Dreams and Visions: Is Jesus Awakening the Muslim World?/Yordania - Pembunuhan Demi Kehormatan Keluarga

Mengagumkan secara Klinis sunting

Yordania memiliki sejarah Alkitab dan spiritual yang kaya, yang hanya bisa dilampaui Israel. Sebagai akibatnya, ekonomi Yordania berkembang subur karena bisnis turisme. Kota kuno seperti Petra di Yordania baru² ini disebut sebagai satu dari Tujuh Keajaiban Dunia yang baru. Seringkali dijuluki sebagai "Bangsa Arab Manis" di Timur Tengah, orang² Yordania juga menikmati citra publik yang berkilauan. Kehidupan penuh kebahagiaan di Kerajaan Hashimit. Atau tampaknya dari luar seperti itu.

Yordania menyembunyikan sisi gelapnya yang tidak pernah disebut di berbagai brosur turisme. Negara ini memiliki tingkat honor killing (pembunuhan demi kehormatan keluarga) tertinggi di Timur Tengah.

Masyarakat Timur Tengah dibangun dengan konsep rasa malu dan rasa hormat, dan seperti yang kita lihat pada kisah Fatima di bab sebelumnya, keluarga Islam yang mempraktikkan agama mereka harus menghapus jejak rasa malu apapun yang dialami mereka, tak peduli berapapun harga yang harus dibayar. Hal ini berakibat terjadinya praktik² sosial yang tak terbayangkan bagi kebanyakan masyarakat Barat. Jika seorang gadis diperkosa, misalnya, dia kemungkinan akan menjadi korban honor killing, atau dengan kata lain dibunuh keluarganya sendiri, untuk menghilangkan cemar yang diderita keluarganya akibar perkosaan itu. Pembunuhan itu dianggap memulihkan kehormatan keluarga itu kembali.

Bahkan jikalau keluarga itu membawa kasus perkosaan ke pengadilan dan menang, rasa malu masih saja dialami pihak keluarga perempuan. Mereka merasa aib itu menodai kehormatan mereka selamanya. Ini berarti kebanyakan korban pembunuhan demi kehormatan ini adalah para wanita dan gadis² keluarga mereka sendiri. Karena masyarakat Islam tidak menawarkan banyak hak bagi wanita, maka para wanita ini merupakan korban² pembunuhan yang sunyi senyap.

Ketika aku mengunjungi negara itu di tahun 2006, seorang Kristen Yordania bernama Kamal memberitahu padaku kabar sedih tentang gadis muda yang dibunuh ayahnya sendiri karena berhubungan sex sebelum menikah. Dia mengumumkan pada pertemuan keluarga bahwa anak perempuannya yang berusia 16 tahun itu akan mati di malam itu karena melakukan hubungan sex di luar nikah. Setelah makan malam, ayahnya membawa gadis itu ke halaman makan, dan sambil ditonton ibunya dan saudara²nya, sang ayah menenggelamkan anak perempuannya di kolam renang keluarga.

Keluarga itu lalu melaporkan pada polisi bahwa gadis itu mengalami kecelakaan sehingga tewas, tapi pihak polisi mencurigai mereka. Ketika sang ayah mengaku melakukan pembunuhan tersebut, pihak polisi memerintahkan otopsi. Ternyata hasilnya menyimpulkan bahwa gadis itu masih perawan.

Setelah mendengar kisah ini, aku mengajukan pertanyaan yang sudah jelas: "Apakah ayahnya itu dipenjara seumur hidup?" Ternyata tidak. "Dia dilepaskan begitu saja keesokan harinya setelah diinterogasi," kata Kamal padaku dengan kepala menunduk. "Hal² seperti inilah yang terjadi di negaraku, dan semuanya disapu saja ke bawah karpet."

Pada kejadian lain, Noor adalah anak perempuan berusia 14 tahun yang selalu saja diganggu oleh supir bis sekolahnya. Pria berusia 58 tahun itu telah berusaha beberapa kali untuk mengajaknya berhubungan sex. Meskipun Noor meminta tolong pada ibunya, si ibu tidak percaya pada laporan² anaknya.

Setelah ditolak beberapa kali oleh Noor, supir itu melihat kesempatan di suatu sore di akhir jadwal menyetir bus sekolah. Noor telah ketiduran sehingga gagal turun bus di tempat biasanya. Suara mesin bus yang dimatikan membangunkan Noor, dan dia menyadari semua teman sekolahnya telah pergi. Bus itu diparkir di tempat yang jauh dari rumahnya.

