Dreams and Visions: Is Jesus Awakening the Muslim World?/Mesir - Hossana Bagi Sang Raja Orang Arab

Hari Jum'at di Pasar Khan sunting

"Kamulah dia!" Seorang wanita berteriak di tengah² hiruk-pikuk Pasar Jum'at Khan el-Khalili di Kairo. "Kamulah itu!"

Kamal Assam memalingkan tubuh ke arah suara itu. Kedua matanya terpaku pada sesosok berjilbab hitam yang berjalan ke arahnya. Sebuah lengan wanita menjulur keluar dari jilbab yang menutupi seluruh tubuhnya, sambil jarinya menunjuk ke arahnya.

"Ya! Kamu!"

Nalurinya mendorongnya untuk tidak memperhatikan tudingan wanita yang mungkin bisa mendatangkan bahaya di budaya masyarakat itu dan berlalu saja ke kerumunan massa. Jika suami wanita itu ada di situ dan melihatnya mendekati dirinya, maka si wanita - dan Kamal juga - bisa membayar mahal atas kejadian ini. Kamal sungguh tak mengerti bagaimana mungkin seorang Muslimah bisa memilih hari ini untuk mengacaukan hidupnya. Lalu terdengar suara lembut dalam hatinya yang mengatakan bahwa mungkin ini adalah alasan sebenarnya yang membuat Kamal memutuksan melakukan perjalanan tak lazim ke pasar itu.

"Kamu ada dalam mimpiku tadi malam." Wanita itu, yang sekarang berdiri cukup dekat sehingga tidak perlu berteriak lagi, sedang mengatur nafasnya yang terengah-engah setelah berusaha menerobos kumpulan orang banyak dan juga karena rasa kagetnya atas terpecahnya misteri yang dialaminya.

"Bajumu itu. Engkau mengenakan baju yang sama. Sudah jelas, itulah kamu."

Kamal seketika menyadari mengapa Muslimah ini begitu ngotot ingin berbicara dengannya. "Apakah aku ada bersama Yesus?" tanyanya.

"Ya," tangis wanita itu, "Yesus ada bersama kita!"

Apa yang awalnya adalah kunjungan biasa ke Pasar Jum'at telah berubah menjadi luar biasa dan sangat menarik. Di pagi hari itu, saat dia membaca Alkitabnya, Kamal merasakan dorongan yang sangat kuat untuk meninggalkan rumah di mana dia tinggal dan pergi ke Pasar Jum'at. Di tengah ibukota Mesir, Khan el-Khalili adalah seperti sebuah jalanan yang digunakan sebagai pasar. Seorang pangeran Mamluk membangun daerah ini di tahun 1382, dan di beberapa tempat memang keadaan tampak sangat tua. Tempat ini bukanlah pasar biasa, karena pasar ini merupakan mall terbuka yang sangat besar yang terletak dekat dengan mesjid Hussein yang terkenal dan bahkan punya sebuah hotel bagi mereka yang ingin mencampur agama dengan kegiatan shopping. Barang² apapun, dari peralatan dapur, berbagai bumubu, atau sepatu Nike, hampir semuanya - baik yang legal atau tak legal - dijual di sini.

Tak jauh dari pasar Khan berdirilah Universitas Al-Azhar, yang merupakan perguruan tinggi Islam tertua di Mesir dan merupakan pusat pengetahuan bagi Islam Sunni di seluruh dunia. Bagi Arab Muslim, ini merupakan tanah perjanjian dan alasan mengapa seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di tengah pasar Khan di tanggal 7 April, 2007.

Serangan itu merupakan jawaban pada penanganan Pemerintah terhdap kelompok teroris yang telah membom Hilton Taba dekat Laut Merah di Jazirah Sinai di hari yang sama di tahun 2004. Dalam serangan itu, tigapuluh satu orang Yahudi tewas.

Serangan teroris di bulan April 2007 telah mengirim pesan pada Pemerintah: jangan berhubungan dengan orang² Yahudi. Sebagai akibat pemboman di ibukota Islam Sunni, sejak itu tiada tempat di Kairo yang bisa dianggap benar² aman. Turisme di Mesir ambruk - setidaknya untuk sementara waktu.

Tapi sekarang para turis datang lagi. Mereka tidak berpikir tentang serangan² teroris. Mereka fokus untuk membeli wool kambing pashmina yang bermutu tinggi dengan harga murah dari pedagang lokal. Setiap turis yang masuk ke pasar Khan akan beruntung jika pergi dengan hanya kehilangan perhiasan kecil saja. Para pencopet sibuk bekerja di pasar Kairo ini, dan mereka merupakan sebagian dari pencopet terhebat di dunia. Dan hanya para penduduk lokal saja yang bisa terbiasa dengan udara busuk di situ. Kebanyakan barang yang dijual merupakan barang bekas - sebagian hasil curian - tapi karena bisa ditawar sangat murah, maka konsumer, para turis, bersedia menghadapi berbagai hal yang tak menyenangkan. Perkelahian dan adu jotos sering terjadi di sini. Para penjual menciptakan jalur jalan mereka sendiri diantara tumpukan barang² jualan, binatang², dan banyak orang, yang saling berdesakan mencari jalan menuju tujuan mereka.

