Anak Mandiri yang Berbakti

Anak Mandiri yang Berbakti

Detik jam mengarah pukul 7. Lonceng pun berbunyi kencang menandakan waktu jam istirahat di SD Putik Bunga. Seluruh siswa siwi berkeliaran di kantin sekolah. Ada juga beberapa siswa yang masih berada di dalam kelas. Di antaranya adalah Ratna dan Raina. Saat ini mereka duduk di kelas 5 dasar.

"Rain, Rain" kata temanku yang memanggil namaku.

"Ada apa Ratna?" Aku menoleh kepada suara itu.

"Coba liat deh, aku dikasih ini sama ayah aku" Ratna sambil membuka ranselnya. Ternyata ia mengeluarkan handphone canggih keluaran terbaru.

"Waah bagus sekali Ratna, ayah kamu beli di mana?" Tanya aku kepada Ratna dengan muka berseri seri.

"Ayahku beli di toko elektronik. Kemarin kan hari ulang tahunku. Baguskan?" jawab Ratna sambil memegang handphone terbarunya."

“Iya Ratna, bagus banget.” Jawabku.

“Andai saja aku masih punya ayah.” Hatiku berujar sambil tertunduk lesu.

“Ehh, kok malah murung? Jangan murung gitu dong Rain. Ayo kita main hp ini, aku tadi ambil video dari youtube. Ternyata aku melihat ada anak seumuran kita yang udah jadi youtuber loh". Kata Ratna sambil membuka video di handphonenya.

"Youtuber itu apa Ratna?" Tanya ku sambil kebingungan.

"Kamu ga tau? Youtuber itu yang suka edit edit video itu terus videonya dikirim deh ke youtube." Jawab Ratna yang menjabarkan.

"Tapi apa gunanya dikirim ke youtube Ratna?" Tanya aku sambil menatap heran ke Ratna.

"Ihhh, kamu masih belum ngerti juga iya. Jadi tuh Rain abis kita bikin video terbaik kita yang udah diedit, videonya terus dikirim ke youtube biar banyak yang nonton. Terus, kita dapat uang deh." Jawab Ratna sambil menjelaskan.

"Oh, iya aku ngerti sekarang Ratna." Kata aku sambil mengangukan kepala.

Jam pun terus berlalu akhirnya lonceng pulang pun berbunyi. Aku lari ke rumah dengan sekencang-kencangnya. Sesampainya di rumah, aku bercerita kepada bundaku yang sedang mengemasi box makanan untuk berjualan.

"Assalamualaikum bundaaa, bunda aku pulang," aku teriak sambil mengedor gedor pintu.

"Waaikumssalam sayangnya bunda. Astagfirullah, ada apa nak?" Tanya bundaku yang kaget.

"Bunda… hiks hiks hiks hiks" Tersedu-sedu aku menangis diperlukannya.

"Sayang kok nangis, sini tatap mata bunda.." kata bunda sambil mengusap air mataku yang terus menetes.

"Sayangnya bunda, ada yang mau kamu ceritakan sama bunda ini, nak?" Tanya bundaku dengan suara yang lembut.

"Bunda hiks hiks hiks, aku iri sama temanku. Dia masih punya ayah yang baik.. hiks hiks hiks. Sedangkan aku tidak punya ayah bunda hiks hiks." Kataku sambil menangis dalam dekapan bunda.

"Sayang.. Allah itu baik sama Ayah, dan Allah juga baik sama kita, nak. Ini adalah jalan terbaik untuk kita dan ayah sayang. Semuanya adalah takdir. Kita sebagai manusia tidak boleh terus menerus larut dalam kesedihan. Lebih baik kita berdoa kepada Allah agar ayah tenang di sana sayang. Ayo gimana doanya nak?" Kata bunda sambil membuka telapak tangan.

"Allaahummaghfirlii " kata bunda tetapi aku masih diam terpaku pada bunda.

"Ayo cintaku kita berdoa, yang biasanya kita ucapkan sehabis shalat sayang." Kata bunda mengajakku.

"Allaahummaghfirlii dzunuubii waliwaalidayya warhamnii warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiro, waliljamii'il muslimiina walmuslimaati, walmu'miniina wal mu'minaati Al ahyaa'i minhum wal amwaati, watsaabit bainanaa wa bainahum bil khoiraat, robbighfir warham wa anta khoirur roohimiin, walaa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil adhiimi." Itulah do'a yang kita panjatkan berdua kepada Allah.

"Pintar anaknya bunda. Anaknya bunda rapih rapih dulu yuk.. Bunda sudah buatkan sarapan siang untuk kamu sayang" kata bundaku.

"Baiklah bunda, aku bersih bersih dulu iya" kataku sambil bergegas masuk kamar.

"Iya anaknya bunda, bunda rapihkan di dapur iya. Setelah itu kamu langsung ke dapur aja" kata bunda sambil menuju dapur. Aku pun menjawab dengan anggukan.

Setibanya di meja makan yang berada dekat dengan dapur, Aku dan bunda duduk sambil menikmati masakan bunda.

"Bunda, tadi Ratna menujukan sebuah handphone baru bunda." Kataku sambil menuangkan nasi dipiring.

"Memang boleh iya nak, handphone dibawa ke sekolah?" Tanya bunda sambil merasa heran.

"Sebenarnya tidak boleh bunda, tapi Ratna menujukan handphone itu saat jam istirahat bunda." Jawabku sambil memasukan nasi ke dalam mulutku yang kemudian dibalas dengan anggukan kepala bunda.

"Bunda Ratna beruntung dibelikan handphone oleh ayahnya. Bunda aku mau punya handphone seperti Ratna" tanyaku sambil meminta kepada bunda.

"Huk, huk hem." Bunda tersedak makanan mendengar permintaanku.

"Sayangnya bunda, untuk makan saja kita sudah harus banyak bersyukur. Usaha catering bunda sedang sepi nak. Nanti, kalau ada uang lebih bunda belikan handphone. Tapi bunda mau nanya sama kamu." Tanya bunda kepada ku.

"Apa itu bunda?" Jawab aku sambil menatap bunda.

"Saat kamu sudah punya handphone, kamu mau gunakan handphone itu untuk apa, karena bunda tidak mau kalau kamu hanya memakai untuk main game atau pamer kepada orang lain." Tanya bundaku.

"Kata Ratna jadi youtuber itu menghasilkan banyak uang bunda, aku mau seperti itu bunda" kataku sambil berlinang air mata.

"Memangnya tidak terganggu sekolah kamu?" Tanya bunda lagi. "Tidak bunda. Aku janji itu" Jawab aku sambil memberikan kelingking kepada bunda menandakan aku yang hendak berjanji pada bunda.

"Baiklah. Nanti bunda akan usahakan semaksimal mungkin bunda iya, tapi kamu juga harus sabar dan doakan bunda agar diberikan rezeki." sambil meraih keliking aku.

"Itu pasti bunda" kataku sambil melengkukan jari telunjuk dan jempol berbentuk o.

"Ayo cepat habiskan makananmu, lalu langsung kerjakan PR-mu dan bantuin bunda iya sayang" kata bunda sambil merapihkan sisa makanan.

"Siap, bunda beres deh" jawabku riang. Aku kemudian lekas mencuci tangan dan langsung bergegas mengerjakan PR.

Waktu berlalu akhirnya PR-ku sudah selesai, dan aku menghampiri bunda yang sedang melamun di tempat kerja bunda.

"Bunda aku sudah selesai." Kataku, menghampiri bunda. Bunda tersenyum kepadaku.

"Ini kamu ambil seteples untuk bungkus box makanan.

Alhamdulilah, tadi bunda menerima pesanan walaupun tidak begitu banyak. Tapi cukup untuk makan kita dan uang jajan kamu." kata bunda.

"Siap, laksanakan komadan!" Ujarku, penuh semangat.

Keesokan harinya Ratna dan Rain sedang kerja kelompok di teras rumah Ratna.

"Duh… susah banget ini Rain isinya apa iya?" Kata Ratna bertanya.

"Aku juga masih ga paham nih Rat sama soal nomor 9" jawabku yang kebingungan.

"Kita tanya Google aja yuk, sebentar aku ambil handphone dulu" kata Ratna sambil berdiri dan masuk ke dalam rumahnya.

"Rain Rain" terdengar suara dari samping rumahnya Ratna.