Dia dengan takut menatap si supir bus yang duduk di sebelahnya sambil menodongkan pistol ke wajahnya. Dia menyuruh Noor membuka seluruh pakaiannya. Dengan berpikir cepat, gadis itu menjawab: "Baiklah, aku akan buka pakaianku. Tapi aku malu, sudikah engkau memalingkan wajahmu saat aku buka baju?" Sewaktu pria tua itu memalingkan wajahnya, Noor dengan cepat merampas pistolnya dan menembaknya mati!

Ketika aku mendengar kisah itu, aku berpikir, Yah, supir cari gara² duluan sih. Tapi bukan begitu cara berpikir di Yordania. Noor juga sudah semestinya tidak dihukum.

Hari ini, Noor hidup di "tempat penampungan" wanita² yang bikin malu. Tempat itu sebenarnya tak berbeda dengan penjara, dan dia telah berada di situ sejak keluarganya bertekad untuk membunuhnya. Dia juga mendapat berbagai ancaman bunuh dari keluarga supir bus itu. Sekarang dia dilindungi di tempat ini, tapi dia tak punya harapan untuk bisa dibebaskan.

Sungguh sukar untuk mengunjungi orang di tempat penampungan ini di mana Noor diasingkan. Pemerintah Yordania melakukan yang terbaik untuk merahasiakan tempat ini dari umum. Tapi orang² telah mendengar berbagai kisah dan sekarang tahu bahwa tempat penampungan itu memang nyata. Seorang temanku berusaha selama berbulan-bulan untuk bisa mengatur kunjungan pada Noor, dan ketika akhirnya ijin diberikan, temanku mengunjungi tempat itu dan merasa sangat terkejut melihat tempat yang kotor dan menyedihkan di mana Noor harus hidup. Usia hidup tampaknya pendek saja bagi orang² yang dikurung di situ. Kesalahan Noor yang masih muda ini hanyalah membela dirinya dari perkosaan pria yang cukup tua untuk menjadi kakeknya.

Di Yordania, diperkosa atau dituduh melakukan tindakan asusila atau kriminal akan mengakibatkan wanita masuk ke tempat penampungan seperti itu. Wanita bisa dengan mudah terdampar di situ hanya karena tidak taat pada suami - misalnya menjadi pengikut Yesus. Jika seorang Muslimah berubah iman menjadi Kristen dan diketahui oleh suaminya yang marah, maka dia mungkin bisa dimasukkan ke tempat penampungan itu seumur hidup - ini juga jikalau dia tidak dibunuh terlebih dahulu.

Di artikel tahun 2011 di majalah Economist diterangkan mengapa meninggalkan Islam bagi Muslim merupakan tindakan yang sangat berbahaya. Artikel itu melaporkan poll terbaru di Timur Tengah di mana Yordania menduduki tingkat tertinggi dari seluruh negara Muslim lainnya. 85% dari seluruh warga Yordania menyatakan bahwa jika seorang Muslim meninggalkan Islam, maka dia harus dibunuh.[1]

Statistik seperti itu tentunya menakutkan terutama bagi seseorang seperti Jamilla. Kota tempat tinggalnya menghasilkan angka tertinggi bagi honor killing di seluruh Yordania.

Mendesak Butuh Perawatan sunting

Jalan Hejaz. Harapan Jamilla pupus ketika dia membaca alamat di iklan untuk pembukaan klinik medis gratis minggu depan. Kenapa poster ini ditempelkan di mesjidnya jika klinik ini terletak di daerah Kristen di Jerash?

Gerasa, yakni kota asal Jamilla yang juga disebut di Perjanjian Baru, disebut memiliki sejarah sebagai satu dari sepuluh kota di jaman Decapolis Romawi. Yesus mengunjungi daerah ini, dan mungkin tempat ini terutama diingat karena konfrontasi antara Yesus dan orang yang kerasukan setan di sini. Di Markus 5:1-20, Alkitab menjelaskan bagaimana Yesus membebaskan orang ini dari legion setan yang merasuki orang ini (ayat ke 9).

Dinasti Eropa yang menguasai daerah Timur Tengah di jaman Yesus telah lama pergi. Tapi bekas² bangunan kuno Roma terdapat di seluruh daerah itu sehingga tempat itu merupakan daerah yang terbesar untuk penggalian budaya kuno.

Yordania merupakan daerah persimpangan kuno bagi Jalan Sutra dari Timur Jauh dan Jalan Raya Raja yang terkenal di Perjanjian Lama, dan aneka macam demografi Jerash tetap tampak di jaman sekarang. Bangsa Circassian dari Kaukasus Timur hidup berdampingan dengan bangsa Armenia yang tinggal di daerah itu sewaktu melarikan diri dari pembantaian massal yang dilakukan Kekalifahan Ottoman di tahun 1915. Meskipun ada sebagian kelompok masyarakat yang beragama Kristen, mayoritas masyarakat di situ adalah Muslim. Di masyarakat Arab Timur Tengah, sekita 5-10% populasi adalah masyarakat Kristen, tapi sekitar separuh para tetangga Jamilla di Yordania adalah umat Kristen.

