Dekatnya Aku dengan Sungai

Hilangnya Sungai di Kota Seribu Sungai

sunting
 
Lok Baintan Floating Market, Martapura, South Kalimantan, 2018-07-28 01

Teknologi Saluran Air Buatan atau Kanal telah dikembangkan di berbagai tempat untuk menjawab berbagai tantangan kehidupan sehari-hari. Teknologi ini bersama dengan beragam elemen lainnya, berakumulasi membentuk sesuatu yang disebut sebagai kebudayaan berbasis sungai. Kalimantan Selatan, Khususnya Kota Banjarmasin, memiliki julukan Kota Seribu Sungai, mengembangkan beragam jenis kebudayaan berbasis sungai yang telah ada sejak Era Kerajaan Banjar mulai berdiri. Dahulu pusat perekonomian dan perkembangan masyarakat Banjar selalu terkait erat dengan Sungai, seperti Rumah Lanting, Pasar Terapung dan penggunaan sungai dalam sistem pertanian. Istilah kanal dalam masyarakat Banjar memiliki ragam peyebutan yang berbeda, tergantung fungsi, ukuran, atau proses pembuatannya. Beberapa kanal bahkan diberi nama khusus, sekaligus sebagai penanda atau nama suatu wilayah. Ada istilah Anjir yang berfungsi menghubungkan dua aliran sungai. Anjir ini selain untuk pertanian juga dapat dijadikan sebagai jalur transportasi. Kemudian ada isitilah Handil, yakni bagian cabang dari Anjir, yang berfungsi mengalirkan air dalam kuantitas yang lebih kecil. Setiap Handil ini dahulunya merupakan milik kelompok tertentu, sehingga diberi nama khusus, yang sekarang diadopsi menjadi nama wilayahnya. Istilah Saka, merupakan cabang yang lebih kecil lagi dibandingkan dengan Handil, dan bersifat lebih pribadi, milik keluarga tertentu. Ketiga jenis kanal ini, umumnya difungsikan sebagai sistem pengairan pertanian di masyarakat Banjar. Selain ketiga istilah tersebut, terdapat pula penyebutan kanal sebagai Tatah dan Antasan. Antasan bisa jadi merujuk pada kata antas, maantas, antasan, yang berarti memotong, mencari jalur terpendek, sehingga istilah ini dapat dimaknai sama dengan Anjir, yaitu memotong aliran sungai agar dialirkan lebih cepat. Pertanian merupakan sektor yang saat ini kurang diminati oleh generasi muda. Tentu budaya lokal terkait hal tersebut juga ikut berpengaruh. Padahal jika ditelusuri lebih dalam, pembangunan di era sekarang sangatlah tidak ramah lingkungan. Hal ini terbukti dengan adanya banjir di berbagai tempat. Oleh karena itu, kebudayaan terkait sungai, khususnya penggunaan kanal ini haruslah dilestarikan, disesuaikan dengan kondisi zaman, sehingga masalah berkaitan dengan Banjir tersebut bisa diatasi dengan baik.

https://subiyakto.wordpress.com/2010/04/30/budaya-material-masyarakat-banjar/