Keadaan kacau-balau ini menceriminkan segala kehidupan di Kairo, seperti lalu lintas tengah kota di mana delapan baris mobil berjejalan di tiga jalur jalanan yang ada. Baik para supir dan pejalan kaki di pasar tidak punya harapan untuk bisa mengatur ke mana mereka harus pergi.

Hiburan di pasar juga sama anehnya dengan barang² dagangan yang ditawarkan. Pemakan api dan tukang sulap dengan berbagai tipu daya main kartu, dan juga pemakan gelas saling bersaing untuk mendapatkan penonton. Semua bentuk manusia dalam berbagai kostum tanpa tujuan tertentu berjalan-jalan diantara ribuan Muslim dan Muslimah yang sibuk berbelanja memenuhi kebutuhan bisnis sekuler mereka sebelum sholat Jum'at tiba dan menutup pasar itu sepanjang hari yang tersisa.

Wanita Berjilbab dan Seorang Pemuda sunting

Lalu mengapa Kamal sampai datang ke pasar Jum'at yang semrawut ini? Hanya kebutuhan yang sangat mendesak saja yang mendorongnya untuk datang ke sini, dan tetap saja dia menghindari daerah pasar pusat dengan menggunakan jalan masuk pasar yang tak terlalu ramai. Tapi di hari Jum'at yang khusus ini, dia pergi ke pasar karena Tuhan menyuruhnya ke sana. Dia yakin 100% bahwa Tuhan memiliki tugas baginya di sana. Detail tugas masih belum diketahuinya, tapi dia memang sudah sering percaya saja pada Tuhan dalam menghadapi hal yang tak diketahuinya.

Maka ketika pasar dibuka jam 8 pagi, Kamal sudah ada di situ. Dia tadinya ingin menghindari pusat pasar dan memilih tempat yang tak terlalu ramai - jika memang ada tempat nyaman di pasar itu - tapi dia tahu dorongan kuat untuk pergi ke pusat pasar berasal dari Tuhan sehingga dia menuju ke tempat itu dan dengan cepat berhimpitan dengan banyak orang sewaktu menunggu akan sesuatu yang belum diketahuinya.

Bahwa seseorang bisa mengenali Kamal diantara orang banyak bukanlah hal yang mengagetkan. Teman²nya menganggapnya sebagai orang paling ramah di seluruh Mesir. Senyumnya bersinar sampai ke seberang jalan, dan kedua matanya yang hijau besar sungguh sukar dilupakan. Rasa suka cita memancar dari setiap sel tubuhnya, dan dengan seketika orang akan langsung suka dengannya. Bahkan sewaktu dia ditangkap karena menginjili umat Muslim dan diperiksa selama berjam-jam oleh polisi rahasia, pada akhir interogasi mereka akhirnya malah bilang padanya bahwa mereka senang berjumpa dengannya!

Kamal cinta Yesus dengan sepenuh hatinya dan dia adalah pendoa yang luar biasa. Sungguh bagaikan pengalaman surgawi jika bisa berada seruangan dengannya saat dia berdoa. Seorang pria, yang mendengar Kamal berdoa untuk pertama kalinya, begitu terpesona dengan rasa cinta Kamal pada Tuhan sehingga dia duduk diam selama bermenit-menit setelah doa selesai dipanjatkan.

Kamal juga ingin menikah, dan dia akan memberitahu siapapun tentang minatnya itu. Dan satu lagi yang membuatnya menonjol diantara banyak orang: dia kelebihan berat badan, dan "sedang berusaha menurunkannya." Meskipun begitu, kegemukan tubuhnya tidak jadi masalah bagi Noor, Muslimah dengan delapan anak, sewaktu dia melihat Kamal di pasar Khan.

"Yesus berjalan bersamaku di sepanjang sebuah danau, dan Dia memberitahu aku betapa Dia sangat mencintaiku." Wanita berjilbab hitam itu memberitahu Kamal semua detail mimpinya yang sangat jelas yang dialaminya di malam sebelum mereka bertemu. "Kupikir suamiku dulu pernah mencintaiku. Tapi rasa cinta yang kurasakan dalam mimpiku - Cinta KasihNya - sungguh berbeda dengan apapun yang pernah kualami. Aku tak pernah merasakan rasa damai yang begitu melimpah dalam hatiku. Aku tidak mau pergi. Aku tak mau Dia pergi. Aku bertanya pada Yesus ini, 'Mengapa Engkau mengunjungiku, seorang Muslimah miskin dengan delapan anak?' Dan yang Dia katakan hanyalah, 'Aku mengasihimu, Noor. Aku telah memberikan segalanya bagimu. Aku telah mati bagimu.'"

Segala hiruk pikuk pasar terasa samar saja dari kesadaran Kamal. Yang didengarnya hanyalah penjelasan Noor tentang pertemuannya dengan Yesus Kristus.

"Sewaktu Dia berbalik untuk pergi, pesan terakhir Yesus adalah, 'Tanyakan temanKu besok tentang diriKu. Dia akan memberitahu padamu semua hal yang perlu engkau ketahui agar mengerti mengapa Aku mengunjungi dirimu.' 'Tapi Yesus, siapakah temanMu itu?' Aku bertanya padanya dalam mimpiku. 'Inilah temanKu." Yesus menunjuk arah di belakangku. 'Dia telah berjalan dengan kita sepanjang saat kita berjalan bersama.'"

Dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya, Noor menatap Kamal seakan dia telah mengenalnya seumur hidupnya. Dia melanjutkan, 'Sebelum Dia berkata begitu, aku tidak tahu bahwa engkau berjalan di belakangku. Tapi engkau ternyata memang ada terus di situ - berdiri dekatku sepanjang mimpiku. Meskipun engkau telah berjalan bersama kami di sekitar danau, aku hanya melihat Yesus saja. Wajahnya sungguh mempesona. Aku tidak bisa mengalihkan kedua mataku daripadaNya.

"Yesus tak memberitahu aku siapa namamu, tapi engkau memakai baju yang sama yang kau kenakan sekarang ini, dan kacamatamu ... sama juga dengan yang di mimpi. Dalam mimpiku, wajahmu bersinar cemerlang sedemikian rupa sehingga aku percaya bahwa Yesus adalah temanmu. Aku tahu aku tak akan pernah melupakan senyummu."

Kamal membimbing Noor keluar dari kerumunan orang banyak ke pinggir pasar dan menuju ke daerah berumput di bawah sebuah pohon. Kedua lalu duduk sebelum Kamal mulai bicara.

"Noor, namaku adalah Kamal, dan aku adalah pengikut Yesus. Aku telah mencintaiNya dengan sepenuh hati selama sepuluh tahun sampai saat ini dan aku merasa terhormat karena muncul dalam mimpimu."

Noor menatap kedua mata Kamal yang hijau, terpesona akan kata² pria itu.

"Yesus menyentuh hati para Muslim di seluruh dunia. Dia memanggil mereka untuk keselamatan - keselamatan sejati - satu per satu, dengan cara mengunjungi mereka melalui mimpi² dan penglihatan²." Kamal berhenti sejenak dan berpikir. "Apakah ini mimpimu pertama tentang Yesus?"

Noor menjawab dengan harapan dalam matanya. "Ya, ini adalah mimpiku yang pertama. Apakah aku akan mendapatkan mimpi² yang lain lagi?"

Kamal berhati-hati saat menjawab, "Engkau mungkin akan mengalami banyak mimpi tentang Yesus. Ini tergantung dari apa rencanaNya bagimu. Mungkin juga satu mimpi saja sudah cukup bagimu." Kamal merenung apa yang sebenarnya Tuhannya inginkan dari wanita ini. "Engkau mungkin punya pertanyaan²?"

"Wah, ada seribu pertanyaan," ujar Noor dengan cepat.

"Apakah engkau punya tempat yang aman untuk berbicara?"

Noor mengerti makna pertanyaan ini. "Suamiku sedang bekerja, dan dia sudah tak tertarik lagi padaku sejak lama. Aku ini adalah istrinya yang ketiga, dan tahun lalu dia mengambil istri keempat. Dia masih sangat muda, kulitnya mulus sekali, wajahnya cantik jelita, dan tubuhnya bagus sekali dan hanya itulah yang bisa dia pikirkan. Aku tidak melihat suamiku lagi. Dia tak akan datang mencariku." Rasa gelisah tampak di wajahnya, tapi rasa ingin tahunya dengan cepat kembali. "Kita aman kok di sini. Tolong beritahu aku tentang Yesus!"

Kamal bicara perlahan. "Dia memanggilmu, Noor. Dia tidak datang tanpa rencana. Mimpimu itu memiliki tujuan dan akan mengubah dirimu dari dalam." Kamal mengamati Noor untuk memastikan apakah dia mengerti. "Yesus ingin engkau menjadi pengikutNya. Engkau mendapat penghormatan khusus karena menerima kunjungan dari Yesus Kristus. Engkau telah dipilihNya, Noor. Bahkan sebelum engkau lahir, Yesus telah merencanakan pertemuan ini denganmu." Kamal mengalihkan pandangan ke gerombolan orang di sekeliling mereka, lalu kembali bicara pada Noor. "Dia tak pernah muncul di hadapanku seperti itu, tapi aku berdoa suatu kali Dia akan melakukannya."

Noor merasa bahwa dia bisa mempercayai keterangan Kamal. Dia menghela nafas panjang dan menyusun pertanyaannya yang pertama: "Mengapa seorang nabi berkata bahwa Dia mati bagiku? Aku telah percaya padaNya, dan kami para Muslim menghormatiNya." Noor menatap jauh dan dengan perlahan menggelengkan kepalanya. "Tapi Dia itu ternyata jauh lebih daripada apapun yang pernah kubayangkan tentang diriNya. Aku tidak pernah merasakan begitu dicintai seperti sewaktu Yesus berjalan bersamaku di mimpi itu. Aku tak merasa takut sama sekali." Dia menatap Kamal lagi. "Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tak merasa malu lagi." Suaranya berubah menjadi sebuah bisikan; Kamal harus berusaha lebih keras untuk mendengarnya. "Meskipun Dia itu seorang pria, aku tidak merasa diintimidasi. Aku tidak merasa terancam. Aku merasakan ... damai yang sempurna." Noor tersenyum.

