitam menjadi danau-danau Jerman, dan memberikan rute baru ke Timur lewat jalur Kaukasus. Pada masa itu, Jerman menguasai Serbia, Bulgaria, Rumania, dan Turki, dan menganggap aspirasinya sebagai Kekaisaran Teutonik baru, yang terbentang dari Laut Utara sampai Teluk Persia, karena penerapannya terlaksana. Dunia kini tahu, meskipun tak jelas memahami kenyataan ini pada 1914, bahwa Jerman bersiap perang untuk menghancurkan Serbia, merebut kekuasaan atas negara-negara Balkan, mengubah Turki menjadi negara gundal, dan sehingga memberikan kekaisaran timur tersebut membentuk dasar untuk kekuasaan dunia tak terbatas. Apakah agresi-agresi Jerman di Timur menandakan bahwa program khusus tersebut telah berhasil?

Ketika aku memandangi sendiri peta yang menunjukkan pencapaian militer dan diplomatik Jerman, pengalamanku di Konstantinopel memiliki arti baru. Aku kini melihat peristiwa sepanjang dua puluh enam bulan sebagai bagian dari cerita yang saling terhubung. Banyak orang yang bergerak pada keadaan yang kini nampak sebagai para pemain dalam drama yang diatur bertahap secara hati-hati. Ia kini benar-benar melihat bahwa Jerman telah membuat segala rencananya untuk menguasai dunia dan bahwa negara tempat aku dikirim sebagai Dubes Amerika merupakan salah satu batu fondasi seluruh struktur politik dan militer Kaiser. Meskipun Jerman tak meraih kekuasaan atas Konstantinopel pada hari-hari awal perang, pertikaian tak nampak akan berakhir beberapa bulan setelah Pertempuran Marne. Ini tentunya merupakan nasib menakjubkan yang turun padaku di markas besar intrik ini pada kesempatan ketika rencana-rencana Kaiser untuk mengendalikan Turki, yang ia dorong secara hati-hati selama seperempat abad, nyaris mencapai kesuksesan akhir mereka.

Atas tindakannya menundukkan Turki, dan mengubah pasukan dan wilayahnya menjadi alat Jerman, Kaisar mengirim seorang dubes ke Konstantinopel yang secara ideal berkesepahaman untuk tugas tersebut. Fakta sebenarnya bahwa Kaiser secara pribadi memilih Baron Von Wangenheim untuk jabatan tersebut menunjukkan bahwa ia secara akurat menentukan kualitas manusia yang dibutuhkan dalam penugasan diplomatik besar ini.

