Buku Saku Farmakoterapi/Gastroparesis
Gastroparesis (gastro-, gaster = lambung, paresis = paralisis parsial) juga disebut pengosongan lambung yang tertunda, adalah kondisi medis yang terdiri dari paresis (parsial paralisis) dari lambung, sehingga makanan berada dalam lambung untuk waktu yang lama. Biasanya, kontraksi otot yang kuat mendorong makanan melalui saluran pencernaan. Ketika terjadi gastroparesis, otot-otot dinding lambung bekerja buruk atau tidak bekerja sama sekali. Hal ini membuat makanan tetap berada di lambung dan tertundanya pengosongan lambung. Gastroparesis dapat mengganggu pencernaan, menyebabkan mual dan muntah, dan menyebabkan masalah dengan kadar gula darah dan nutrisi.
Jenis yang paling umum adalah gastroparesis diabetes, gastroparesis idiopatik, dan gastroparesis pascaoperasi (terutama jika saraf vagus rusak). Penyebab lainnya termasuk obat-obatan, infeksi, dan gangguan sistem saraf. Komplikasi dapat termasuk penyakit gastroesophageal reflux (GERD), esofagitis, kekurangan gizi, dan gangguan elektrolit.
Manajemen
suntingTujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gangguan. Pengobatan awal meliputi:
- mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan kekurangan gizi.
- manajemen diet meliputi: (i) mempertimbangkan menginstruksikan pasien pada modifikasi diet yaitu makan sedikit, rendah lemak, makanan rendah serat 4-5 kali/hari serta memperbanyak asupan cairan non-karbohidrat, (ii) pasien mungkin memerlukan rujukan ke ahli gizi, (iii) nutrisi enteral atau parenteral mungkin diperlukan pada kasus yang berat.
- mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab dari gastroparesis jika memungkinkan: untuk pasien dengan diabetes, berusaha untuk mencapai kontrol glikemik yang optimal.
Pertimbangkan agen prokinetik untuk memperbaiki mual, muntah, dan kembung: Metoklopramid dianggap sebagai terapi lini pertama. FDA menyetujui obat ini untuk gastroparesis tetapi memiliki peringatan kotak hitam tentang risiko tardive dyskinesia. Dosis awal untuk orang dewasa adalah 10 mg 4 kali sehari (30 menit sebelum makan dan sebelum tidur), dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg jika respon tidak memadai. Agen prokinetik lain termasuk eritromisin, domperidon, dan betanekol.
Obat antiemetik seperti fenotiazin, antihistamin, atau antagonis reseptor serotonin 5-HT3 dapat digunakan sendiri atau bersama dengan prokinetik. Untuk pasien dengan gastroparesis diabetik, pertimbangkan penghentian agonis reseptor glucagon-like peptide-1 (GLP-1) dan pramlintid sebelum memulai perawatan lain.
Pertimbangkan stimulasi listrik lambung untuk mengurangi frekuensi muntah pada pasien dengan gastroparesis refraktori parah.
Pertimbangkan akupunktur sebagai terapi alternatif untuk mengurangi gejala-gejala pada pasien dengan gastroparesis diabetik dan pascaoperasi.
Pertimbangkan akupunktur sebagai terapi alternatif untuk mengurangi gejala-gejala pada pasien dengan gastroparesis diabetik dan pascaoperasi.
Referensi
suntingDynaMed Plus [Internet]. Ipswich (MA): EBSCO Information Services. 1995 – . Record No. 113805, Gastroparesis; [updated 2015 Dec 21, cited Jan 3, 2017]; [about 15 screens]. Available from http://www.dynamed.com/login.aspx?direct=true&site=DynaMed&id=113805. Registration and login required.
Bacaan lebih lanjut
suntingCamilleri M, Parkman HP, Shafi MA, Abell TL, Gerson L; American College of Gastroenterology. Clinical guideline: management of gastroparesis. Am J Gastroenterol. 2013 Jan;108(1):18-37; quiz 38. doi: 10.1038/ajg.2012.373. Epub 2012 Nov 13.
Vittal H, Farrugia G, Gomez G, Pasricha PJ. Mechanisms of disease: the pathological basis of gastroparesis–a review of experimental and clinical studies. Nat Clin Pract Gastroenterol Hepatol. 2007 Jun;4(6):336-46.