"Duh siapa tuh yang manggil aku" kata aku yang kebingungan. Dan akhirnya Ratna pun datang membawa handphone dan minuman es jeruk.

"Rain kamu kenapa sih?" Ratna terheran yang memperhatikan aku.

"Tadi ada yang manggil aku Ratna. "Ah yang benar saja? Kamu salah dengar kali. Ayo kita isi nomor ini." Kata Ratna sambil membuka handphonenya.

"Tadi pertanyaannya apa ya Rain?" Kata Ratna bertanya aku.

"Planet tata surya yang terkecil yaitu?" Kata aku yang membacakan soal yang paling sulit.

"Ketemu Rain. Jawabnya Merkurius" kata Ratna sambil memperlihatkan gambar planet Merkurius.

"Ratna, aku ada soal yang susah satu nomor tentang kebudayaan dan kewarganegaraan dan satu nomor lagi tentang matematika." Kata aku sambil menyerahkan buku yang belum aku isi.

"Nomor berapa Rain dan tolong dibacakan iya?" Kata Ratna sambil membuka handphonenya kembali.

"Indonesia memiliki keragaman bahasa daerah, tetapi tetap memiliki bahasa nasional sebagai bahasa persatuan. Bahasa persatuan tersebut digunakan sebagai bahasa pergaulan, di sekolah, dan instansi resmi lainnya. Bahasa yang dimaksud adalah Bahasa… ?" Kata aku sambil membaca soal budaya dan kewarganegaraan.

"Bahasa Indonesia Rain, kata Google ini" kata Ratna sambil memperlihatkan handphonenya ke arahku.

"Sebentar Rain. Ini matematika soal nomor 6 aku ga bisa. Kamu udah belum?" Kata aku sambil memperlihatkan soal tersebut ke Ratna.

"Belum .. hehee, ini gunanya kita kerja kelompok. Jadi belajar bersama dan mencari solusi sama-sama Rain." Kata Ratna sambil mengarukan kepalanya.

"Kita tanya lagi yuk ke Google kali aja ada gitu" kata Ratna lagi.

"Oke, akar dari 64 pangakat 2 itu berapa?" Kata aku bertanya pada Ratna.

"64 pangkat dua itu isinya 8 Rain" kata Ratna sambil memperlihatkan cara pengerjaanya.

"Waah hebat sekali handphone kamu dan Google itu jadi yang kita gak paham bisa paham iya.

“Andai saja bundaku ada rezeki. Pasti aku dibelikan handphone." Kata aku sambil merasa kagum kepada handphone Ratna.

"Kamu pasti nanti punya kok Rain. Yang sabar iya. Semoga Allah mengabulkan doa kamu. Yuk kita berdoa minta kepada Allah agar rezeki orang tua kita lancar." Kata Ratna sambil menepuk bahu aku.

"Allahumma yaa ghoniyyu yaa hamiid yaa mubdi'u yaa mu'iid yaa rohimu yaa waduud yaa fa'alu lima yuriid agnini bihalaalika anharoomika wa bifadlika 'amman siwaak" kami berdoa untuk memohon rezeki yang lancar. "Aminnn aminn.." Tutup do'a kami.

"Ratna itu ada suara lagi, yang sempat manggil aku."Kataku sambil ketakutan.

"Ayo kita kesana melihatnya." Kata Ratna sambil menepuk bahuku.

"Ratna Ratna" kata suara itu lagi, ternyata burung beo yang mulai belajar berbicara.

"Mamah Pio sudah bisa bicara." Kata Ratna sambil memanggil mamahnya.

"Ada apa sayang kok teriak begitu?" Kata mamahnya Ratna keluar dari rumah, sambil mengendong balita yang berumur 3 tahun.

"Tadi Pio bersuara mamah" kata Ratna sambil menunjuk ke arah Pio.

"Alhamdulillah akhirnya jadi Mamah bisa vlog bareng Pio" kata mamahnya Ratna.

"Eh ada Raina. Sudah lama nak?" Kata mamahnya Ratna menyapaku.

"Alhamdulillah tante sudah. Dan kita sambil mengerjakan pekerjaan rumah bareng, tante" Kataku mencium tangan mamahnya Ratna.