Kaiser awalnya mendeteksi sebuah alat di Wangenheim yang secara ideal terkualifikasi untuk intrik timur. Ia telah lebih dari sekali pergi ke Corfu untuk liburan, dan disini, kami meyakini dua pihak yang gigih menjalani banyak hari mendiskusikan ambisi-ambisi Jerman di Timur Dekat. Pada waktu ketika aku mula-mula menemuinya, Wangenheim berusia lima puluh empat tahun. Ia menjalani seperempat abad dalam penugasan diplomatik. Ia menjalani penugasan di tempat-tempat berbeda seperti Petrograd, Kopenhagen, Madrid, Athena, dan Meksiko, dan ia bertugas di Konstantinopel, beberapa tahun setelah datang kesana sebagai dubes. Ia sepenuhnya mengerti seluruh negara, termasuk Amerika Serikat. Istri pertamanya adalah orang Amerika, dan Wangenheim, ketika menjadi Perwakilan untuk Meksiko, sangat mempelajari negara kami dan kemudian memegang penugasan untuk energi dan kemajuan. Ia memiliki alat teknik lengkap untuk diplomat. Ia dapat berbicara dalam bahasa Jerman, Inggris dan Prancis dengan kemampuan setara. Ia mengetahui seluruh dunia Timur. Ia memiliki pengaruh besar pada masayrakat. Secara fisik, ia adalah salah satu orang paling berpendirian yang pernah aku kenal. Ketika aku berada di Jerman pada masa kanak-kanak, Tanah Air biasanya dilambangkan sebagai wanita cantik dan kuat—sebuah jenis dari penggambaran Valkyrie. Namun, ketika aku memikirkan Jerman modern, sifat Wangenheim secara alamiah yang muncul sendiri dalam pikiranku. Ia memiliki tinggi enam kaki dua inchi. Badan tegapnya selaras dengan pundaknya yang mirip Gibraltar, kokoh dan berisi, kepala botaknya, mata berkaca-kacanya, seluruh struktur fisiknya selaras dengan kehidupan dan aktivitasnya—ketika berdiri, aku katakan, tak ada Jerman yang aku kenal, namun Jerman memiliki ambisi tanpa batas telah mengubah dunia menjadi tempat mengerikan. Dan setiap tindakan dan setiap kata Wangenheim menunjukkan sifat kejam dan baru di antara bangsa-bangsa. Pan-Jerman mengisi seluruh jam bangunnya dan mengarahkan setiap tindakannya. Deifikasi kaisarnya adalah satu-satunya insting keagamaan yang merasukinya. Organisasi aristokrat dan otokrat masyarakat Jerman yang mewakili sistem Prusia, di mata Wangenheim, adalah sesuatu yang dimuliakan dan disembah; dengan ini sebagai dasarnya, Jerman ditakdirkan untuk menguasai dunia, sebagaimana yang ia percayai. Junker yang memiliki lahan yang besar mewakilkan sudut pandang umat manusia. "Aku akan mengkesampingkan diriku sendiri," kata rekan terdekatnya kepadaku, dan ini juga mewakili sikap Wangenheim, "karena aku lahir di kota." Wangenheim membagi umat manusia dalam dua kelas, memerintah dan diperintah; dan ia mkengejek gagasan bahwa kelas atas dapat direkrut dari kelas bawah. Ia menyuarakannya dengan tanpa ragu dan antusias yang ia pakai untuk menyebut organisasi kasta Kaisar dari ranah-ranah Jerman; bagaimana ia membuat mereka tak berubah, dan bahkan membuatnya berkelanjutan, atau berkelanjutan multak, tak dapat dikawinkan tanpa ijin kekaisaran. "Dalam cara ini," ujar Wangenheim, "kami jaga kelas-kelas pemerintahan kami yang murni, tanpa darah campuran." Seperti seluruh tatanan sosialnya, Wangenheim memuja sistem militer Prusia; pernyataannya menundukkan bahwa ia sendiri mengabdi dalam ketentaraan, dan, dalam mode Jerman yang sebenarnya, ia menganggap penerapan setiap situasi dalam kehidupan dari pendirian militer. Aku memiliki ilustrasi penasaran dari hal ini ketika aku bertanya kepada Wangenheim pada suatu hari soal kenapa Kaiser tak mengunjungi Amerika Serikat. "Ia akan cepat menyukainya," jawabnya, "namun itu akan menjadi sangat berbahaya. Perang dapat pecah ketika ia berada di laut, dan musuh akan menangkapnya." Aku menyatakan bahwa itu mustahil karena Pemerintah Amerika akan memandu rumah tamunya dengan kapal-kapal perang. dan bahwa tak ada negara yang akan peduli untuk mengambil resiko melibatkan Amerika Serikat sebagai sekutu Jermany; namun Wangenheim masih menganggap bahwa marabahaya militer akan membuat kunjungan semacam itu menjadi tak mungkin.

Seperti halnya beliau, nyaris kebanyakan perwakilan diplomatik Jerman, bergantung pada keberhasilan konspirasi Kaiser untuk penguasaan dunia. Diplomat Jerman ini datang ke Konstantinopel dengan tujuan tunggal. Selama dua puluh tahun, Pemerintahan Jerman telah menjalin hubungan dengan Kekaisaran Turki. Sepanjang waktu ini, Kaiser telah mempersiapkan perang dunia, dan dalam perang ini, Turki harus memainkan bagian yang nyaris menentukan. Meskipun Jerman harus menjadikan Kekaisaran Utsmaniyah sebagai sekutunya, terdapat kesempatan kecil agar negara tersebut dapat berhasil dalam konflik Eropa yang besar. Ketika Prancis menjalin aliansi dengan Rusia, kekuatan 170.000.000 orang ditempatkan di pihaknya, dalam peristiwa perang dengan Jerman. Selama lebih dari dua puluh tahun, Jerman telah mencegah secara diplomatik untuk menghalangi Rusia dari aliansi Prancis-nya, namun gagal. Hanya ada satu cara yang Jermany dapat membuat Aliansi Prancis-Rusia menjadi tak mempan; ini adalah cara menjadikan Turki sebagai sekutu. Dengan Turki di pihaknya, Jerman dapat mendekati Dardanelles, satu-satunya jaringan komunikasi antara Rusia dan sekutu-sekutu baratnya; tindakan sederhana ini akan memberikan amunisi perang untuk tentara Czar, menghancurkan ekonomi Rusia dengan menghentikan ekspor bahan pokok mereka, sumber kekayaan terbesar mereka, dan sehingga menjauhkan Rusia dari antek-anteknya dalam Perang Dunia. Sehingga, misi Wangenheim untuk membuatnya secara mutlak menentukan agar Turki harus harus bergabung dengan Jerman dalam persaingan besar yang tertunda.

