Cleo Si Penyu
Pengantar
suntingNada Karima lahir pada tanggal 29 April 2002, Bantul, Yogyakarta. Penulis mempunyai hobi menulis sejak kecil, dimulai dari menulis cerpen, artikel, hingga novel. Novel perdananya yang dirilis pada 2018 silam. Nada merupakan alumni Darussalam, Jawa Timur. Setelah lulus ia sempat mengajar selama satu tahun sebelum melanjutkan kuliahnya. Ia pernah memenangkan lomba menulis generasi sastra Gen-Z dengan kategori cerpen terbaik tingkat nasional. Beberapa karya cerpennya telah dimuat dalam buku antologi maupun platform-platform tertentu. Keikutsertaannya dalam Proyek Yuwana yang diadakan oleh Wikibuku Indonesia bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa melalui dongeng maupun cerpen. Penulis bisa dihubungi melalui email: nada29karima@gmail.com
Premis
suntingCleo adalah bayi penyu yang baru saja menetas. Pertemuannya dengan Ikan Molly mengajarkannya tentang banyak hal mengenai lautan. Mereka berdua menjadi sahabat yang sangat akrab dan melalui banyak peristiwa bersama, hingga sesuatu terjadi memisahkan mereka.
Lakon
sunting- Chelonia mydas/ Cleo
- Common Molly/ Molly
Lokasi
suntingCerita Pendek
suntingPetaka di Permukaan
suntingSuatu hari di Pantai Kepulauan Bangka Belitung, seekor anak penyu bernama Cleo tengah berusaha keluar dari cangkang telur. Ya! Hari itu Cleo baru saja menetas! Setelah lima puluh hari ia mendekam di cangkang telur, akhirnya ia bisa melihat dunia.
Nama panjangnya adalah Chelonia mydas. Seekor reptilia mirip kura-kura yang mempunyai empat sirip pipih untuk berenang. Cleo mempunyai kepala yang relatif kecil dan tumpul. Ia juga memiliki rumah berbentuk cangkang yang bisa ia bawa kemana saja. Habitatnya berada di laut tropis maupun subtropis, maka tidak heran ia terlahir di Kepulauan Bangka Belitung.
"Cleo cepatlah! Teman-teman yang lain sudah hampir sampai di laut!"
Salah satu teman penyu berseru, membuat Cleo bergegas. Ia berjalan terseok-seok menuju laut. Bentuk sirip yang pipih membuat Cleo sedikit kesusahan berjalan di atas pasir. Setelah mengerahkan segala tenaga, akhirnya buih ombak mulai menyentuh badan Cleo dan sampailah ia di laut.
"Syiuu syiuu aku berenang!", seru Cleo kegirangan. Ia senang sekali ketika tubuhnya telah terombang-ambing di tengah laut. Meluncur kesana-kemari mengikuti arus ombak. Apalagi ketika ia menyelam lebih dalam, ia melihat banyak jenis terumbu karang yang berwarna-warni. Indah sekali.
"Hei, kamu baru saja dari daratan ya? Kenalkan, namaku Ikan Molly. Aku akan mengajakmu berkeliling di lautan ini."
Seekor ikan kecil menyapa Cleo. Mereka berkenalan. Tak perlu waktu lama Cleo sudah mempunyai teman baru. Molly adalah seekor ikan kecil yang sangat baik. Nama aslinya adalah Poecilia sphenops atau biasa dikenal dengan sebutan Common Molly.
Hari itu Molly mengajak Cleo berkeliling. Ia menunjukkan tempat-tempat indah yang ia ketahui. Cleo terlalu bersemangat hingga berenang menuju permukaan supaya bisa melihat keindahan laut dengan luas.
"PKAAK! PKAAK!"
Tiba-tiba suara itu terdengar. Tanpa sadar Cleo berenang terlalu tinggi hingga seekor burung camar memangsanya dari langit. Bayangan sayap burung yang membentang di atas permukaan air membuat Molly terkejut.
"CLEO AWAS!"
Dalam sekejap mata, paruh burung itu menyelam di permukaan dan HAP! Cleo tertangkap! Molly panik melihat kejadian itu. Namun karena tangkapan burung kurang sentral, akhirnya Cleo terjatuh kembali ke laut.
"Cleo, berenanglah lebih dalam!", Molly berseru ketika melihat burung camar masih berusaha memangsanya. Paruhnya sesekali menyentuh laut. Cleo pun berusaha berenang menjauh.
"Fyuh… hampir saja!", ucap Cleo dengan lega. Ia melanjutkan, "Tapi kenapa aku harus menghindar, Molly? Kan aku punya cangkang yang bisa melindungi diriku", tanya Cleo penasaran.