"Maaf iya nak, tadi tante tidak melihatmu saat datang. Maklum si kecil lagi rewel tadi" kata mamahnya Ratna sambil menepuk nepuk adiknya Ratna.

"Tidak apa apa tante" Jawab aku.

“Iya udah kalian kerjain lagi gih, PR-nya. Biar nanti tante buatkan makan siang karena kebetulan sudah jam 12.00 siang ini" Kata mamahnya Ratna lagi.

"Terima kasih tante, sepertinya tugas kita juga sudah selesai dan aku juga mau bergegas pulang ke rumah. Bunda pasti sudah membuatkan makanan untukku." Kataku sambil merapihkan barang barang.

"Hati-hati dijalan iya. Ini ada titipan sedikit untuk bundamu." Kata mamahnya Ratna

"Iya tante terima kasih banyak iya. Aku izin pamit dulu. Assalamualaikum semuanya." Kataku sambil keluar dari teras.

"Waalaikumsalam." Ratna dan mamahnya menjawab.

Setibanya di rumah, aku melihat bunda sedang berbicara kepada seseorang lewat handphonenya.

"Assalamualaikum Bunda. Aku pulang…" Bunda tidak menjawab, dan tetap menerima panggilan telpon itu. Aku menunggu sampai bunda selesai berbicara lewat telpon itu.

"Eh sayang anaknya bunda sudah pulang" Kata bunda yang baru saja selesai menelpon.

"Assalamualaikum bunda. Bunda bunda ini ada titipan dari mamahnya Ratna." Kataku sambil memberikan sebuah paper bag yang berisi kue cookie.

"Waaikumssalam. Alhamdulillah, nak. Nanti bunda sajikan di atas meja iya nak." Kata bunda sambil menerima paper bag itu.

"Bunda aku boleh bertanya?" Tanyaku dengan nada meragu.

"Boleh sayang kamu, mau nanya apa?" Kata bundaku yang agak terheran-heran.

"Bunda aku kapan iya bisa dapat handphone terbaru? Handphone dari bunda juga sudah pecah kameranya. Jadi tidak bisa dipakai buat bikin video youtube." Kataku sambil menatap bunda dengan berkaca-kaca.

"Sabar iya sayangku. Kalau kita bersabar nanti disayang siapa?" Kata bundaku sambil bertanya.

"Disayang Allah. Tapi bundaaa…" Keluhku, sambil meneteskan air mata.

"Syutt jangan nangis, kalau nangis anaknya bunda keliatan jelek tau." Kata bunda sambil memelukku.

"Ayo ganti baju. Kita makan siang. Tapi shalat zuhur dulu iya." Kata bunda sambil membawa paper bag ke arah dapur.

"Huft.. baik bunda, kapan iya?" Kata aku sambil menatap lantai. Saat sampai dimeja makan ada sesuatu yang bundaku masak, yaitu perkedel menu kesukaan aku.

"Waah bunda kelihatannya enak." Kata aku sambil mengarahkan tangan untuk mengambil makanan.

"Sayang apa kamu sudah cuci tangan? Bagaimana shalat zuhur kamu?" Kata bunda menegurku.

"Heheheh bunda.. Aku mau ke kamar mandi tadi. Tapi aroma wangi masakan bunda buat aku ga tahan. Maaf iya bunda" kata aku sambil mengarukan kepala yang tidak gatal.

"Iya ga apa apa, nanti kamu bisa memakannya." Kata bunda yang sedang mengaduk air sup di panci.

Setelah selesainya jam makan siang, aku menonton tv sambil makan cookie. Mumpung hari Minggu, sekolah libur.

"Nak, kesini sebentar yuk" Bunda memanggilku.

"Baik bunda, tunggu sebentar. Aku mau menaruh toples dulu, nanti digigit semut lagi" Kata mulutku yang sudah berisi cookie.

Sesampainya di ruang tamu aku melihat bunda dengan paper bag berwarna hitam yang bertuliskan merek handphone.

"Bunda itu apa?" Tanya ku sambil penasaran.

"Ini ada handphone baru untukmu nak. Ini modal balik usaha careting bunda, dan sisa dari simpanan bunda. Digunakan iya sayang. Semoga bermanfaat" Kata bunda sambil memberikan paper bag itu.