MRS. HENRY MORGENTHAU
(Di kanan).Istri Dubes Amerika di Konstantinopel dari 1913 sampai 1916, dengan Soeur Jeanne (di kiri), kepala Rumah Sakit Prancis
KONSTANTINOPEL DARI KEDUBES AMERIKA
Menampilkan (di bagian tengah gambar) gedung-gedung Kementerian Kelautan, di Tanduk Emas yang terkenal, dengan kota di bagian luar

Wangenheim meyakini bahwa, ia harus berhasil menaungi tugas ini, ia akan meraup pemberian selama bertahun-tahun untuk mewujudkan tujuan akhirnya—kekanseliran Kekaisaran. Keterampilannya dalam menjalin hubungan pribadi bersahabat dengan Turki memberikannya laju besar terhadap musuh-musuhnya. Wangenheim memastikan bahwa pencampuran pasukan, dorongan, keramahan, dan keburtalan akan diperlukan seturut sifat turki. Aku menyoroti kualitas prusia-nya; meskipun Wangenheim tidak lahir di Prusia namun dibesarkan disana; ia berasal dari Thüringen, dan, bersama dengan seluruh dorongan, ambisi dan perlakuan penuh Prusia, ia memiliki beberapa sifat yang lebih lembut yang kami kaitkan dengan Jerman Selatan. Ia memiliki kualitas yang tak hanya Prusia secara keseluruhan—yaitu kebijaksanaan; dan sebagaimana kekuasaan, ia terus mempertahankan penekanannya yang kurang disepakati di bawah permukaan dan hanya menunjukkan sisi yang lebih manis. Ia tak banyak mendominasi lewat kekuatan sebagaimana percampuran pasukan dan kemampuan; di luar itu, ia bukanlah perundung; perilakunya lebih menyindir ketimbang memaksa; ia dimenangkan oleh dorongan, bukan kesempatan, namun kami yang mengenalnya memahami bahwadi balik seluruh sifat lemah lembutnya, terdapat ambisi mengerikan, tanpa belas kasihan dan mutlak. Shingga penekanan yang ditinggalkan bukanlah hal brutalitas, namun jiwa-jiwa hewan dan alam yang baik. Sehingga, Wangenheim memiliki perpaduan keantusiasan mahasiswa, sifat pejabat Prusia dan kualitas kegembiraan yang menguntungkan dari pria dunia. Aku masih memiliki gambar dari orang itu, duduk di piano, menunjukkan beberapa tema klasik yang indah—dan kemudian mendadak mulai memainkan lagu minum-minum Jerman atau melodi populer. Aku measing memandanginya lompat ke atas kudanya di lapangan polo, menguji kecepatan hewan. Namun, kuda tersebut tak pernah membuat kecepatan yang layak untuk memuaskan olahragawan berambisi. Selain itu, dalam segala aktivitasnya, di dalam atau di luar, Wangenheim menyimpan jiwa yang tak dapat disamakan. Ketika ia menggoda para gadis Yunani di Pera, atau menjalani berjam-jam pada meja kartu di Cercle d'Orient, atau memampukan para pejabat Turki untuk kehendaknya dalam kepentingan Jerman, seluruh hidupnya adalah sebuah permainan, yang dimainkan kurang lebih serampangan, dan ketika kesempatan muncul dari pria itu yang berani dan tangguh dan berkehendak untuk mencapai kesuksesan atau gagal pada satu lemparan. Dan permainan terbesar ini secara keseluruhan—yang dipertaruhkan, sebagaimana Bernhardi yang telah mengekspresikannya, "Kekaisaran dunia atau keruntuhan"—Wangenheim tak memainkannya dengan main-main, karena meskipun ini benar-benar merupakan tugas yang ia kerjakan; untuk memakai peribahasa Jerman, ia merupakan "api dan percikan" baginya; ia sadar bahwa ia merupakan pria kuat yang dipilih untuk menjalankan tugas tersebut. Sebagaimana yang aku tuliskan soal Wangenheim, aku merasa diriku terdampak oleh unsur kepribadiannya, sehingga aku mengetahui sepanjang waktu bahwa, seperti pemerintahan yang aku layani dengan setia, ia benar-benar tak berbelas kasihan, tak tahu malu, dan kejam. Namun, ia dapat menerima semua dampak dari kebijakannya, meskipun hal tersebut disembunyikan. dIa hanya melihat satu tujuan, dan, dengan realisme dan logika yang sangat berkarakteristik Jerman, Wangenheim akan menyikat seluruh perasaan kemanusiaan dan ketergantungan yang dapat diinterfensi dengan kesuksesan. Aku menerima ucapan penuh terkenal Bismarck bahwa orang jerman harus siap untuk berkorban demi Kaiser dan Tanah Air tak hanya nyawanya namun juga kehormatannya.

