Asia Barat Kuno/Arsitektur/Ziggurat
Seperti bangsa Mesir pada masa itu, orang Sumer sekitar 3000-2500 SM mencurahkan tenaga untuk membuat bangunan-bangunan besar. Namun berbeda dengan piramida, yang merupakan makam bagi jasad firaun, ziggurat Sumer merupakan kuil bagi para dewa.
Karena batu yang bagus sulit ditemukan di lembah sungai Efrat di mana orang Sumer tinggal, maka mereka biasanya tidak membuat bangunan dari batu. Alih-alih, mereka membuat ziggurat (serta rumah dan tembok kota) dari bata-lumpur atau adobe.
Ziggurat merupakan bangunan yang tinggi. Pembangunannya dimulai dengan pembuatan landasan datar dari bata-lumpur, lalu di atasnya dibangun landasan yang sedikit lebih kecil, lalu dibangun landasan lagi di atasnya, dan terus begitu hingga landasannya hanya sedikit lebih besar daripada sebuah kuil, dan kemudian di bagian paling atasnya dibangun kuil. Orang Sumer membangun kuil di tempat yang tinggi karena mereka meyakini bahwa dengan cara itu mereka dapat menjadi lebih dekat dengan para dewa, mengingat bahwa para dewa diyakini tinggal di langit.
Orang Yahudi menganggap bahwa mendekati tuhan dengan cara begitu tidaklah bagus, sehingga ada yang berpendapat bahwa kisah Menara Babel dalm Alkitab terinspirasi dari ziggurat.
Orang Sumer dan keturuan mereka terus membangun ziggurat hingga Zaman Perunggu Pertengahan (Dinasti Ketiga Ur) sekitar 2000 SM, lam setelah bangsa Mesir berhenti membangun piramida.