Jamilla mengerti masalah yang disebabkan teman² Muslimnya terhadap beberapa warga Kristen di kota itu. Imam mesjidnya terkenal suka mengumandangkan pengumuman atau khotbahnya keras² lewat toa mesjid yang dekat dengan tempat tinggal non-Muslim. Meskipun tak ada konflik terang²an antara kelompok Muslim dan non-Muslim, warga Muslim di daerah perumahan Jamilla dengan bangga menyatakan mereka adalah 100% Muslim, dan mereka tak ingin daerah itu dicemari non-Muslim. Bayangan untuk berhubungan dengan non-Muslim sangatlah memuakkan dirinya - tentunya mereka pun juga berpikiran sama.

Akan tetapi, anak² Jamilla butuh bantuan. Orang² Kristen, begitu pikirnya sambil menatap iklan di dinding mesjid. Sudah jelas mereka tidak berada di sana untuk menolong orang² Muslim. Tapi aku harus mencoba.

Apakah Umat Muslim Boleh Berada Disini ? sunting

Di pagi hari klinik itu dibuka, seorang ibu Muslimah muda berjalan ke daerah asing baginya bersama tiga dari sebelas anaknya. Jamilla membuka pintu depan dan mengintip ke dalam.

Tiga pria tua tampak bersandar lemah ke tembok; beberapa wanita muda berjongkok di sebelah anak² yang duduk di lantai, menggambar dengan krayon; pemuda berusia 20 tahunan tampak sakit dan meringkuk di ujung ruangan; seorang wanita tua yang sudah jelas adalah Muslimah, duduk terpuruk di sebuah kursi di ruangan yang padat pengunjung ini. Tawaran layanan kesehatan gratis tentunya tak dapat ditolak oleh para warga miskin di Jerash. Jamila menahan nafas di ruangan yang terasa panas itu. Seorang pria tuda dan seorang anak batuk² secara bersamaan.

"Apakah engkau butuh pertolongan?" sebuah suara ramah menyapanya.

Jamilla merasa pertanyaan itu ditujukan padanya. Karena merasa malu mendapat perhatian begitu cepat, dia agak tergagap. "Aku tak tahu apakah aku seharusnya berada di sini ... jika memang Muslim boleh ke sini. Bolehkah aku masuk?"

"Wah, tentu saja!" seorang wanita muda dengan senyum yang hangat mempersilakan dia masuk. "Aku membawa anak²ku. Sebagian dari anak²ku." "Bagus. Mereka juga boleh masuk. Aku punya sesuatu bagi mereka saat engkau menunggu."

Jen adalah koordinator medis bagi e3, [2] yang merupakan organisasi missi AS yang mensponsori klinik itu. Dia membawa beberapa buku mewarnai dan segenggam krayon di meja di sebelahnya dan lalu berjalan melalui banyak orang menuju Jamilla.

Jamilla mengaggukkan kepala berterima kasih sewaktu menerima pemberian Jen dan mengajak anak²nya menuju duduk di daerah lantai yang masih kosong. Anak perempuan dan kedua anak lakinya duduk bersama di lantai dengan sopan, memilih beberapa krayon dari ibunya dan mulai mewarnai gambar² di buku itu yang menceritakan kisah tentang Yesus. Jamilla tersenyum melihat semangat anak²nya dan lalu mulai mengamati wanita ramah yang menerima mereka dengan sangat baik hati.

Jen mengurus kegiatan di ruangan itu bagaikan polisi lalu lintas di New York saat jam sibuk padat. Dia mentatat setiap nama pasien dan masalah kesehatan yang mereka derita di papan tulis kecil, melengkapi keterangan di berbagai laporan dengan cepatnya, mengunjungi berbagai ruang pemeriksaan setiap menit untuk memeriksa perkembangan kegiatan dokter, dan dengan lemah lembut membimbing setiap pasien menuju kamar tertentu. Sewaktu Jamilla mengamati pasien² lainnya, dia tak lama kemudia menyadari bahwa kebanyakan mereka adalah Muslim. Hal ini mengherankan dirinya tapi juga membuatnya tenang.

Dalam waktu kurang dari setengah jam, Jen telah memperkenalkan Jamilla pada dokter wanita dari kota Atlanta, Amerika Serikat. Kehangatan Dr. Lynn menandingi keramahan Jen, dan Jamilla lalu menjawab sederetan pertanyaan berhubungan dengan keadaan dan masalah kesehatan keluarganya.