Wangenheim mempersonifikasikan Jerman, seperti halnya koleganya, Pallavicini, yang mempersonifikasikan Austria. Kualitas esensial Wangenheim adalah egotisme brutal, sementara Pallavicini adalah pria berperilaku tenang, berbaik hati dan menyenangkan. Wangenheim selalu melihat masa depan, Pallavicini melihat masa lalu. Wangenheim mewakili perpaduan komersialisme dan unsur abad pertengahan untuk penaklukan yang mengatur welt-politik Prusia; Pallavicini adalah diplomat yang pergi dari Metternich selama berhari-hari. "Jerman menginginkan ini!" Wangenheim akan menentukan, ketika titik penting telah diputuskan; "Aku harus mengkonsultasikan kantor asingku," ujar Pallavicini, pada kesempatan yang sama. Orang Austria tersebut, dengan kumis abu-abu kecil, yang nampak kaku, bahkan sedikit mondar-mandir, berjalan , nampak seperti Marquis bergaya lama sempat menjadi figur utama di panggung. Aku dapat membandingkan Wangenheim dengan perwakilan firma usaha besar yang memanfaatkan pengeluarannya dan kekejaman dalam metodenya, sementara kolega Austrianya mewakili seekor kuda yang membanggakan dirinya pada pencapaian masa lalunya dan sepenuhnya memenuhi posisinya. Pada sorotan yang sama, Wangenheim memegang rencana Pan-Jerman, sementara Pallavicini ditemukan sepenuhnya pada sikap basa-basi dan ketidakjelasan teknik diplomatik. Orang Austria tersebut telah mewakili negaranya di Turki selama bertahun-tahun, dan merupakan kepala korps, sebuah martabat yang sangat dibanggakan olehnya. Ia disoroti atas segala kehormatannya, dari jabatannya; ia handal dalam menghimpun tatanan tingkat tinggi pada makan malam seremonial, dan tidak ada penjelasan etiket tunggal yang tak ia miliki di ujung jarinya. Namun, ketika urusan negara datang, ia benar-benar menjadi alat Wangenheim. Dari permulaan, ia nampak menerima posisinya sebagai diplomat yang kurang lebih menjadi subyek atas kehendak sekutunya yang lebih kuat. Dalam cara ini, Pallavicini memainkan kolega Jerman-nya dengan bagian yang sama pada kaisarnya yang memainkan Kaiser. Pada bulan-bulan awal perang, penyematan dua pria sepenuhnya mencerminkan keberhasilan dan kegagalan masing-masing negara mereka. Karena Jerman meraih kemenangan usai Wangenheim menyatakan kemenangan dan menghimpun figur yang nampak lebih besar dan lebih menonjol, sementara Pallavicini, karena Austria kalah perang usai bertempur dengan Rusia, nampak menjadi lebih kecil dan lebih menyusut.