Aku membuka handphone tersebut sambil meneteskan air mata.

"Bundaaa ini bagus bangett, pasti ini mahall." Kataku sambil memeluk handphone dan mencium pipi bunda dengan rasa terharu. Bunda tersenyum hangat sekali.

“Kring..” Handphone bunda berdering.

Ada nomor yang tidak dikenal menelpon bunda.

"Bunda kok ga diangkat?" Tanyaku terheran.

"Oh.. itu bukan siapa siapa, nak." Jawab bundaku gugup.

"Mungkin ada urusan penting bunda?" Tanyaku penasaran.

"Sudah, kamu rapihkan gih handphonenya, dan istirahat siang. Besok kamu sekolah. "Kata bunda yang sedang menggenggam handphone.

"Baiklah bunda, aku istirahat dulu." Jawabku, sambil menghampiri kamar.

"Iya pak, nanti akan saya bayar tenang aja." Bundaku berbicara kepada seseorang di luar sana. Aku terkaget mendengar suara bunda seperti seseorang yang sedang ketakutan.

Keesokan harinya di SD putik bunga. Raina hari ini sedang sangat murung.

"Haii Raiinn kok ga makan siang? Aku dari tadi nunggu kamu di kantin loh" Kata Ratna menepuk bahuku.

"Ratna, ada yang aku mau ceritakan" Ujarku sambil menatap Ratna.

"Ayo ceritakan. Biar aku mendengarnya."kata Ratna yang bersemangat untuk mendengarkan.

"Kemarin ibu ku, kasih aku sebuah handphone baru Ratna" Ujarku, menjelaskan.

"Waah terus terus kenapa kamu galau?" Tanya Ratna.

"itu dia! Aku bingung soalnya. Kemarin bundaku menerima telpon seperti ketakutan begitu Ratna" Ceritaku sambil tertunduk lesu.

"Hmm.. Begitu iya. Nanti aku cerita juga ke mamahku deh biar bunda kamu ada teman ngobrol bareng" Ujar Ratna, sambil mengetuk-ngetukan pulpennya di atas meja.

"Beneran Ratna?" Aku terkejut sambal kujawab dengan anggukan.

"Terimakasih Ratna" Kupeluk Ratna dengan erat.

Lonceng pulang berbunyi. Aku pun bergegas pulang. Setibanya aku di rumah, rumahku terlihat sepi.

"Assalamualaikum bundaa" salamku, sambil mengetukan pintu. Tidak ada yang menjawab. Aku bingung Bunda kemana, dan entah aku mau pergi kemana. Terlintas di benakku rumah Ratna.

Aku berjalan kaki menuju rumah Ratna. Benar Ternyata. Ada bundaku dan mamahnya Ratna sedang berbincang.

"Assalamualaikum…" Aku mengucapkan salam sambil mencium tangan bunda dan mamahnya Ratna.

"Waalaikumssalam" kata bunda dan mamahnya Ratna.

"Eh anaknya bunda, udah pulang. Maafin bunda iya soalnya gak bilang ke kamu kalau bunda ke rumah Ratna dulu" kata bunda sambil tersenyum.

"Iya bunda ga apa apa kok" Jawab aku.

"Nak, Ayo duduk" Ujar mamahnya Ratna.

"Eh iya tante" Kataku sambil menarik kursi.

"Rain sini, kebetulan ada kamu. Kita sekalian nari bareng yuk. Kata ibu guru kita harus bisa tarian daerah" Ujar Ratna sambil menarik tanganku.

"Oh iya Ratna" jawab aku.

"Sayang Raina baru aja sampai. Masa langsung ditarik. Ajak makan siang dulu iya. Mamah dan bundanya Rain ingin bicara berdua" Mamah Ratna menegaskan.

"Iya mah. Ayo Rain kita ke dapur. lets go.." Ajak Ratna bersorak riang.

"Eh iya Ratna." Kataku, tersipu malu.

Ratna menyendokkan sepiring makanan untukku lengkap dengan lauk dan nasi.

"Ayo dimakan” Kata Ratna sambil menepuk bahuku.

"Eh iya Ratna. Hmmm… enak banget Ratna ini masakan mamah kamu!" Pujiku sambil menyantap masakan itu.

"Tapi mamahku ga bisa masak" kata Ratna sambil tersenyum.

"Loh ini masakan siapa?" Kata aku sambil heran.

"Ini catering mamah kamu tauuu" kata Ratna sambil mengunyah.

"Uhukk!" aku tersedak.

"Kok aku ga tau sih?" Aku bertanya sambal merasa heran.

Selesainya makan dan shalat zuhur, aku latihan menari bersama Ratna. Dan tiba tiba ada mamahnya Ratna sambil vlog kegiatan kita.

"Eh mamahnya kamu youtuber iya?" Bisik aku bertanya kepada Ratna.

"Iya Rain, mamahku youtuber." Jawab Ratna sambil tersenyum.

"Tante aku boleh minta ajarin gak cara jadi youtuber seperti tante?" Pintaku.

"Boleh dong nak. Masa gak boleh kalau orang mau belajar. Ayok sini!" Ajak mamahnya Ratna sambil menepuk sofa ruang tamu.

"Jadi, pertama-tama kita unggah aplikasi youtube lebih dulu iya." Terang mamahnya Ratna.

Matahari sudah mulai tenggelam. Aku masih asyik duduk bermain handphone dan melihat video tentang cara jadi youtuber yang gokil.

"Sayang, kok main handphone terus sih? Ayok bantuin bunda." Ajak bundaku sehabis dari dapur.

"Siap bunda!" Aku menjawab dengan penuh semangat.

Sesampainya di dapur…

"Waah bunda.. Banyak banget careting¬nya bunda. Sepertinya mulai laris ya Bunda." Responku, sambil merasa kaget.

"Iya nak. Alhamdulillah, tadi mamahnya Ratna pesan 50 box untuk acara tasyukaran ulang tahun adiknya Ratna." Kata bunda sambil tersenyum.

"Wuihh.. kalau begini, aku mau bikin vlog dan video gokil bunda" Kataku, penuh semangat.

"Iya boleh sayang" Jawab bundaku sambil tersenyum.

Keesokan harinya handphoneku terus bergetar. Aku kaget sekali karena banyak notifikasi yang masuk. Ternyata video yang aku buat ditonton ribuan orang.

"Bundaaaa, coba lihat.." Teriakku.

"Astagfirullah ada apa sayang?" Bundaku terheran.

"Ini loh bunda. Videoku ditonton ribuan orang, dan disukai mamahnya Ratna juga" Kataku sambil terkejut.

"Alhamdulillah, itu rezeki atas hasil kerja keras kamu. Semangat iya saying!" kata bundaku sambil tersenyum.

Tiba tiba ada suara getaran lagi di handphonenya bunda dengan nomor tidak dikenal dan ada lambang aplikasi pinjaman online.

"Bunda.. kok ga diangkat lagi telponya?" Tanyaku sambil merasa heran.

"Ngak sayang, ini bukan siapa-siapa kok" Jawab bunda.

"Bunda cerita sama aku iya. Ayo bunda cerita sama aku!" Tuturku, sambil mengoyangkan badan bunda.

"Iya sayang bunda cerita. Jadi bunda selama ini pakai modal dari pinjaman online. Bunda punya hutang sebesar Rp 10.000.000 untuk usaha bunda dan untuk handphone kamu yang sekarang. Bunda pikir dengan usaha catering, hutang bunda akan terbayarkan. Ternyata catering bunda sedang sepi nak. Maafin bunda iya nak yang ga terus terang sama kamu" Bunda bercerita sambil meneteskan air mata.

"Bundaaa, maafin aku juga yang maksa bunda buat beli handphone ini. Tapi aku janji bunda akan berusaha bantu carikan uang untuk bantu bunda" Jawabku sambil menangis karena sudah air mata yang sudah tidak tertahankan lagi.

"Sayang... ini sudah jadi tanggung jawab bunda ya nak. Yang penting, kamu belajar dengan sungguh-sungguh" Kata bunda, mengelus kepalaku dengan lembut.

"Tidak bunda, aku akan belajar dan tetap membuat video agar dapat uang untuk bantu bayar hutangnya bunda" Kataku dengan nada bersemangat.