Kamal khawatir jika dia membicarakan tentang Islam maka Noor akan lari, tapi dia dengan berani mengalihkan pembicaraan ke arah itu. "Itulah yang Dia ingin berikan padamu, Noor. Sebelum dia disalib, Yesus berkata, 'Damai kuberikan padamu, Damai dariKu aku berikan padamu' (Yohanes 14:27). Engkau tidak akan - tidak bisa - menemukan kedamaian seperti itu dengan siapapun yang lain. Hanya Yesus saja yang bisa menawarkan hal itu."

Kamal melanjutkan, "Noor, engkau telah menghabiskan sepanjang hidupmu mencari Tuhan melalui agamamu. Aku dulu juga melakukan hal yang sama. Agamaku berbeda dengan agamamu, tapi semua agama berujung pada hal yang sama: rasa frustasi. Agama² itu sarat dengan berbagai aturan buatan manusia yang katanya akan bisa mendekatkan dirimu pada Tuhan. Tapi faktanya ternyata tidak begitu."

Kamal bisa melihat melalui kedua mata Noor bahwa memang itulah kebenaran pahit yang dialaminya.

"Apakah engkau pernah merasa frustasi seperti itu, Noor?"

"Iya. Ya, memang aku rasakan. Setiap hari."

"Noor, apakah engkau pernah melihat orang² setelah sholat lima waktu?" Kamal bertanya, tanpa menunggu jawaban. "Aku telah duduk di luar Mesjid Al-Azhar di hari Jum'at sewaktu kaum 'beriman' keluar dari sholat dzuhur. Mereka tidak pernah tampak bersukacita - atau puas. Mereka tidak mengalami rasa damai yang kulihat pada wajahmu saat ini. Agama tidak bisa memberikan hal itu padamu. Agamamu tidak bisa memberikan itu bagimu." Dia berhenti agar kata²nya bisa dicerna.

Noor meradang. Dia mengamati wajah Kalam, gigi² Noor mulai terkatup dengan tegang. Dia menatap ke tanah dan lalu menatap tajam pada Kamal. "Apakah engkau meminta aku ... untuk meninggalkan Islam?"

Kamal telah masuk ke daerah beranjau. "Aku tidak memintamu untuk melakukan apapun, Noor. Tapi Yesus memintamu untuk mengikutiNya." Ketulusan kedua matanya yang hijau bak batu kumala membenarkan kata²nya. "Apakah engkau percaya mimpimu itu nyata?"

Kedua pundak Noor lunglai lagi setelah rasa tenang kembali pada dirinya. Dia menatap tanah. "Aku tahu mimpi itu nyata. Mimpi itu telah mengguncangkan diriku sampai ke lubuk hatiku. Aku harus mencari tahu segalanya tentang Dia."

"Kalau begitu, aku akan berusaha sebaiknya menjawab semua pertanyaanmu."

Tiga jam kemudian, tanya jawab masih saja berlangsung diantara Kamal dan Noor di atas rumput itu. Akhirnya, Noor mendongakkan kepalanya ke belakang dan menarik napas panjang, puas dengan kemajuan mereka tapi lelah karena mencerna semua keterangan yang baru.

"Apa yang harus kulakukan dengan semua hal yang kupelajari hari ini? Jika aku memberi hidupku pada Yesus dan aku telah baru dalam diriku, apakah aku masih tetap jadi Muslimah?"

Kamal tak menjawab.

TIba², Noor duduk tegak. Suatu tenaga muncul dari suaranya. "Aku sudah siap sekarang. Aku ingin mengikut Yesus."

"Apakah engkau bersedia menderita bagi Yesus?" Kamal sendiri kaget dengan pertanyaan yang diajukannya.

Noor duduk diam.

Pertanyaan Kamal yang berikutnya bahkan lebih tak terduga lagi. "Apakah engkau bersedia mati bagiNya?"

Noor tampak tidak terlalu terkejut dengan pertanyaan ini. "Apakah karena itu Dia memanggilku?" Dia bertanya langsung seakan dia menanyakan apakah Yesus ingin dia beli anggur di pasar.

Sekarang Kamal memandang orang² di hari Jum'at itu, sambil bertanya-tanya bagaimana masa depan wanita pemberani ini. "Itu mungkin saja bisa menjadi nasibmu, Noor. Yesus memberitahu pengikut²Nya di malam hari Dia ditangkap bahwa akan ada penindasan keras bagi mereka yang mengikutiNya." Dia memusatkan perhatian pada Noor lagi. "Adalah kehormatan besar untuk menderita seperti Dia. Dia memperingatkan bahwa 'waktunya akan tiba saat orang akan membunuhmu dengan mengira bahwa mereka melakukannya bagi Tuhan' (Yohanes 16:2)."