Keadaan di Turki, pada bulan-bulan kritis tersebut, nampak sebenarnya nyaris tercipta untuk memberikan kesempatan paling penuh kepada pria cerdik Wangenheim. Selama sepuluh tahun, Kekaisaran Turki mengalami proses pengikisan, dan kini mencapai keadaan penurunan yang membuatnya mangsa yang mudah untuk diplomasi Jerman. Dalam rangka memahami keadaan tersebut, kami harus menjaga pikiran bahwa benar-benar tak ada pemerintahan yang berdiri tertata di Turki pada masa itu. Karena itu, Turki Muda bukanlah pemerintahan; mereka benar-benar pihak tak bertanggung jawab, sejenis perhimpunan rahasia, yang, lewat intrik, intimidasi dan pembunuhan, merebut sebagian besar jawatan negara. Ketika aku menjelaskan Turki Muda dengan penjelasan ini, aku mungkin menyebutkan ilusi tertentu. Sebelum aku datang ke Turki, aku terhibur akan gagasan organisasi ini yang sangat berbeda. Bermula pada 1908, aku teringat bacaan berita Turki yang sangat mengharapkan simpati demokrasiku. Laporan tersebut membertahuku bahwa badan revolusionis muda telah dibersihkan dari pegunungan Makedonia, yang berkirab menuju Konstantinopel, telah menggulingkan Sultan berdarah, Abdul Hamid, dan membentuk sistem konstitusional. Sebagaimana kisah-kisah surat kabar yang dituturkan kepada kami, Turki telah menjadi demokrasi, dengan parlemen, kementerian bertanggung jawab, hak suara universal, kesetaraan seluruh warga negara di hadapan hukum, kebebasan berbicara dan pers, dan seluruh esensi persemakmuran bebas yang menciptai kebebasan lainnya. Sehingga, kalangan Turki selama bertahun-tahun memperjuangkan reformasi-reformasi semacam itu yang aku ketahui, dan bahwa ambisi mereka menjadi nampak nyata dengan menandakan bahwa, sesuai semuanya, terdapat hal semacam itu pada pergerakan manusia. Gelombang pembantaian dan ketegangan jangka panjang di Kekaisaran Turki nampak telah berakhir; "pembunuh besar", Abdul Hamid, telah digulingkan dalam penahanan sendiri di Saloniki, dan saudaranya, Mohammed V yang berani, dinaikkan ke takhta dengan program demokratik progresif. Namun, janji semacam itupada waktu ia mencapai Konstantinopel pada 1913, banyak perubahan terjadi. Austria menganeksasi dua provinsi Turki, Bosnia dan Herzegovina; Italia merebut Tripoli; Turki berjuang dalam perang dengan negara-negara Balkan, dan kehilangan seluruh wilayahnya di Eropa kecuali Konstantinopel dan wilayah pedalaman kecil. Tujuan untuk regenerasi Turki yang telah menginspirasi revolusi mendadak gugur, dan ia kemudian mendapati bahwa empat tahun pemerintahan yang dikatakan demokratis berakhir dengan pengikisan, kemiskinan dan keretakan negara yang melebihi hal-hal yang terjadi pada masa sebelumnya. Sehingga, lama sebelum aku datang, upaya untuk mendirikan demokrasi Turki telah gagal. Kegagalan tersebut mungkin yang paling bulat dan paling mengecewakan dalam seluruh sejarah lembaga-lembaga demokratis. Aku sangat perlu menjelaskan secara menyeluruh soal sebab-sebab keruntuhan tersebut.Kita tak terlalu sangat mengkritik Turki muda, karena mereka tak jujur ketika ditanyakan ypada mulanya. Dalam pidato di Lapangan Pembebasan, Saloniki, pada Juli 1908, Enver Pasha, yang banyak dipandang sebagai pemimpin muda pemberontakan melawan tirani seabad, menyatakan bahwa, "Kini pemerintahan arbitrer telah lenyap. Kita semua adalah saudara. Tak ada lagi Turki, Bulgaria, Yunani, Servia, Romania, Mussulman, Yahudi. Di bawah langit biru yang sama, kita semua bangga akan Utsmaniyah." Pernyataan tersebut mewakili gagasan Turki Muda untuk negara Turki yang baru, namun ini merupakan gagasan yang melampaui kemampuan mereka untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Ras-ras yang diperlakukan semena-mena dan dibantai selama berabad-abad oleh Turki tak dapat mengubah diri mereka sendiri selama selaman menjadi saudara, dan prasangka kebencian, kecempuruan dan keagamaan masa lalu masih memecah Turki dalam ranah kelompok-kelompok yang berperang. Secara keseluruhan, perang-perang destruktif dan kehilangan sebagian besar Kekaisaran Turki telah menghancurkan semangat demokrasi baru. Ini merupakan landasan alasan lain untuk kegagalan, namun sangat dibutuhkan untuk mendiskusikan mereka pada masa ini.