Di Timur Tengah, banyak masalah kesehatan yang diakibatkan oleh pernikahan antara saudara sepupu. Meskipun para sosiologis memperkirakan pernikahan sesama keturunan terjadi sekitar 10% dari populasi dunia, di sebagian negara² Timur Tengah hal ini mencapai tingkat 50%. Praktik nikah sesama keturunan ini tentu tak terpikirkan di negara Barat, tapi di negara² Arab, hal ini sering dilakukan demi mempertahankan garis keturunan keluarga. Sejarah kesukuan yang telah berlangsung selama ratusan tahun seringkali mengakibatkan pernikahan sesama saudara, terutama diantara para Muslim. Sudah merupakan anggapan yang terhormat jika seseorang merupakan keturunan dari suku Quraish, yang merupakan suku asal Muhammad. Akan tetapi Jamilla tidak berasal dari pernikahan antar sesama keluarga. Dia dinikahkan dengan seorang pria dari keluarga yang telah berteman lama dengan keluarganya. Dr. Lynn menegaskan bahwa penyakit asma dan alergi anak²nya tidak diakibatkan oleh anomali genetik tapi hanya karena masalah kesehatan pribradi saja.

Rasa khawatir akan nasib anak²nya mereda saat Jamilla melihat dokter ini sangat mahir dalam memeriksa ketiga anak itu. Dr. Lynn memberikan sebuah alat bantu nafas untuk setiap anak dan mengatakan bahwa alat ini bisa mengontrol serangan asma dengan baik sehingga tak perlu obat lainnya. Dokter itu memeluk anak²nya satu per satu, menasehatkan Jamilla untuk membawa anak²nya yang lain untuk pemeriksaan secepatnya, dan membuka pintu bagi mereka agar kembali ke ruang tunggu.

Sewaktu Jamilla membawa anak²nya keluar dari ruang tunggu, dia mengenali seorang wanita lain yang temannya dari perumahan yang sama. Mata wanita itu berpaling dari tatapan Jamilla, kembali mengurus anak²nya sendiri.

Jamilla mendekati temannya dan berbisik, "Ini bagus sekali. Jangan malu dateng ke sini. Wanita itu menatap Jamilla dengan kedua matanya yang coklat, yang tampak lelah. "Mahmoud telah menderita sakit selama dua minggu." Dia menaikkan tubuh anak lakinya yang berusia dua tahun dari pangkuannya ke pundaknya.

"Dokter Amerika ini adalah seorang wanita, tapi dia hebat sekali. Aku yakin dia tahu bagaimana harus merawat anakmu."

"Nasreen." Wanita itu lalu menoleh ke arah suara Jen. "Dr. Lynn siap untuk memeriksa anak lakimu sekarang."

Nasreen melirik pada Jamilla dan menganggukkan kepala. Dia berdiri dan membawa anaknya yang sakit ke ruang pemeriksaan.

Jamilla tersenyum pada Jen. "Yesus di buku mewarnai itu menyembuhkan orang², bukan? Aku telah mendengar hal itu dulu."

Jen berjalan melintasi ruangan. "Ya, Dia memang melakukan itu, Jamilla. Itulah sebabnya kami berada di sini. Untuk mencoba melakukan hal yang sama."

Kedua wanita itu saling berpelukan. Lalu Jamilla membawa anak²nya keluar klinik. Sewaktu dia melangkah keluar, Jamilla menolehkan kepalanya ke arah Jen dan menggerakkan mulutnya untuk kata², "Terima kasih."

Kunjungan-Kunjungan dari Sang Tabib Besar sunting

Kedua mata Orang itu mempesona Jamilla. Dengan penuh rasa takjub, Jamilla menatapNya sewaktu Dia bergerak mendekatinya dan merengkuh pundaknya ke dalam kedua lenganNya yang kuat. Jubah dan lengan bajunya menutupi tubuh Jamilla. Lalu Orang itu berkata, "Jamilla, mereka mencintai engkau karena Aku mencintaimu."

Suara batuk pria lain membuyarkan mimpinya, dan Jamilla terbangun dengan mata terbelalak. Dia berbaring di ranjangnya, menatap ke kegelapan dan merasakan berat tubuh suaminya bergerak sedikit di sebelahnya. Apa yang terjadi jika dia memberitahu suaminya tentang mimpi²nya?

Dia mengingat kembali pertemuan² itu dalam benaknya. Sudah ketiga kalinya Yesus mengunjungi dirinya setelah dia datang ke klinik itu. Suatu kunjungan yang luar biasa. Di malam² sebelumnya, Dia telah berbicara dengannya seperti seorang teman, dan mungkin lebih tepatnya, sebagai seorang penasehat. Dia menjelaskan berbagai hal yang tak bisa dijelaskan siapapun atau tak seorang pun bisa mengenalnya setepat itu. Rasa takutnya, kesalahan²nya, rasa khawatirnya, sikap mementingkan dirinya, bahkan nafsu²nya. Tapi percakapan itu tampak sangatlah aman bersamaNya.