Noor menghela nafas. "Yesus bicara tentang Islam. Sudah jelas begitu. Begitulah yang akan terjadi pada Muslim yang berubah iman." Noor melipat tangannya dan berkata, "Aku beritahu kamu sesuatu, Kamal. Aku telah melihat sebuah program TV sebulan yang lalu. Bapak Pendeta Zakaria sedang berbicara tentang Yesus, dan beberapa orang menelponnya untuk berdebat degannya. Dia mengatasi mereka semua dengan mudahnya. Aku sungguh kagum karena banyak orang yang mengatakan padanya bahwa Yesus telah mengubah hidup mereka. Aku sungguh tak percaya dengan apa yang kudengar. Mereka itu kan tadinya Muslim! Aku ingat saat itu aku berpikir bahwa mereka mungkin akan mati karena meninggalkan Islam. Keluarga² mereka akan melakukan itu. Engkau tahu tentang honor killing (pembunuhan anggota keluarga yang dianggap mencemarkan kehormatan keluarga), bukan?"

Mereka saling memandang untuk beberapa detik dalam kesenyapan.

Noor menganggukkan kepala perlahan dan berkata, "Yesus tahu ini akan akan terjadi, bukan begitu?"

"Ya, kupikir juga begitu," kata Kamal membenarkan.

Noor menghirup udara, menghembuskannya, dan melihat orang² yang berbelanja di situ. "Yah, aku tidak takut. Tapi ... aku harus memikirkan hal ini masak². Aku harus pergi ke mesjid atau tempat tenang lainnya. Aku harus berdoa dulu. Bagaimana dengan anak²ku? Semuanya ini sungguh baru bagiku. Aku ... "

Kamal tersenyum dengan senyum sama yang diingat Noor dalam mimpinya. "Aku mengerti. Aku tidak akan pernah melupakan pertemuan ini, Noor. Engkau pun tentunya tak akan lupa. Yesus telah mengajukan suatu tawaran yang besar bagimu dan hanya dirimulah yang bisa menerimanya. Dia memanggilmu. Aku akan berdoa bagimu. Sampai bertemu kembali."

Tanah Dimana Mimpi Menjadi Kenyataan sunting

Mimpi Noor telah membuka pintu ke hatinya dan pikirannya dan mempersiapkan dia untuk suatu hari menerima tawaran keselamatan. Tapi ada sesuatu tentang Mesir dan mimpi² yang tampaknya sejalan. Keduanya telah dihubungkan sejak di kitab pertama Alkitab. Orang² pilihan Tuhan di Perjanjian Lama telah mengalami berbagai mimpi dan penglihatan. Kitab Yesaya itu adalah kitab tentang penglihatan. Daniel juga mengalami penglihatan². Demikian juga Yehezkiel. Tapi begitu pula raja² pagan Mesir.

Diluar Kitab Suci, sejarawan Mesir mencatat keterangan dalam jumlah besar tentang mimpi² dan penglihatan², dan bagian darinya yang menjadi faktor² penentu arah keseluruhan negara itu. Pesan² "dari dunia luar" ditanggapi dengan sangat serius sehingga mereka seringkali berperan besar dalam rencana² nasional sang firaun atau kebijaksanaan politik.

Para penguasa Mesir seringkali menyuruh mimpi² mereka dianalisa sebelum menentukan apakah harus mengobarkan perang atau harus membangun kuil bagi dewa baru. Pesan² illahi dipandang sebagai ramalan yang tepat akan masa depan, dan tiada mimpi yang tak ditanggapi. Para juru tulis mencatat mimpi² untuk mendukung tindakan² firaun di persimpangan sejarah yang kritis.

Satu penemuan arkeologi yang terletak dekat piramida menjelaskan bahwa juru tulis Mesir kuno bernama Kenhirkhopeshef menyimpan sebuah dokumen papirus yang berjudul Buku Mimpi. Buku ini merupakan keterangan tentang 108 mimpi dan aktivitas² dan emosi² yang diakibatkannya. Seperti yang terbukti pada berbagai variasi dialek Mesir kuno yang digunakan dalam tulisan itu, keterangan tertulis ini diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Buku Mimpi menunjukkan penafsiran yang sangat subyektif. Mimpi² serupa yang muncul di waktu yang berbeda telah menghasilkan penafsiran yang sangat berbeda. Sebagian mimpi membahas perjuangan dalam hidup sehari-hari, seperti mendapat keuntungan atau kerugian, puasa, makan terlalu banyak, gosip, rasa marah, suka minuman keras, bersenang-senang, dan etika. Satu aspek yang menarik dari buku ini adalah definisi tentang dua hal - "mimpi bagus" dan "mimpi jelek" (mimpi² jelek ditulis dengan tinta merah). Orang² Mesir percaya bahwa para dewa bisa menilai hati manusia dan mengamati motif² tindakannya. Mimpi² dan penglihatan² merupakan satu cara dimana pesan para dewa disampaikan. Apakah para dewa senang atau tidak senang dengan perilaku bangsa Mesir? Bagaimana nasib mereka pada akhirnya di alam baka? Mereka berada dalam jalur theologi yang benar, tapi mereka menyembah sosok illahi yang keliru. Lebih dari segala negara lainnya, Mesir telah dibentuk melalui mimpi² dan penglihatan².