Sehingga, Turki Muda telah lenyap sebagai unsur regenerasi positif, namun mereka masih ada sebagai mesin politik. Para pemimpin mereka, Talaat, Enver, dan Djemal, telah lama meninggalkan harapan mereformasi negara mereka, namun mereka mengembangkan nafsu tak terpuaskan untuk kekuasaan pribadi. Alih-alih negara yang berpenduduk nyaris 20.000.000 jiwa tersebut dengan bahagia mengembangkan nilai-nilai demokrasi, menikmati hak suara, membangun industrid an pertanian mereka, menempatkan fondasi untuk pendidikan, sanitasi dan kepentingan umum yang universal, aku memandang bahwa Turki sebetulnya mengandung banyak ketakperhitungan, penghirauan, dan perbudakan yang menggerakkan kemiskinan, dengan oligarki kalangan kecil di bagian puncak, yang bersiap untuk memakai mereka dengan cara tersebut agar mewujudkan kepentingan pribadinya. Dan tokoh-tokoh yang menerapkannya merupakan tokoh-tokoh sama yang membuat Turki menjadi negara konstitusional pada tahun-tahun sebelumnya. Kejatuhan yang lebih menonjol dari idealisme tertinggi menjadi materialisme yang paling kasar tak dapat dibayangkan. Talaat, Enver, dan Djemal merupakan pemimpin menonjol, yang dibekingi Komite, yang terdiri dari sekitar empat puluh orang. Komite tersebut berkumpul diam-diam, merekayasa pemilu, dan mengisi jabatan-jabatan dengan orang-orangnya sendiri. Mereka menduduki gedung di Konstantinopel, dan memiliki pemimpin tertinggi yang menjalani seluruh waktunya untuk perkara-perkara ini dan mengeluarkan perintah-perintah kepada para bawahannya. Fungsioner ini memerintah partai dan negara seperti halnya pemimpin kota Amerika pada masa-masa paling tak beraturan kami; dan seluruh organisasi yang menghiasi ilustrasi khas yang terkadang mereka sebut sebagai "pemerintahan tak kasat mata." Jenis pengendalian tak bertanggung jawab tersebut telah berkali-kali berkembang di kota-kota Amerika, utamanya karena para warga menjalankan sepanjang waktu mereka untuk perkara-perkara pribadi mereka dan sehingga menghiraukan kebaikan umum. Namun di Turki, masyarakatnya sama-sama terlalu hirau untuk memahami arti demokrasi, dan kebangkrutan dan kekacauan umum negara tersebut membuat negara tersebut tak memiliki pemerintahan dan menjadi mangsa muda untuk sekelompok petualang tertentu. Komite Persatuan dan Kemajuan, dengan Talaat Bey sebagai pemimpin paling berkuasa, menghimpun kelompok. Disamping empat puluh orang di Konstantinopel, komite-komite bawahan dihimpun di seluruh kota penting dari kekaisaran tersebut. Orang yang ditempatkan dalam kekuasaan "melaksanakan perintah" dan melakukan pelantikan yang membawahi mereka. Tak ada orang yang dapat memegang jabatan, tinggi atau rendah, yang tidak didorong oleh komite tersebut.

Namun, aku harus menyatakan bahwa geng-geng Amerika yang melakukan ketidakadilan besar sepadan dengan Komite Persatuan dan Kemajuan Turki. Talaat, Enver, dan Djemal menambahkan sistem mereka yang menjelaskan tak ada padanannya pada politik Amerika—dalam hal pembunuhan dan pembunuhan yudisial. Mereka merampas kekuatan dari faksi lain dengan cara kekerasan. Kudeta tersebut dilakukan pada 26 Januari 1913, tak sampai setahun sebelum kedatanganku. Pada masa itu, sebuah kelompok politik, yang dikepalai oleh yang mulia Kiamil Pasha, sebagai Wali Agung, dan Nazim Pasha, sebagai Menteri Perang, mengendalikan Pemerintah. Mereka mewakili faksi yang dikenal sebagai "Partai Liberal," yang utamanya berbeda dari rekanannya pada Turki Muda. Para anggotanya berjuang dalam Perang Balkan. Pada Januari, mereka merasa diri mereka sendiri terpaksa menerima nasehat kekuatan-kekuatan Eropa dan menyerahkan Adrianopel kepada Bulgaria. Turki Muda berada di luar perjuangan tersebut selama sekitar enam bulan demi melirik kesempatan untuk kembali berkuasa. Rencana penyerahan Adrianopel nampaknya menghiasi kesempatan tersebut. Adrianopel merupakan kota Turki penting, dan secara alamiah orang-orang Turki anggap penyerahan tersebut sebagai masih adanya batu pijakan mereka terhadap kubah nasional mereka. Talaat dan Enver mengumpulkan sekitar dua ratus pengikut dan berkirab ke Sublime Porte, tempat yang diduduki oleh kementerian pada saat itu. Mendengar kabar tersebut, Nazim bergerak ke balai. Ia dengan berani berhadapan dengan kerumunan tersebut, sebuah rokok di mulutnya dan tangannya dimasukkan ke kantungnya.