Jamilla tidak yakin pasti bagaimana dia pertama kali tahu bahwa Orang itu adalah Yesus. Apakah Dia memperkenalkan diri begitu? TIdak juga tuh. Pertama kali mereka bertemu, Dia memperlakukan dirinya seakan Jamilla sudah tahu siapa Dia. Dan itu sudah cukup. Setelah itu, tiada keraguan lagi. Yesus memang ingin menjadi temannya.

Tapi sungguh aneh bahwasanya seorang nabi besar datang bercakap-cakap dengannya dalam mimpinya, dan ingin berteman dengannya? Apakah makna sebenarnya dari hal ini? Dan malam ini Dia datang lagi dalam mimpi. Dia sebelumnya belum pernah mengatakan, "Aku mencintaimu." Tampaknya Dia bahkan tahu betapa terharunya hati Jamilla atas pengalamannya di klinik dan ingin dia mengetahui lebih jauh tentang orang² yang bekerja di situ. Jamilla memang ingin kembali lagi ke sana karena Dr. Lynn memintanya membawa anak²nya yang lain untuk periksa kesehatan.

Pengambilan Keputusan sunting

Tim medis dengan perlahan bangkit berdiri di rumah inap itu. Jam kerja selama 15 jam dan memeriksa sebanyak 200 pasien per hari telah membuat para sukarelawan klinik sangat lelah setelah bekerja di minggu pertama di Jerash. Satu per satun, Jenn, Dr. Lynn, dan delapan pekerja klinik lainnya berkumpul bersama untuk menikmati kopi Arabika yang kental. Setelah sarapan pagi berupa telur goreng, keju, buah zaitun, hummus, dan roti pita dan juga minuman kopi, tim medis itu siap berjalan sejauh setengah mil (0.8 km) ke gedung klinik. Mereka akan tiba tepat waktu untuk berdoa terlebih dahulu selama 30 menit, mempersiapkan peralatan, dan menyusun berbagai suplai medis sebelum membuka pintu² jam 8 pagi.

Suhad, kepala perawat dan satu²nya warga asli Yordania, menolehkan kepalanya ke samping kiri dan kanan untuk melihat melalui kumpulan orang² yang mulai berada di jalanan untuk bekerja. Dia merasa melihat sebuah tangan melambai ke arahnya sewaktu tim medis mendekati klinik. Suhad berdesakkan melalui beberapa wanita dan berhenti diantara banyak orang berlalu lalang dan bagian depan klinik.

Jamilla telah berdiri di depan pintu klinik bersama kelima anak²nya. Dia menganggukkan kepala menyapa Suhad, dan sewaktu Jen berjalan melalui kepala perawat itu, Jamilla langsung memegang lengannya.

"Aku harus bicara denganmu." Jen merasakan adanya sesuatu yang mendesak, tapi dia melihat kegembiraan dan bukan kekhawatiran di wajah Jamilla.

"Yesus muncul di hadapanku tadi malam dalam mimpi - sekali lagi! Ini sudah ketiga kalinya!"

Jen melirik pada Suhad, dan lalu fokus pada ibu sebelas anak itu. "Engkau Jamilla, bukan? Engkau datang ke klinik di hari pertama."

Jamilla menganggukkan kepala perlahan sambil tersenyum senang karena Jen mengingatnya. Dia mengawasi orang² lain untuk memastikan tiada orang lain yang mendengar percakapan mereka.

"Ya, Jamilla. Aku dengan senang hati akan berbicara denganmu. Aku ingin dengar kisahmu bertemu dengan Yesus." Jen telah mendengar kabar semakin banyaknya pertemuan² antara para Muslim dan Yesus tapi tidak pernah mendengar secara langsung. Petugas medis itu jadi sangat ingin tahu kisah pertemuan Yesus dengan wanita ini.

Jen dan Suhad membawa Jamilla masuk ke ruang pemeriksaan dan Jamilla menyampaikan kisah pengalaman²nya dengan Yesus. Anak² Jamilla juga berdesakkan di ruangan itu untuk mendengar cerita dari ibunya.

"Aku merasakan kasihNya, dan aku tak mau Dia pergi. Dan Dia menyebut tentang dirimu - tentang klinik ini. Dia berkata engkau mencintaiku karena Dia mencintaiku. Apakah makna perkataanNya?"

Jen menjawab pertanyaan itu sewaktu Jamilla telah selesai bercerita. "Yesus memiliki rencana bagimu, Jamilla. Dia membimbingmu ke klinik ini agar engkau bisa melihat cinta kasihNya melalui kami, para pengikutNya. Dia ingin kau juga jadi pengikutNya."