Tak banyak orang yang tahu di jaman itu bahwa Tuhan bangsa Israel memberi mimpi² pada Firaun ketika Yusuf sedang berada di penjara Mesir. Mimpi² Firaun yang menakutkan membuat istana menjadi gelisah dan terus berlangsung begitu sampai sang raja tahu pasti apakah makna mimpi² tersebut. Para pendeta, tukang² sihir, dan orang² bijak akan dipanggil begitu Firaun membutuhkan penafsiran akan mimpinya. Tapi Tuhan berbicara kebenaran yang pada Yusuf saja. Semua ahli² mimpi lainnya hanyalah palsu belaka, tak mampu menjelaskan penafsiran yang tepat bagi sang raja. Tidaklah heran jika akhirnya Yusuf naik pangkat dari narapidana menjadi Perdana Menteri. Dari sejak saat sebelum dijual sebagai budak oleh abang²nya, Yusuf telah mengenal kekuatan dan bahaya mimpi².

Mimpi-Mimpi Orang Mesir, Akrab dan Pribadi sunting

Baru² ini, putraku John-Mark dan aku mengunjungi piramida² di Giza. Kreasi mengagumkan ini terletak tak jauh dari Kairo, dan jika engkau selamat naik taksi yang dikemudikan dengan serampangan di sana, maka engkau tak akan kecewa dengan apa yang kau lihat di Giza. (Naik taksi Mesir sangat mengerikan karena cara menyetir mereka yang sangat tak beraturan sehingga engkau terpaksa harus terus berdoa agar tiba di tempat dengan selamat.)

Sphinx, yang juga terletak di Giza, dibangun sekitar 2.500 tahun SM - sekitar 700 tahun sebelum Yusuf datang ke Mesir dan 1.100 tahun sebelum jaman Musa. Meskipun patung makhluk berkepala manusia dan bertubuh singa ini sudah banyak yang rusak karena terpaan angin, kelembaban, dan udara penuh polusi dari Kairo, patung itu tetap selamat utuh melampaui jangka waktu yang sangat lama karena terkubur dalam pasir selama lebih dari 1000 tahun - sampai saat Raja Thutmose IV mendapatkan mimpi.

Sebagai pangeran muda di Mesir, Thutmose menyatakan bahwa seorang dewa berkata padanya dalam mimpi di tempat Sphinx setelah dia berburu sepanjang hari di sana. Thutmose tertidur di dekat bagian kecil dari patung raksasa itu yang muncul di atas permukaan pasir. Dewa Hamarkis memberitahu Thutmose untuk menyingkirkan pasir yang menutupi Sphinx karena pasir itu membuat si patung sukar bernafas. Hamarkis berjanji bahwa jika Thutmose bersedia melaksanakan tugas ini, dia akan dikaruniai singgasana kerajaan. Sang pangeran muda lalu menyingkirkan pasir dan tak lama kemudian dia menjadi raja di seluruh Mesir.

Raja Thutmose IV adalah salah satu dari raja² yang ditakuti dari Dinasti Kedelapanbelas dan dikenal akan pemerintahannya yang haus darah. Untuk mengenang mimpinya dan menambah penghargaan atas kerajaannya, Thutmose meletakkan sebuah stela (prasasti batu) yang diletakkan diantara dua cakar Sphinx, yang bertuliskan tentang mimpinya. Mimpi Stela itu masih ada sampai hari ini dan keadaannya masih sangat baik, mengingat prasasti itu sudah berusia lebih dari 3.400 tahun.

Yang menarik dari kejadian ini tiada seorang pun yang bisa membuktikan bahwa mimpi itu benar² terjadi. Sang pangeran menceritakan tentang mimpi itu, yang menjadi dasar dari kekuasaannya. Satu²nya bukti adalah kesaksiannya yang tak bisa dibuktikan kebenarannya.

Dengan sejarah seperti ini, orang terpengaruh untuk memperhatikan mimpi² yang mereka sendiri alami. Dan para umat Kristus seperti Kamal adalah Yusuf² yang baru, diletakkan di situ oleh Tuhan untuk menafsirkan mimpi. Kebutuhan akan penafsiran mimpi begitu besar, sehingga iklan berikut baru² ini muncul di koran Kairo Times: "Apakah engkau telah melihat seorang pria berjubah putih dalam mimpi? Jika ya, maka telponlah nomer ini ... "

Ah, kekuatan mimpi di Mesir!

Imam dan Senjatanya sunting

Coba tebak Muslim apakah yang paling sukar dijangkau? Mungkinkah teroris Muslim? Siapapun yang bersedia meledakkan dirinya untuk membunuh kafir mungkin adalah yang paling berbakti pada Islam, bukan?

Ini bisa jadi adalah dugaan yang masuk akal, tentu saja, tapi aku tahu banyak bekas teroris Muslim yang sekarang berjalan bersama Yesus di setiap negara Timur Tengah. Kami bekerja dengan banyak dari mereka untuk menyampaikan Injil pada Muslim lain. Murid² Kristen dari latar belakang Islam ini telah berubah sepenuhnya bagi Kristus. Kehadiran Roh Kudus sedemikian kuat dalam kehidupan mereka sehingga engkau tak akan pernah mengira bahwa masa lalu mereka yang kelam saat bertemu pertama kali dengan mereka. Para bekas teroris ini merupakan bukti paling nyata akan jiwa yang diubahkan oleh kekuatan Kristus.