"Ayolah, kawan-kawan," katanya dengan hiburan yang bagus, "apa yang kalian semua berisikkan? Tidaklah kau tau bahwa ini merupakan campur tangan dengan deliberasi kita?"

Kata-kata tersebut sulit dikeluarkan dari mulutnya ketika ia wafat. Sebuah rudal mengenai bagian vital.

Rombongan tersebut, yang dipimpin oleh Talaat dan Enver, ketika memaksakan jalan mereka menuju gedung dewan. Mereka memaksa Kiamil, Wali Agung, mundur dari jabatannya dengan mengancamnya bahwa ia akan bernasib seperti Nazim.

Ketika pembunuhan telah menjadi alat kepemimpinan tersebut telah menyulut kekuatan tertinggi, sehingga pembunuhan terus menjadi alat yang dipergantungkan kepada mereka untuk meraih kekuasaan mereka. Selain tugas-tugas lainnya, Djemal menjadi Gubernur Militer Konstantinopel, dan dalam penugasannya ia memegang kendali atas kepolisian. Dalam jabatan tersebut, ia mengembangkan seluruh kemampuan dari seorang Fouché, dan melakukan pengerjaannya dengan sangat sukses yang setiap orang harapkan untuk bersekongkol melawan Turki Muda yang biasanya mundur demi keperluan tersebut menuju Paris atau Athena. Beberapa bulan sebelum kedatanganku telah menjadi pemerintahan teror. Turki Muda menghancurkan rezim Abdul Hamid hanya untuk mengadopsi metode-metode perlawanan diam-diam kesukaan Sultan. Alih-alih selayaknya Abdul Hamid, Turki kini menyadari bahwa negara tersebut memiliki banyak orang. Orang-orang ditangkap dan dideportasi pada jumlah tertentu, dan menggantung terdakwa—lawan politik, yang merupakan kelompok pemerintahan—merupakan kejadian umum.

ISTANA BEYLERBEY DI BOSPHORUS
Ketika Abdul Hamid singgah dari waktu saat ia dibawa dari Saloniki sampai kematian terkininya—sebuah foto yang diambil dari peluncuran Scorpion, kapal penjaga Amerika di Konstantinopel
KEDUBES AMERIKA DI KONSTANTINOPEL
Kala Dubes Morgenthau menjalankan urusan diplomatik Amerika dari musim gugur 1913 sampai musim semi 1916. Usai Turki berperang, Tuan Morgenthau menerima penugasan urusan sembilan negara lainnya
TUAN MORGENTHAU, DUBES AMERIKA UNTUK TURKI, 1913–1916
Tuan Morgenthau berdiri di teras Kedubes Amerika di Konstantinopel. Dua anak laki-laki tersebut adalah cucu-cucunya, Henry M. dan Mortimer J. Fox; dua anak perempuan tersebut adalah putri-putri Perwakilan Swedia untuk Turki, C. d'Anckarsvard. Istri d'Anckarsvard adalah orang Amerika.