"Karena burung camar merupakan burung karnivor atau pemangsa daging. Ia memiliki rahang yang besar serta paruh yang kuat sehingga memungkinkan untuk memakanmu, Cleo! Apalagi kamu adalah bayi penyu yang mungil. Cangkangmu yang masih minim kalsium pasti bisa pecah dimakan burung camar! Kraus, kraus, krauss begitu renyah suaranya!"
Cleo bergidik ngeri mendengar penjelasan Molly. Semenjak hari itu ia berjanji tidak akan berenang mendekati permukaan.
Harta Karun
suntingTak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang Cleo sudah tumbuh menjadi penyu dewasa. Bagian perut atau plastron-nya berwarna kuning pucat. Cangkangnya yang berwarna hijau kecoklatan mulai kuat. Pagi itu Cleo sedang bersantai sambil menyantap makanan kesukaannya, yaitu alga dan bunga karang.
"Nyam-nyam! Enak sekali makanan ini!", ujar Cleo sambil terus mengunyah. Tak lama datanglah Molly menyapa Cleo dengan penuh ceria.
"Hai, Cleo! Selamat pagi!"
"Oh hai, Molly! Mau kemana? Kamu tampak bersemangat sekali hari ini?"
"Tentu dong! Hari ini aku ingin mengisi waktu luangku dengan berjalan-jalan mengarungi lautan. Terlebih aku sudah lama tidak berkunjung ke kapal karam yang menyimpan banyak sekali harta karun!"
Mata Cleo membulat ketika mendengar ucapan Molly, "Apa katamu? Kapal karam? Harta karun? Kenapa kamu tidak pernah menceritakan hal itu kepadaku, Molly?"
Ikan kecil itu tersenyum getir, "Oh, aku tidak tahu kalau kamu akan tertarik dengan hal ini. Apakah kamu mau ikut untuk melihat tempat itu?"
"Tentu saja!", jawab Cleo penuh antusias. Ia segera bangkit dari posisi santainya.
"Em... tapi tempat itu sangatlah jauh, Cleo. Tepat di perairan Bangka sebelah barat. Apakah kamu yakin mau ikut?"
Cleo mengangguk mantap. Tanpa buang waktu akhirnya kedua sahabat itu mulai mengarungi lautan. Jarak yang jauh tak membuat rasa ingin tahu mereka sirna.
"Sejak zaman dahulu perairan Bangka Belitung telah menjadi lalu lintas pelayaran, Cleo. Tepatnya sejak abad tujuh masehi lalu lintas pelayaran perdagangan menjadi sangat ramai! Bahkan dilewati oleh saudagar dari berbagai penjuru dunia! Maka dari itu potensi kapal tenggelam di perairan Bangka Belitung sangatlah tinggi!"
Molly menjelaskan di tengah perjalanan. Sementara Cleo menyimak dengan seksama.
"Apakah masih jauh, Molly?", tanya Cleo yang mulai merasa lelah mengayunkan sirip pipihnya. Sepertinya mereka telah berenang berkilo-kilo meter.
"Sebentar lagi sampai kok!"
Benar saja, tak lama setelah Molly mengucapkan kalimat itu, mereka menemukan pemandangan kapal karam dengan beberapa puing-puing kapal di sekitarnya. Terlihat kebocoran pada lambung kapal sehingga dimengerti sebab teggelamnya kapal ini. Karena letaknya berada di dasar laut yang jauh dari permukaan, cahaya matahari hanya dapat menembus remang-remang, mencipta kesan dingin dan mistis.
"Waah... besar sekali kapal ini! Apakah kapal karam seperti ini hanya ada satu di lautan, Molly?"
"Tentu tidak, Cleo. Kapal karam ini hanya salah satunya saja. Kiranya ada empat puluh titik kapal karam di perairan Bangka Belitung!"
Penyu lugu itu tampak terkejut, "Sungguh?! Benarkah sebanyak itu?!"
Molly mengangguk, " Ayo kita masuk, Cleo! Bukannya kamu penasaran pada harta karun di dalam kapal ini?"
Cleo mengangguk penuh antusias. Menit selanjutnya mereka memasuki kapal karam itu. Suasana di dalam sangatlah gelap. Mereka terus berenang hingga menemukan suatu peti di sudut kapal yang berisi mangkok keramik, barang logam, dan berbagai barang antik lainnya.
"Waaah! Inikah yang dinamakan harta karun, Molly?"
"Tepat sekali! Banyak sekali harta karun yang tersimpan di dalam kapal-kapal zaman dahulu yang kini menjadi incaran para pemburu! Nah, kapal karam di perairan Bangka ini telah menjadi salah satu objek penelitian arkeologi. Sedangkan harta karun yang ditemukan di dalamnya akan dilelangkan atau dikomersilkan."
Cleo mengangguk-angguk paham.