Para pembom bunuh diri juga sukar dijangkau, tapi jika kuamati, yang paling sukar dijangkau adalah para imam. Imam adalah pemimpin mesjid lokal. Tugasnya adalah membimbing Muslim belajar Qur'an. Para pemimpin spiritual ini sarat dengan ajaran dan propaganda Islam. Sebagai penjaga Islam, para imam hidup dengan membela Islam dengan segala harga - biasanya harganya adalah nyawa Muslim manapun yang berani murtad ke Kristen. Maka jika seseorang menyampaikan tentang Kristus pada mereka, biasanya para imam itu akan langsung menyerang, marah, dan bersikap sombong. Meskipun sebagian bersikap lebih lembut, tapi kebanyakan memiliki perilaku yang keras sesuai dengan tugas mereka memaksa Muslim untuk tunduk pada Islam setiap hari.

Umat Muslim biasanya takut pada para imam karena pengaruh mereka yang besar di kalangan masyarakat. Jika mereka hidup di negara yang menerapkan syariah, maka para imam, dan juga para polisi akhlak, adalah penegak hukum syariah. Ketika Muslim beralih iman ke Kristen, para murtadin biasanya menyamakan para imam dengan para pemimpin agama yang mengancam Yesus di Perjanjian Baru. Bayangkan Imam Farisi dengan Qur'an di tangannya, dan engkau memiliki gambaran yang tepat.

Di Mesir, para imam ada di mana² - dan memang ada alasan kuat akan hal ini.

Mesir adalah pusat intelek Islam. Seorang imam yang belajar di Universitas Al-Azhar di Mesir (yang letaknya tak jauh dari pasar di mana Kamal bertemu Noor) akan dihormati di seluruh dunia Islam. Dari berbagai segi, Mesir, terutama Kairo, adalah pusat agama Islam. Al-Azhar didirikan di tahun 970M dan disebut sebagai pusat literatur Arab dan pusat pendidikan Islam Sunni. Di Mekah dan Medinah, Saudi Arabia memang memiliki dua kota tersuci Islam, tapi Mesir membentuk agama Islam. Saudi Arabia merupakan jantung Islam; Mesir adalah otaknya. Ini sungguh merupakan tempat yang cocok untuk dikunjungi Yesus.

Dunia Imam sunting

Hassan terkejut bangun dari tidurnya saat sebuah tangan kasar menutup mulutnya rapat². Jantungnya berdebar-debar, dia merasa ada moncong senjata yang dingin ditempelkan di kening kanannya.

"Jangan berkata apapun." Suara dari seorang berkedok itu berbisik memerintah di kegelapan malam. "Bangun, dan ikut aku."

Untuk beberapa menit, Hassan berusaha mengusir kantuk dari kedua matanya sewaktu penculiknya mendorongnya berjalan melalui jalanan di kota tua Kairo. Hassan tidak merasa ragu lagi bahwa dirinya sudah ketahuan sebagai orang yang memimpin Muslim menemukan iman dalam Kristus. Meskipun telah berusaha sebaik mungkin untuk menginjili secara diam², satu pertobatan demi satu pertobatan lainnya, Kairo telah menemukan dirinya. Ini memang adalah salah satu tempat yang beresiko tertinggi di dunia bagi penginjilan bagi umat Muslim.

Hassan telah tinggal di bagian Kairo Tua ini sejak dua tahun yang lalu. Meskipun dia berbakat dalam membawa pesan Yesus di berbagai percakapan dengan teman² Muslimnya, dia masih belum bisa membawa seorang pun untuk menjadi pengikut Kristus. Padahal dia sudah berusaha keras setiap hari.

Berjalan dengan todongan pistol di punggungnya sambil melalui perumahan demi perumahan, Hassan menangis dalam hati pada Tuhan, Adakah orang yang terbangun yang bisa menolongku? Tapi dua jam sebelum sholat subuh, Kairo masih sepi dan tidur lelap. Selain itu para Muslim tentunya juga tidak peduli. Seorang imam mendorong seorang Kristen melalui tempat ini tidak akan mendatangkan simpati apapun bagi pihak tertawan. Mereka hanya akan mengira - seperti yang dipikirkan Hassan sekarang - bahwa dia sedang berjalan menuju hukuman pembunuhan yang layak diterimanya.

Cengkeraman kasar di lengan kanan Hassan mendorongnya maju dengan cepat, menariknya dengan keras setiap saat penangkapnya merasa perlu mengarahkan tubuhnya. Sewaktu berjalan seakan menuju hukuman mati, pikiran Hassan membahas missinya di Mesir ini. Dia telah belajar Islam selama bertahun-tahun - belajar Qur'an, Hadis (perkataan Muhammad yang dikumpulkan selama berabad-abad setelah kematiannya), dan ajaran² Islam para alim ulama terkemuka dunia Islam - semua tujuan ini untuk mengetahui kepercayaan Muslim dan membawa mereka kepada Kristus. Tuhan telah menanamkan dorongan pada diri Hassan untuk menjangkau umat Muslim, tapi tampaknya semua persiapannya sia² saja, karena sepertinya dia akan mati di Mesir sebagai martir.