"Terima kasih iya nak. Bunda do’akan semoga kamu jadi anak berguna dan impian kamu tercapai" Tutur bunda, mendo’akan sambil menatap mataku.

"Ayo nak, kamu berangkat sekolah, agar tidak terlambat" Bunda mengingatkan dan merapihkan seragam merah putihku.

Setelah selesai sekolah aku bermain dengan Ratna.

"Ratna, gimana iya aku bisa dapat uang? Aku ingin bantu ibu melunasi hutang pinjaman online." Kataku sambil duduk di ayunan rumah Ratna.

"Bagaimana kalau kita buat konten, seperti tentang cemilan gitu? Kita patungan beli cemilan, nanti aku yang pegang handphone kamu buat untuk jadi kameramennya?" Ajak Ratna sambil menatapku.

"Ide bagus tuh Ratna. Kita bikin video setiap hari, tapi dengan modal uang jajan kita." Kata aku sambil semangat menatap Ratna.

"Gampang itu mah beres deh. Yang penting kamu jadi youtuber biar bisa bantu bunda kamu" kata Ratna sambil menepuk bahuku. Dan aku pun langsung memeluk Ratna.

Ratna memang sahabat terbaikku. Menyadari dukungannya yang begitu besar, aku pun meneteskan air mata karena sedih dan terharu.

“Udah jangan nangis kita bantu bunda kamu okeyy?" kata Ratna.

"Oke, Ratna siapp" Kata aku sambil semangat.

Hari terus berganti aku dan Ratna setiap hari menyempatkan waktu membuat video vlog, namun tetap belajar. Kami juga rutin mengupload video-video di kanal youtube.

"Bundaaaaa!!" Aku berteriak sambil menghampiri bunda.

"Ada apa sayang?" Tanya bunda.

"Lihat nih, subscriberku sudah mencapai 1 juta bunda. Aku juga sudah punya tabungan" Ucapku sambil menyerahkan buku tabungan.

"Hah? Kamu dapat dari mana uang sebanyak ini nak?" Bunda bertanya, hampir tidak percaya melihat saldo di tabunganku.

"Ini dari hasil kerja keras aku bareng Ratna bunda. Dan ini tabungan aku untuk melunasi hutang pinjaman online bunda" Kataku sambil memeluk bunda.

"Sayanggg… terima kasih iya, anaknya bunda. Semenjak kamu vlog, penjualan catering bunda juga meningkat, nak. Pinjaman online bunda juga sebentar lagi akan lunas sayang. Bunda akan pakai uangnya, tapi hanya sebagian iya nak. Bunda berpikir untuk cari orang yang bisa bantu bunda mengurus catering, kita nak." Tutur bunda sambil tersenyum.

"Alhamdulillah bunda.. " Ucapku bersyukur sambil menatap bunda.

"Kalau begitu, hasilnya kamu bagi dua sama Ratna iya. Hasil ini milik kalian berdua sayang" Tata bundaku sambil menatapku.

"Baiklah bunda soal itu nanti aku kasih tau Ratna" ujarku.

"Sini bunda peluk lagi kamu.." Pinta bunda, lalu memelukku erat.

"Kamu anak bunda satu-satunya yang paling hebat. Terimakasih iya nak" Bunda mengusapku.

"Aku juga sangat berterimakasih bunda sudah melahirkan aku sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini dengan didikan bunda" Kata aku sambil tersenyum.

"Ayo sayang kita mengucapkan syukur kepada Allah. Kamu yang memimpin doa iya nak." Kata bundaku

"Robbi auzi'nii an asykuro ni'matakal latii an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shoolihan tardhoohu wa adkhilnii birohmatika fii 'ibaadikash shoolihiin. " Do’aku bersama bunda.

Tiada henti-hentinya Raina mengucapkan rasa syukur atas rahmat dan karunia Allah yang telah diberikan kepadanya dan juga bundanya. Kisah Raina mengajarkan sesuatu hal tentang arti penting dari pendidikan seorang ibu mengajari Raina saat dirinya hilang arah meskipun ayahnya telah pergi meninggalkannya. Juga arti penting tentang persahabatan, yaitu dengan sahabatnya Ratna yang, selalu ada untuk dirinya saat sedih ataupun senang.

~Selesai~