Cahaya Lunar karya Tegar Rifqiaulian

Sinopsis

sunting

Lunar si bulan berbohong tentang cahaya yang dimilikinya kepada si bintang kecil dan didengar oleh sang awan kecil. Sang awan kecil bertanya kepada Surya sang matahari tentang cahaya Lunar si bulan atas saran sang tetua awan kemudian menemui si bintang kecil.

  1. Lunar si bulan
  2. Si bintang kecil
  3. Sang awan kecil
  4. Sang tetua awan
  5. Surya sang matahari

Lokasi

sunting

Langit di Bumi

Cerita Pendek

sunting

Pertemuan

sunting

Suatu hari, di malam yang cerah, sekumpulan bintang asyik bercengkerama membentuk rasi bintang. Lunar si bulan yang tidak ada teman bicara pun memulai percakapan, “Langit malam ini cerah sekali, ya.”

“Iya, aku pun senang karena bisa melihat bumi dengan jelas.” Sahut si bintang kecil.

“Wah, bintang kecil! Perkenalkan namaku Lunar.” Kata Lunar si bulan memperkenalkan diri. Kata Lunar sendiri berasal dari bahasa latin yaitu Luna. Lunar juga dapat berarti berhubungan dengan bulan atau pergerakannya mengelilingi bumi.

“Salam kenal. Kak Lunar bersinar dengan terang, ya.” Kata si bintang kecil.

“Terima kasih. Saat seperti ini para manusia memanggilku bulan purnama.” Kata Lunar si bulan.

“Bulan purnama, ya? Nama yang indah.” Kata si bintang kecil.

“Begitulah, karena saat ini aku terlihat bundar benar dari Bumi.” Kata Lunar si bulan.

“Aku penasaran kenapa kakak bisa bersinar sangat terang?” tanya si bintang kecil.

“Mungkin karena aku besar dan dapat memancarkan cahaya sendiri.” Jawab Lunar si bulan.

“Begitu, ya. Pantas saja bisa bersinar terang seperti itu.” Kata si bintang kecil.

“Tentu saja, aku ini benda langit yang paling terang di Bumi setelah Matahari.” Kata Lunar si bulan.

Lunar si bulan dan si bintang kecil pun melanjutkan percakapan mereka. Si bintang kecil tampak kagum dengan keindahan bulan tanpa sadar ia telah dibohongi.

Sang awan kecil yang tidak sengaja melintas mendengar percakapan mereka berdua. Ia kemudian pergi menjauhi Lunar si bulan dan si bintang kecil dengan rasa penasaran.

Kebenaran

sunting

Keesokan paginya, sang awan kecil bercerita kepada para tetua awan. “Benarkah itu, awan kecil?” tanya sang tetua awan tampak tidak percaya. “Benar, aku mendengarnya langsung dari Lunar si bulan.” Jawab sang awan kecil.

“Begitu, ya. Aku belum pernah mendengarnya. Aku hanya tahu kalau bulan adalah satelit alami Bumi. Lebih baik kau tanya sang matahari untuk mengetahui kebenarannya.” Kata sang tetua awan memberikan saran kepada awan kecil.

“Baiklah. Aku akan menemui sang matahari.” Kata sang awan kecil.

Untuk mengetahui kebenarannya, sang awan kecil pun pergi ke arah timur untuk menemui sang matahari. “Sang matahari, perkenalkan aku sang awan kecil.”

Surya sang matahari membalas dengan ramah, “Salam kenal, namaku Surya. Ada apa?”

“Kak Surya, apakah aku boleh bertanya sesuatu?” tanya sang awan kecil.

“Tentu saja boleh. Silakan.” Jawab Surya sang matahari.

“Apakah Kak Surya mengenal Kak Lunar? Aku penasaran apakah bulan dapat memancarkan cahayanya sendiri?” tanya sang awan kecil.

Surya sang matahari pun tersenyum, “Itu tidak benar, bulan tidak dapat memancarkan cahaya sendiri.”

Sang awan kecil terkejut kemudian ia bertanya kembali, “Lalu kenapa Kak Lunar dapat bersinar terang?”

“Bulan dapat bersinar karena memantulkan cahaya dariku.” Kata Surya sang matahari.

Berarti si bintang kecil telah dibohongi oleh Kak Lunar! Aku harus memberitahunya! Pikir sang awan kecil. Ia pun berterima kasih kepada Surya sang matahari.