Santapan Berbahaya
sunting"Cleo, karena kapal ini telah tenggelam bertahun-tahun lalu, maka sangat memungkinkan tumbuhnya alga dan bunga karang di badan kapal. Kalau kamu sudah merasa lapar, kamu bisa makan dulu. Aku hendak melihat-lihat isi kapal ini lebih dalam," ujar Molly.
"Kebetulan sekali, Molly! Aku memang sudah merasa lapar!"
Sejurus kemudian paruh tumpul Cleo mulai mengunyah alga. Ia sangat lahap sekali. Rupanya perjalanan panjang tadi cukup menguras energinya. Ditengah-tengah makan siangnya, tiba-tiba Cleo melihat benda aneh yang mencuri perhatiannya. Benda itu terombang-ambing terbawa arus laut. Karena penasaran, Cleo mendekati benda itu.
"Wah, benda apa ini? Aromanya sangat menggiurkan! Apakah ini makanan?", ucap Cleo menebak-nebak. Ia tidak tahu bahwa telah terjadi akumulasi antara bakteri dan benda itu sehingga menimbulkan aroma serupa makanan yang dapat menarik perhatian penyu. Benda itu sangat tipis. Cleo mengira benda itu ubur-ubur, semakin membuatnya tergiur untuk menyantapnya. Ketika Cleo hampir memasukkan benda itu ke dalam mulut, tiba-tiba Molly muncul.
"Cleo, jangan makan benda itu!"
Gerakan Cleo terhenti seketika, "Memangnya kenapa Molly?"
"Kau tidak tahu, ya? Ini namanya plastik. Bahaya sekali kalau sampai kita makan. Bisa membuatmu sakit bahkan menyebabkan kematian!"
"Maksudmu plastik yang biasa dipakai manusia? Tapi kenapa benda ini bisa sampai sini, Molly?", tanya Cleo kebingungan.
"Karena perbuatan manusia yang suka membuang sampah sembarangan, air membawa sampah-sampah itu hingga sampai ke laut. Plastik adalah salah satu jenis sampah yang sulit terurai. Sekarang ini banyak sekali sampah yang terombang-ambing di rumah kita, Cleo. Padahal hal itu sangat berbahaya bagi biota laut seperti kita!"
"Wah, untung saja aku tidak jadi memakannya! Bisa-bisa perutku sakit kalau sampai memakan plastik!"
Di tengah obrolan mereka, tiba-tiba terdengar petir menggelegar. Awan tampak mendung disertai gemuruh.
"Kita harus cepat pulang, Cleo! Sepertinya akan terjadi badai besar", ujar Molly. Tanpa membuang waktu, mereka segera bergegas berenang secepat mungkin. Namun siapa sangka hujan turun dengan lebat sebelum mereka sampai. Akhirnya Cleo dan Molly terombang-ambing di tengah gelombang laut yang telah meninggi. Mereka terjebak di tengah badai. Arus ombak memisahkan mereka tanpa ampun.
"Molly!", teriak Cleo. Akhirnya Cleo yang malang terpaksa mencari jalan pulang sendiri. Namun lagi-lagi tubuhnya terbawa oleh gelombang laut yang ganas. Badai masih berlanjut. Tanpa Cleo sadari ombak membawa tubuhnya melewati Selat Bangka hingga ia terdampar di Pulau Begadung, salah satu pulau yang terletak di Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung.
"Dimana aku?", tanya Cleo kebingungan. Ia melihat sekeliling. Tempat ini sangat asing baginya. Pasti ia berada sangat jauh dari rumah.
Tiba-tiba terdapat dua manusia dewasa melintasi pantai. Salah satu dari mereka berhenti ketika melihat Cleo. Dengan harap-harap cemas Cleo berdoa supaya manusia itu tidak menyakiti dirinya.
"Hei lihatlah apa yang ku dapat!", manusia itu berseru. Ia mengangkat tubuh Cleo dan memandangnya dari berbagai sudut. Manusia itu terlihat sangat terpukau.
"Tolong lepaskan aku! Tolong lepaskan aku!", Cleo meminta belas kasih walau ia tahu manusia itu tidak akan bisa mendengarnya.
"Aku akan membawanya ke rumah untuk dimasak! Pasti dagingnya empuk dan bergizi!"
Cleo lemas mendengar kalimat itu. Manusia yang lain mendekat dan terkejut melihat hewan yang didapatkan temannya. Ia berkata, "Jangan ditangkap! Lepaskanlah hewan itu! Itu adalah spesies penyu hijau yang langka! Keberadaanya dilindungi oleh pemerintah karena populasinya mulai menurun!"
Karena mendengar nasihat dari temannya, manusia tadi akhirnya melepas Cleo. Plung! Cleo kembali berenang ke dalam laut dengan perasaan lega. Waktunya ia mencari jalan pulang. Jika manusia tadi mengedepankan keserakahannya, mungkin malam ini Cleo sudah menjadi santapan manusia.
-TAMAT-