Prolog: Leader Are Made, Not Born sunting

Betapa banyak pemimpin yang mampu beretorika dan menampilkan citra, namun sedikit yang mampu beradaptasi menghadapi realita.

Di usianya yang ke-53 Erick Thohir genap empat tahun memimpin Kementrian BUMN, sebuah kementrian yang kerap disebut ‘gudang masalah’. Bersama sekira 41 perusahaan dan ratusan ribu karyawan, BUMN kini tengah menjalankan serangkaian langkah [transformasi, efisiensi, dan restrukturisasi] untuk memperbaiki kinerja dan performa BUMN.

Berkat transformasi yang dilakukan Erick Thohir, kini citra negatif BUMN perlahan memudar. Kementrian BUMN saat ini justru jadi gudang kreativitas, inovasi, dan tentu saja solusi. Sukses mentransformasi BUMN, Erick Thohir pindah garapan, kali ini ia dipercaya mereflikasi transformasi di tubuh sepakbola Indonesia. Erick Thohir jelas bukan ‘Iron Man’ yang mampu membuat puluhan armor baja dengan teknologi evolutif untuk menghadapi situasi tak menentu.

Namun Erick Thohir, dengan serangkaian kesuksesannya menyelesaikan persoalan, layak disebut seorang pemimpin.

Sebagai seorang pemimpin, apakah Erick Thohir dilahirkan atau dibuat? Menurut para ahli teori kepemimpinan, ada tiga konsep yang menjelaskan asal-usul seorang pemimpin. Pertama, ada konsep bahwa pemimpin itu dilahirkan, dengan memiliki sifat dan bakat kepemimpinan sejak lahir. Kedua, ada konsep bahwa pemimpin itu dibentuk, yang berarti siapapun dapat menjadi pemimpin melalui pembelajaran dan pengembangan pribadi. Ketiga, ada konsep bahwa pemimpin itu dilahirkan dengan bakat tertentu, namun kemudian perlu mengasah bakat tersebut melalui pembelajaran dan pengalaman.

Ketiga konsep tersebut memiliki validitasnya masing-masing dan tidak ada yang mutlak benar. Yang penting adalah bagaimana kita memahami konsep-konsep ini dan menggunakan mereka untuk menjadi atau membentuk pemimpin di masa depan.

Pada dasarnya, setiap individu memiliki potensi kepemimpinan. Sejak saat kita dilahirkan, kita memiliki tanggung jawab terhadap tindakan kita sendiri dan pengaruh yang kita miliki terhadap orang lain. Ketika kita membuat keputusan atau memberikan instruksi kepada orang lain, kita sedang menunjukkan sifat kepemimpinan. Dalam konteks ini, setiap orang lahir sebagai seorang pemimpin.

Namun, ada juga pandangan bahwa kepemimpinan dapat dibentuk dan tidak hanya tergantung pada bakat alami. Pandangan ini mendorong setiap orang untuk belajar menjadi pemimpin dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka. Oleh karena itu, tidak perlu merasa putus asa jika seseorang mengatakan bahwa kita tidak memiliki bakat kepemimpinan. Setiap orang dapat mempelajari dan melatih diri untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif.

Sebagai seorang muslim, Erick Thohir jelas menjadi bagian dari Khalifah fil Ardhi, pemimpin di atas muka bumi. Namun kita juga tahu, kita juga perlu belajar dan mengasah kemampuan agar menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Pandangan ini mencerminkan bahwa kepemimpinan memiliki elemen alamiah, namun tetap membutuhkan pengembangan dan pembelajaran yang berkelanjutan untuk mencapai potensi penuh.

Seperti juga Erick Thohir, apa yang ia jalani selama ini. Mulai dari mengurus bisnis keluarga, membangun bisnis sendiri, menjadi nahkoda BUMN dan Ketua Umum PSSI adalah bagian dari proses itu. Yang pada akhirnya membuat Erick Thohir memiliki kemampuan kepemimpinan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Seorang pemimpin sedianya memang tak dapat diukur cuma lewat retorika dan kata-katanya saja. Namun harus mampu menghadapi situasi yang tidak familiar sekalipun. Menghadapi perubahan yang tak pernah diharapkan siapa pun. Sehingga memaksanya keluar dari zona nyaman dan menghadapi perubahan apa pun.

Pandemi Covid-19 jadi bukti, betapa menakutkannya perubahan yang tak bisa kita prediksi sebelumnya. Jika tak piawai mengambil keputusan dalam situasi tersulit, maka bukan cuma gagal namun bisa jadi binasa. Seperti diperlihatkan dari para pemimpin di sejumlah perusahaan bisnis.

Dibutuhkan adaptive leadership yang seperti dirumuskan Ronald Heifetz (1994) dalam magnum opusnya “Leadership Without Easy Answers”. Menurut dia, kepepemimpinan merupakan sebuah aktivitas simultan buat menggerakkan warganya supaya mampu beradaptasi dalam kondisi apa pun yang dihadapi.

Karena menurutnya, seorang pemimpin bakal menghadapi rentetan masalah yang berbeda. Yang bagi Heifetz masuk dalam dua tipologi, yaitu teknis dan adaptif. Bukan retorika semata. Betapa banyak pemimpin yang mampu beretorika dan menampilkan citra, namun sedikit yang mampu beradaptasi menghadapi realita. Erick Thohir bahkan tidak hanya mampu menghadapi realitas, tapi juga menyelesaikannya!