Kedua mata Jamilla menatap Jen lalu ke Suhad dan balik lagi ke Jen. "Jadi pengikutNya?" Dia diam sebentar. "Aku telah melihat program TV dan mendengar khotbah pendeta di radio yang mengatakan begitu pula. Tapi aku tak mengira bahwa itu adalah ajakan bagiku, seorang Muslimah, untuk mengikut Yesus.

"Para Muslim dibunuhi karena beralih iman ke Kristen. Keluargaku juga mungkin akan melakukan hal ini. Rasa kehormatan mereka akan ternoda. Aku bahkan punya saudara² yang menjadi imam."

Suhad menyentuh lengan Jamilla. "Kau tidak sendirian kok. Banyak Muslim lain yang telah bertemu dengan Yesus saat ini. Kami tahu ini akan sangat berbahaya bagimu, dan kami tidak memandang rendah masalah² yang bisa menimpamu. Tapi Yesus memilih untuk mengunjungimu, Jamilla. Dia menawarkan padamu cinta kasihNya dan pengampunanNya. Yesuslah yang membuat semua ini terjadi - pengumuman tentang klinik gratis di mesjidmu, kedatanganmu ke klinik, bertemu dengan dokter yang bisa menolongmu, lalu mimpi²mu. Ini semua memang telah direncanakan olehNya. Yesus sangat peduli dengan apa yang terjadi padamu."

"Tapi kok Yesus sih? Terus kenapa aku yang dipilih? Dia adalah nabi besar yang dihormati setiap Muslim, tapi engkau tampaknya memandang Dia dengan cara yang berbeda. Mengapa kok Dia datang padaku seperti ini? Mengapa kok aku yang mendapat kehormatan ini? Aku ini cuma seorang ibu biasa saja. Kenapa Yesus tidak muncul pada suamiku?"

"Engkau memiliki banyak pertanyaan, Jamilla," lanjut Suhad, "dan aku juga akan begitu jika Yesus muncul di hadapanku. Tapi engkau perlu ingat bahwa Dia melakukan ini karena Dia mencintaimu, dan Dia lebih dari sekedar nabi saja - bahkan yang terbesar sekalipun."

Jen membawa kelima anak Jallima kembali ke ruang tunggu dan mempertemukan mereka dengan Dr. Lynn. Pengobatan fisik merupakan kewajiban tim klinik, sedangkan pengobatan jiwa adalah panggilan utama dan alasan mereka ada di situ. Dengan begitu, Suhad menghabiskan waktu di pagi hari itu untuk menjawab pertanyaan² Jamilla dan menjelaskan tentang Injil.

Jamilla merasa bisa bebas menyampaikan apa yang dirasakan jiwanya saat berbicara dengan Suhad. "Aku tidak pernah merasakan cinta kasih begitu kuat seperti sewaktu Yesus berbicara padaku. Aku memang butuh Dia. Aku butuh pengampunanNya. Aku telah berusaha seumur hidupku untuk menyenangkan Tuhan. Tapi Yesus ini telah merubah cara berpikirku. Aku bisa mati karena ini, tapi aku harus mengikutiNya. Aku harus melakukan itu."

Di saat waktu makan siang, Jamilla berlutut di sebelah meja pemeriksaan dan telah menjadi pengikut Yesus.

Kunjungan pertama ke klinik telah menghilangkan rasa khawatirnya akan kesehatan anak²nya. Kunjungan kedua telah membebaskan dirinya dari beban berat jiwanya yang mati. Sewaktu dia meninggalkan klinik pada hari itu, Jamilla berpikir bagaimana dia bisa menyampaikan hal ini pada suaminya - atau mungkin sebaiknya dia tak perlu tahu.

Laporan Selanjutnya sunting

Tim Jerash terus melakukan missi perawatan medis tiap hari bagi Muslim yang membutuhkan pertolongan kesehatan. Seringkali, pasien yang datang bertemu dengan pekerja kesehatan adalah karena telah mengalami beberapa pengalaman dengan Yesus dan orang Kristen lainnya. Karena itu, tim medis itu telah pernah menyaksikan sebanyak selusin Muslim berdoa menerima Kristus dalam waktu seminggu saja.

Jamilla tetap menjadi pengikut Kristus secara rahasia di salah satu negara yang paling berbahaya untuk hidup sebagai ex-Muslimah yang beralih iman ke Kristen. Dia mengunjungi gereja rahasia dan baru² ini kehilangan seorang teman di sana - yang menjadi korban honor killing. Untuk melindungi anggota gereja, pertemuan ibadah dilakukan di berbagai lokasi yang berbeda.

