Di Provinsi Sulawesi Tengah

sunting

Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di Desa Bajo, Kecamatan Bolano, Kabupaten Parigi Moutong; Desa Meli, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala; Desa Santigi, Kecamatan Toli-Toli Utara, Kabupaten Toli-Toli; Desa Laulalang, Kecamatan Toli-Toli Utara, Kabupaten Toli-Toli; Desa Jaya Bakti, Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai; Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara; dan Desa Buajangka, Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selain di Sulawesi Tengah, bahasa Bajo juga ditemukan di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Maluku. Selain itu, bahasa Bajo juga ditemukan di luar wilayah nusantara, yaitu di Sabah (Malaysia) dan Philipina bagian Selatan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Torosiaje (Gorontalo) dengan Desa Rajuni (Sulawesi Selatan) menunjukkan perbedaan dialek dengan persentase perbedaan sebesar 72,50%. Selanjutnya, isolek Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Santiri (Sulawesi Tenggara) dengan Desa Sapekan (Jawa Timur) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 76,25% (beda dialek); dengan Desa Santigi (Sulawesi Tengah) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 75,75% (beda dialek); dengan Desa Buajangka (Sulawesi Tengah) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 78% (beda dialek); dengan Desa Torosiaje (Gorontalo) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 73,75% (beda dialek); dengan Desa Rajuni (Sulawesi Selatan) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 78,25% (beda dialek); dengan NTB menunjukkan persentase perbedaan sebesar 67,50% (beda dialek); dan dengan NTT menunjukkan persentase perbedaan sebesar 67% (beda dialek).

Di Provinsi Sulawesi Selatan

sunting

Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di Desa Rajuni, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar dan Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%--91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan, misalnya bahasa Bonerate.

Di Provinsi Sulawesi Tenggara

sunting

Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat Desa Terapung, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah dan masyarakat Desa Santiri, Kecamatan Tiworo Utara, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%--90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Muna.

Di Provinsi Gorontalo

sunting

Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pahuwato, Provinsi Gorontalo.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase sekitar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Gorontalo, seperti dengan bahasa Gorontalo dan bahasa Minahasa.

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat

sunting

Bahasa Bajo merupakan bahasa yang bertanah asal dari Pulau Sulawesi. Bahasa ini juga dituturkan di Provinsi NTB. Wilayah sebaran bahasa Bajo di NTB terdapat di Kabupaten Lombok Utara (Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan Dusun Jambi Anom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung); Kabupaten Lombok Timur (Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak); Kabupaten Sumbawa (Pulau Kaung, Kecamatan Buer; Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat; Desa Labuhan Lalar, Kecamatan Taliwang; Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Utan; Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas; Dusun Labuhan Padi, Desa Pukat, Kecamatan Utan; Kabupaten Sumbawa Barat (Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano); Kabupaten Dompu (Pulau Nisa, Desa Kwangko, Kecamatan Manggalewa dan Desa Soro, Kecamatan Kempo); dan Kabupaten Bima (Desa Bajo, Kecamatan Soromandi serta Desa Bugis dan Desa Bajo Pulo, Kecamatan Sape).

Di Pulau Lombok, bahasa Bajo terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Tanjung yang dituturkan di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan di Dusun Jambi Anom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Barat serta dialek Keruak yang dituturkan di Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur. Di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat bahasa Bajo terdiri atas dua dialek, yaitu Dialek Labuhan Mapin yang dituturkan di sekitar Labuhan Mapin dan Dialek Kaung Bajo Tano yang dituturkan di Desa Labuhan Lalar, Kecamatan Taliwang. Di Kabupaten Bima dan Dompu bahasa Bajo terdiri atas tiga dialek, yaitu Dialek Bajo Nisa dituturkan di Pulau Nisa, Desa Kwangko, Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu; Bajo Soro dituturkan di Desa Soro, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu; dan Bajo Bugis dituturkan di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.

Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%--80%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, antara bahasa Bajo yang terdapat di Provinsi NTB dan bahasa Bajo yang terdapat di Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan NTT semuanya menunjukkan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan berkisar antara 60,75%--75,25% (beda dialek). Sementara itu, bahasa Bajo di NTB jika dibandingkan dengan bahasa Bajau Pondong di Provinsi Kalimantan Timur dinyatakan sebagai bahasa yang berbeda dengan persentase 86,25%. Bahasa Bajo di NTB jika dibandingkan dengan bahasa Bajau Tungkal Satu di Provinsi Jambi terdapat perbedaan dengan persentase sebesar 87% (beda bahasa).

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur

sunting

Di Provinsi NTT, bahasa Bajo dituturkan di Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bajo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sikka di sebelah timur, barat, dan selatan serta wilayah tutur bahasa Muhang (Muhan) di sebelah utara.

Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Sikka dan Lio.

Di Provinsi Jawa Timur

sunting

Bahasa Bajo merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Sulawesi. Bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Sepeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Jawa Timur merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81--100% jika dibandingkan dengan bahasa Jawa, Madura, dan Sunda. Bahasa Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Sapeken, Jawa Timur dengan bahasa Bajo di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki persentase perbedaan sebesar 71,25% sehingga beda dialek; dengan Bahasa Bajo di di Provinsi Sulawesi Tengah memiliki persentase perbedaan sebesar 71% sehingga beda dialek; dan dengan bahasa Bajo di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perbedaan sebesar 74,25% sehingga beda dialek.

Di Provinsi Maluku Utara

sunting

Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di Desa Bajo, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Desa Bajo di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sula di Desa Mangega dan di sebelah selatan juga berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sula di Desa Pohea.

Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo dikatakan sebagai sebuah bahasa yang berbeda, karena memiliki persentase perbedaan yang tinggi dengan bahasa lainnya di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya dengan bahasa Galela, Sula, Buli, dan Tobelo.

Isolek Bajo yang terdapat di Provinsi Maluku Utara dibandingkan dengan isolek Bajo yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, termasuk satu bahasa dengan persentase perbedaan adalah 27,06% sehingga merupakan anggota dari satu bahasa yang sama atau subdialek dari suatu bahasa (perbedaan wicara).

Referensi dan pranala luar

sunting
 
Wikipedia memiliki artikel ensiklopedia mengenai: