Buku Saku Farmakoterapi/Penyakit Bell’s Palsy

Manajemen sunting

Terapi farmakologis andalan untuk Bell’s palsy atau kelumpuhan saraf wajah yang diduga etiologi virus adalah pengobatan glukokortikoid oral jangka pendek awal (scr established efektif oleh RCT). Kecurigaan bahwa Bell’s Palsy disebabkan oleh virus herpes simpleks pada kebanyakan pasien mendorong eksperimen menggunakan terapi antiviral.

Dibandingkan dengan plasebo, trial ini tidak menemukan manfaat untuk terapi antivirus saja. Namun, data yang bertentangan sehubungan dengan kemungkinan manfaat tambahan ketika antivirus diberikan dengan glukokortikoid. Sejumlah studi meta-analisis telah dilakukan terkait hal tsb, dua diantaranya yaitu:

  • Combined corticosteroid and antiviral treatment for Bell palsy: a systematic review and meta-analysis
  • The benefits of steroids versus steroids plus antivirals for treatment of Bell’s palsy: a meta-analysis

Tim UpToDate merekomendasikan pengobatan dini dengan glukokortikoid oral untuk semua pasien dengan kelumpuhan saraf wajah idiopatik (Bell's palsy) atau kelumpuhan saraf wajah dari dugaan etiologi virus, konsisten dengan pedoman saat ini. Perawatan sebaiknya dimulai dalam tiga hari setelah onset gejala. Rejimen yang kami sarankan adalah prednison (60 hingga 80 mg / hari) selama satu minggu. Dua uji klinis terbesar dan paling ketat tidak menemukan manfaat tambahan untuk terapi antivirus dan penggunaannya tidak lagi direkomendasikan secara rutin. Namun, adalah mungkin, tetapi tidak terbukti, bahwa penambahan antivirus ke glukokortikoid bermanfaat, terutama untuk subkelompok pasien dengan kelumpuhan wajah parah. Sampai kepastian tercapai, kami menyarankan terapi kombinasi dini dengan prednison (60 hingga 80 mg per hari) plus valasiklovir (1000 mg tiga kali sehari) selama satu minggu untuk pasien dengan kelumpuhan wajah parah pada saat presentasi, didefinisikan sebagai House-Brackmann grade IV atau lebih tinggi.

Bacaan lebih lanjut sunting

Management of Bell palsy: clinical practice guideline, CMAJ September 02, 2014 186 (12) 917-922; DOI: https://doi.org/10.1503/cmaj.131801 (Salah satu pedoman terbaru yang bisa dipakai)