Suami Jamilla telah merasa ada yang berbeda pada istrinya, tap dia tak tahu apa yang telah terjadi yang membuat Jamilla jadi sangat berbeda. Jamilla berharap Yesus juga mengunjunginya, tapi sampai Dia melakukan itu, Jamilla tetap merahasiakan imannya. Untuk sementara waktu, dia bisa hidup aman.

Praktik Pribadi sunting

Di sebuah klinik medis di Yordania, karena dicurigai pihak pemerintah lokal, maka staff medis menjadi sangat berhati-hati dalam menyampaikan Injil. Para dokter, perawat, dan terapis harus benar² yakin bahwa para pasien mereka memang benar² tulus ingin mengetahui tentang Yesus. Jika memang begitu, mereka akan berbicara tatap muka di ruang tertutup agar tiada orang lain yang tahu.

Jack Mitchell, seorang dokter terapi dari Dallas, memanggil pasien pertamanya pada hari itu. Hala telah datang sebelum pintu klinik dibuka dan dia berada di bagian terdepat antrian pasien. Dia mengisi laporan yang diperlukan dan memperkenalkan diri pada Jack.

"Aku cidera pada bagian bahu tahun lalu." Hala meletakkan tangannya di atas bahu kirinya yang tertutupi dengan hijabnya. "Bagian ini selalu saja sakit terus. Oh ..." Dia menggerakkan kepalanya ke bagian belakangnya. "Ini suamiku, Abdul."

"Saya senang engkau memutuskan datang kemari." Jack senang dengan pekerjaannya dan selalu tulus menolong orang yang kesakitan. Dia berjalan ke belakang kedua tamunya, menutup gorden ruangan dan kembali berhadapan dengan wanita Yordania itu.

"Apa yang bisa kulakukan bagimu, Hala, adalah mengendurkan otot² di sekeliling bahumu. Hal ini akan membuatmu bisa bergerak lebih leluasa."

Hala menganggukkan kepala, tapi tatapan matanya yang aneh membuat Jack terdiam sesaat. Si pasien lalu menggerakkan tubuhnya ke depan dan berbisik perlahan, "Apakah engkau orang Kristen, Pak Jack?"

Senyum langsung hilang dari wajah pria Amerika itu. Dia baru² ini telah diperingatkan keras oleh pemerintah agar tidak leluasa membagikan imannya pada orang lain. Dia juga tahu para imam seringkali mengirim mata² untuk mengawasi klinik itu. Tapi wanita ini telah bertanya langsung. Dia tidak akan berbohong pada siapapun tentang komitmennya pada Yesus.

"Wah, iyah tuh. Memang benar begitulah saya."

Kedua mata Hala tersenyum terlebih dahulu sebelum mulutnya tersenyum. Tanpa berkata apapun, dia menggulung lengan hijabnya. Senyuman di wajah Jack kembali muncul saat dia melihat tatoo salib di lengan wanita itu. "Aku cinta Yesus," katanya.

Dokter Amerika itu lalu memandang pada Abdul, dan Abdul menganggukkan kepala, "Saya juga."

Jack kemudian mengetahui bahwa Hala dan Abdul adalah penginjil lokal yang sangat berani. Mereka bertemu tiga kali seminggu untuk menginjili lima pasangan lain yang telah mereka bimbing untuk mengenal Kristus. Setiap beberapa minggu sekali, Hala dan Abdul mengundang para Muslim lain yang berminta untuk bergabung bersama mereka. Mereka menemukan sebuah pertanyaan untuk dapat membuka percakapan yang menyenangkan dengan para Muslim. Pasangan² baru biasanya tersenyum tatkala Hala dan Abdul bertanya, "Apakah engkau mengalami mimpi² yang menyenangkan baru² ini?"

Murtad Dua Kali sunting

Seringkali tiada kejadian politik di Timur Tengah berakhir tanpa adanya seseorang - atau banyak orang - terbunuh. Make ketika raja Yordania Hussein bin Talal meninggal, seorang pengikut Yesus di Timur Tengah berkata padaku: "Raja Hussein meninggal dengan cara alamiah. Bagi dunia Arab, ini adalah sesuatu yang patut dirayakan."

Tidak seperti banyak pemimpin Arab lainnya, raja Yordania tidak ditembak kepalanya. Malah sebaliknya, warga Yordania mencintai Raja Hussein.

Ketika dia diangkat sebagai Raja di usia remaja, dia menjadi semakin matang di masa kekuasaannya selama puluhan tahun menjadi seorang negarawan senior di Timur Tengah. Kepribadiannya yang ramah dan mengundang menjelaskan mengapa warganya mencintainya. Sang Raja suka menjadi pilot bagi dirinya sendiri, dia juga suka menyelam dan mengendarai sepeda motor. Dia bahkan menikah dengan wanita Amerika yang cantik. Berpendidikan di Princeton University, Lisa Halaby menjadi Ratu Noor dari Yordania. Noor al-Hussein- "cahaya dari Hussein" - membangkitkan semangat sang Raja ketika istrinya yang terdahulu meninggal dalam kecelakaan helikopter. Kisah cinta dan pernikahan mereka yang bagaikan dari kisah dongeng merupaka versi Arab hubungan antara Grace Kelly dan Pangeran Rainer dari Monako.