Malamnya, sang awan kecil bertemu dengan si bintang kecil. “Halo, bintang, salam kenal. Aku adalah sang awan.” Kata sang awan kecil.

“Halo, sang awan! salam kenal. Aku adalah si bintang.” Kata si bintang kecil.

“Maaf, si bintang. Ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu.” Kata sang awan kecil.

“Apa itu, sang awan?” tanya si bintang kecil penasaran.

“Kemarin aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Kak Lunar.” Kata sang awan kecil.

“Oh iya? Kak Lunar sangat indah! Ia bisa memancarkan cahayanya sendiri. Aku juga bisa memancarkan cahaya tetapi masih kalah jika dibandingkan dengan Kak Lunar.” Kata si bintang kecil.

“Tapi kenyataannya tidak seperti itu.” Kata sang awan kecil.

“Eh?” si bintang kecil pun terkejut.

“Kak Lunar tidak memancarkan cahayanya sendiri. Kata tetua awan, ia adalah satelit alami Bumi. Lalu, menurut Kak Surya sang matahari, ia dapat bersinar terang karena memantulkan cahaya dari matahari.” Kata sang awan kecil menjelaskan.

“Lalu kenapa ia membohongiku?” kata si bintang kecil merasa dibohongi oleh Lunar si bulan.

“Untuk mengetahui alasannya, bagaimana kalau kita menemui Kak Lunar?” ajak sang awan kecil. Si bintang kecil pun menyetujuinya.

Akhirnya, mereka berdua bergegas menemui Lunar si bulan untuk mengetahui alasannya.

Penyesalan

sunting
 
Penampilan Lunar si bulan ketika ditemui oleh si bintang kecil dan sang awan kecil

Si bintang kecil dan sang awan kecil berhasil bertemu Lunar si Bulan, namun mereka terkejut dengan perubahan penampilan Lunar si bulan dari sebelumnya.

“Begitu ya, aku mengerti,” kata sang awan kecil. “Pasti ini ada hubungannya dengan pemantulan cahaya matahari.”

“Itu benar,” kata Lunar si bulan. ”Kau tahu, bulan berputar mengelilingi Bumi atau bisa disebut revolusi bulan. Hal ini menyebabkan terjadinya fase bulan.”

“Maafkan aku, tiba-tiba aku berbicara seenaknya. Salam kenal.” Kata sang awan kecil.

“Tidak apa-apa, salam kenal juga.” Kata Lunar si bulan.

Lunar si bulan pun mendekati si bintang kecil. “Bintang kecil, maafkan aku. Aku telah berbohong kepadamu.” Kata Lunar si bulan menyesal.

“Tidak apa-apa, kak. Tapi kenapa?” tanya si bintang kecil meminta penjelasan.

“Aku berbohong karena ingin dikagumi olehmu, bintang kecil. Aku merasa iri olehmu yang dapat memancarkan cahaya sendiri.” Jawab Lunar si bulan.

“Begitu, ya. Meski kakak tidak memancarkan cahaya sendiri, bagiku kakak tetap bulan yang indah. Bulan yang aku kagumi.” Kata si bintang kecil.

“Mulai sekarang, apakah kau tetap ingin berteman denganku?” kata Lunar si bulan.

“Tentu saja. Dengan senang hati.” Kata si bintang kecil.

Akhirnya, Lunar si bulan dan si bintang kecil pun tetap berteman, masalah terselesaikan. Sang awan kecil yang melihat mereka berdua pun tersenyum.

“Terima kasih, sang awan telah menemaniku kemari.” Kata si bintang kecil.

“Tidak apa-apa, bukan masalah.” Kata sang awan kecil.

Rupanya Lunar si bulan sedang berada dalam fase bulan cembung. Dalam fase ini, sebagian besar permukaan bulan tampak bersinar, sementara sebagian kecil permukaan bulan tampak gelap.

Setelah itu, sang awan kecil meninggalkan mereka berdua. Bulan cembung ya? Akhir-akhir ini, aku belajar banyak hal ya, gumam sang awan kecil dalam hati. Aku bertemu matahari, bintang, dan bulan, kata sang awan kecil dalam hati.

“Tunggu, Surya sang matahari memancarkan cahayanya sendiri! Apakah matahari itu juga bintang?” kata sang awan kecil. Ia pun bergegas untuk menemui sang tetua awan.

TAMAT