Kelemahan Sultan utamanya membantu kebangkitan komite tersebut. Kita harus ingat bahwa Mohammed V tak hanya Sultan namun Khalifah—tak hanya penguasa temporal, namun juga pemimpin Islam. Sebagai pemimpin agama, ia menjadi obyek pemuliaan pada jutaan Muslim taat, sebuah fakta yang memberikan pria kuat dalam pengaruh besar jabatannya dalam membebaskan Turki dari para penentangnya. Ia meyakini bahwa orang-orang yang memiliki perasaan yang sangat murah hati kepada Sultan tak akan menganggapnya sebagai pria handal yang kuat. Keadaan tersebut adalah sebuah mukjizat yang memaksa Mohammed tak lagi bernasib sepenuhnya menghancurkannya. Ia adalah saudara Abdul Hamid—"pembunuh besar" Gladstone—seorang pria yang berkuasa lewat pengintaian dan pertumpahan darah, dan yang tak lagi menganggap para kerabatnya sendiri ketimbang orang-orang Armenia yang dibantai. Saat ia naik takhta, salah satu tindakan pertama Abdul Hamid adalah menutup ahli warisnya di istana, mengelilinginya dengan para pengintai, membatasinya dari masyarakat pada haremnya dan sedikit ruangan istana, dan memberikan kekhawatiran akan pembunuhan pada kepalanya. Secara alamiah, pendidikan Mohammed dibatasi. Ia hanya dapat berbahasa Turki, dan satu-satunya alat yang memahamkannya soal dunia luar adalah surat kabar Turki tertentu. Tak lama ketika ia masih ditekan, ahli waris tersebut merasa nyaman dan aman, namun ia mengetahui bahwa tanda pemberontakan pertama, atau bahkan rasa sangat penasaran terhadap peristiwa yang akan terjadi, akan menjadi tanda kematiannya. Sekeras apapun cobaan itu, hal tersebut tak menghancurkan apa yang menjadi benar-benar sifat berani dan mengasihi. Sultan tak memiliki karakteristik yang menunjukkan "Turki mengerikan." Singkatnya, ia merupakan pria tua yang berani, murah hati, dan tenang. Setiap orang menyukainya dan aku tak berpikir bahwa ia memiliki perasaan sakit terhadap jiwa manusia. Ia tak dapat memerintah kekaisarannya, karena ia tak memiliki persiapan untuk tugas sulit semacam itu. Ia memegang penugasan tertentu dalam gelarnya dan menyadari bahwa ia merupakan keturunan garis keluarga dari Osman agung. Namun, ia jelas-jelas tak dapat menentang skema-skema pihak yang saat itu berjuang untuk mengendalikan Turki. Dalam penggantian Abdul Hamid, sebagai tuannya, oleh Talaat, Enver, dan Djemal, Sultan tak banyak memiliki pendirian pribadi. Komite Persatuan dan Kemajuan memerintahnya seperti halnya mereka memerintah seluruh belahan Turki—lewat intimidasi. Sehingga, mereka memberikannya contoh kekuasaan mereka, untuk Sultan yang berupaya pada satu kesempatan untuk menghimpun kemerdekaannya, dan keputusan dari peristiwa ini tak meninggalkan keraguan seperti halnya orang yang menjadi tuan. Sekelompok tiga belas "konspirator" dan penjahat lain, yang beberapa adalah penjahat sebenarnya, yang lainnya sebetulnya terdakwa politik, dihukum gantung. Salah satunya adalah menantu kekaisaran. Sebelum eksekusi dapat dilakukan, Sultan mendapatkan isyarat akan kematian. Ia memohon agar ia diijinkan untuk membebaskan ipar kekaisaran, meskipun ia tak menentang penggantungan dua belas orang lainnya. Penguasa nominal dari 20.000.000 orang tersebut berlutut di hadapan Talaat, namun semua permohonannya tak dihiraukan pria penentu tersebut. Disini, Talaat beralasan, merupakan kesempatan untuk memutuskan, sekali untuk semuanya, yang merupakan tuannya, Sultan atau diri mereka sendiri. Beberapa hari setelah itu, figur melankoli ipar kekaisaran, dijerat di ujung tali di hadapan masyarakat Turki, nampak menunjukkan kekaisaran bahwa Talaat dan Komitenya merupakan pimpinan Turki. Usai uji coba kekuatan tragis tersebut, Sultan tak pernah berupaya lagi untuk campur tangan dalam urusan negara. Ia mengetahui apa yang terjadi pada Abdul Hamid, dan ia mengkhawatirkan nasib yang bahkan lebih mengerikan pada dirinya sendiri.

Pada masa aku datang ke Konstantinopel, Turki Muda sepenuhnya mengendalikan Sultan. Ia sering disebut sebagai "mesin irade," sebuah peribahasa yang memiliki arti yang sama ketika kita menyebut seseorang sebagai "perangko karet." Tugas-tugas kenegaraannya meliputi pembukaan acara tertentu, seperti menerima dubes, dan membubuhkan tanda tangan pada surat-surat yang diberikan kepadanya oleh Talaat dan rekan-rekannya. Ini merupakan perubahan menonjol dalam sistem Turki, semenjak di negara tersebut selama berabad-abad Siltan telah menjadi pihak yang tak dipertanyakan, yang kehendaknya menjadi satu-satunya hukum, dan yang seluruh kekuasaan kedaulatannya terpusat dalam orang-orangnya sendiri. Tak hanya Sultan, namun parlemen, telah menjadi pihak bawahan dari Komite, yang memilih seluruh anggotanya, yang hanya dipilih sebagai para bos menonjol yang didikte. Komite tersebut mengisi banyak jabatan kabinet paling berkuasa dengan para pengikutnya, dan mencapai banyak tempat penting yang, untuk beberapa alasan, masih berada di tangan lain.