"Naik tangga." Suara kasar membubarkan pikiran Hassan. Dia sebenarnya heran bagaimana mungkin rahasianya ketahuan, dan oleh siapa.

Tekanan darah terasa berdenyut-denyut di urat nadinya karena rasa takut dan juga karena lelah naik tangga sampai ke lantai lima di gedung tua bersama penangkapnya.

"Kita harus meloncat dari gedung ini ke atap gedung lain di sana. Hanya itulah satu²nya cara masuk."

Untuk pertama kalinya setelah meninggalkan apartemennya, Hassan menatap wajah penangkapnya. Saat itu dia menyadari bahwa orang itu telah menghitamkan seluruh mukanya untuk menutupi identitasnya. Hassan memandang jarak antara kedua gedung dan menatap kembali kedua mata penangkapnya yang menatapnya tajam sambil menodongkan pistol padanya.

"Aku gak bisa loncat dari sini ke gedung itu!" kata Hassan dengan sengit.

"Bisa, dan kau harus melakukannya. Ambil ancang² berlari dulu dari belakang." Dia lalu menudingkan senjatanya ke Hassan. "Kamu duluan."

Apakah kematian datang melalui tembakan peluru atau jatuh dari atap gedung lima tingkat, Hassan tak tahu, tapi dia percaya bahwa penawannya akan menggunakan senjatanya jika dia menolak. Setidaknya dengan melompat - bahkan jika gagal sekalipun - ini masih bisa memperpanjang hidupnya sedikit lebih banyak. Jika dia berhasil melompat melintasi jarak itu, siapa tahu nasibny justru akan selamat?

Andrenalin - dan mungkin juga para malaikat - mendorongnya untuk melakukan lompatan yang paling menakjubkan yang pernah Hassan lakukan di seluruh hidupnya. Dia mendarat di atap gedung, dan dua detik kemudian, penawannya yang tampaknya sudah terbiasa melakukan itu, mendarat di sebelahnya dengan senjata tetap di tangan.

Penawan itu memegang lengan kanan Hassan lagi dan mendorongnya masuk ke tingkap bawah menuju ke gudang tua. Hassan yakin tak akan melihat awan gelap malam hari lagi. Dia berbisik, "Yesus, ke dalam tanganMu kuserahkan jiwaku."

Orang itu terdiam sesaat sewaktu mendengar doa Hassan. Hassan melihat tatapan matanya yang tajam padanya. Genggaman pada lengan kanan Hassan bertambah kencang.

"Buka pintunya, dan naik dengan cepat," katanya sambil mengarahkan senjatanya ke arah itu.

Hassan melihat dirinya bagaikan aktor di film yang menegangkan saat membuka pintu dan menuju ruangan selanjutnya. Dia berharap adegan selanjutnya akan berakhir dengan cepat, dan begitu dia masuk ke ruangan bagian dalam bangunan yang kusam itu, plot cerita berubah mengejutkan. Dia mengingat kembali apa yang terjadi dalam beberapa menit berikut.

"Aku masuk ke dalam ruangan dengan rasa takut, dan hanya ada satu lilin menerangi ruangan itu. Aku sungguh mengira akan dibunuh di situ dengan cepat. Ada sepuluh pria yang jelas adalah Muslim yang berdiri membentuk lingkaran dan menatapku saat aku masuk. Mereka menyuruhku untuk duduk. Setelah aku duduk, suasana ruangan berubah seketika. Orang² tersebut tersenyum padaku."

Orang yang tadi menculik Hassan berbicara terlebih dahulu. "Kami adalah para imam, dan kami semua belajar di Universitas Al-Azhar. Saat kami belajar di sana, setiap orang dari kami semua mengalami mimpi tentang Yesus, dan kami semua diam² menjadi pengikut Yesus. Untuk saat tertentu, kami tidak berani memberitahu siapapun akan hal ini. Jika ketahuan tentu kami akan dihukum mati. Tapi akhirnya, kami tidak bisa menyembunyikan lebih lanjut.

"Setiap orang dari kami berdoa pada Yesus untuk minta pertolonganNya untuk belajar apa makna menjadi pengikut Yesus. Selang beberapa saat, Dia mengumpulkan kami semua dan bisa kau bayangkan bagaimana terkejutnya kami ketika Roh Kudus menunjukkan bahwa ada imam² lain yang telah menemukan Yesus pula. Sekarang kami berkumpul di sini tiga kali seminggu di tengah malam untuk berdoa bagi keluarga kami dan bagi orang² di mesjid kami untuk menemukan Yesus pula. Kami tahu engkau adalah pengikut Kristus. Dialah yang membimbing kami kepadamu."

Hassan ingat saat itu, "Aku sungguh terkejut. Lalu aku merasa sangat lega sehingga aku tertawa untuk beberapa menit, sedangkan mereka menontonku saja."

Sang penculik akhirnya menjelaskan mengapa pertemuan ini dilakukan. "Aku meminta maaf sebesarnya karena telah membuatmu begitu ketakutan dengan samaran mukaku dan senjata, tapi aku tahu hanya inilah cara yang bisa membawamu ke sini. Cara lain terlalu berbahaya. Aku minta maaf. Tapi sekarang pertanyaanku adalah, apakah engkau bersedia mengajar kami Alkitab?"