Warga Yordania dari berbagai golongan sangat mencintai raja dan ratunya. Masyarakat Bedouin, yang merupakan warga asli Yordania, menganggap sang Raja sebagai salah seorang dari masyarakat mereka. Masyarakat lainnya mengagumi pribadinya yang sederhana dan penuh kemanusiaan. Dia suka tersenyum, murah hati dalam memberi kepada masyarakatnya, dan seringkali muncul di berbagai restoran untuk makan bersama dengan rakyatnya - perbuatan seperti ini hampir tak terdengar dari pemimpin Arab lainnya.

Bahkan Israel juga mengagumi tetangganya yang ningrat itu. Pandangan Islamnya yang moderat membantu Raja Hussein membangun jembatan² dengan orang² Israel. Dia bertemu dengan berbagai perdana menteri Israel untuk rapat bersama yang dirahasiakannya dari negara² Arab lainnya. Raja Hussein sangat kagum dengan satu²nya perdana menteri wanita Israel yakni Golda Meir, dan dia menganggap wanita ini sebagai teman baiknya. Dia menawarkan udara segar bagi masyarakat Israel, yang dikelilingi oleh pemimpin² negara Arab yang memusuhinya. Seorang teman dari Israel suatu waktu berkata, "Jika Raja Hussein ikut pemilu Israel untuk jadi perdana menteri, maka dia akan menang dengan mudah."

Raja Hussein menetapkan kualitas dunia modern Yordania, dan putranya, Abdullah, melanjutkan kebijaksanaan² ayahnya. Hasilnya adalah Kerajaan Yordania yang menawarkan percampuran unik antara budaya kuno dan modern, sehingga menjadi kosmopolitan Timur Tengah. Di bidang politik² regional, masyarakat Yordania tetap moderat dibandingkan negara² tetangganya. Negera ini menyediakan tiga jalur masuk ke Israel di daerah perbatasan, dan juga telah membuktikan diri sebagai tetangga yang baik terhadap negara² lainnya juga. Di satu waktu terdapat sekitar satu juta orang Iraq hidup di Yordania setelah melarikan diri dari Baghdad dan kota² berbahaya lainnya di Iraq.

Dinasti Hussein, juga masa lalu sejarah Yordania yang begitu dalam, telah membuat industri turis ke negara itu sangat menguntungkan. Puing² bangunan Romawi di Jerash telah menarik minat ribuan turis. Kota rahasia Petra dari masyarakat Nabatea mengandung arsitektur yang sangat menakjubkan. Ribuan pengunjung berjala melalui celah bukit batu raksasa yang dikenal sebagai siq setiap hari dan daerah ini juga menjadi tempat pembuatan film Indiana Jones yang berjudul The Last Crusade.

Ibu kota Amman mengembangkan infrastruktur yang penting untuk menghubungkan bisnis daerah dan internasional sambil tetap mempertahankan karakter dunia kuno dengan pasar² rakyatnya yang beraneka rupa. Awalnya, kota Amman dibangun di atas tujuh bukit, tapi sekarang telah berkembang memenuhi sembilan belas bukit, dan akan terus saja bertambah besar.

Satu dari alasan² mengapa masyarakat Yordania disebut sebagai "orang² Arab manis" adalah karena mereka senang tertawa. Meskipun punya hubungan baik dengan Barat (ini jelas tampak dengan banyaknya orang Amerika yang pergi ke sana untuk berbagai tur daerah² yang disebut Alkitab), sebagian "tradisi" kuno tertentu seperti eksklusif Muslim membuat warga Yordania tidak bisa sepenuhnya hidup terlalu jauh dari agama Islam. Malah kalau sampai berani meninggalkan, maka konsekuensinya akan mematikan.

Berubah Demi Perubahan sunting

Di Yordania, di mana perubahan iman bisa membuatmu dibunuh, Rashid telah melakukan itu dua kali. Berubah agama dari Kristen ke Islam tidaklah mendatangkan masalah apapun. Malahan jadi mualaf itu membuat para Muslim bahagia dan menyambutnya dengan senang hati. Tapi murtad dari Islam adalah masalah lain dan kisah Rashid merupakan contoh betapa sukarnya masalah yang dihadapi Muslim yang ingin meninggalkan Islam.

Rashid dibesarkan di keluarga Kristen biasa, tapi karena sistem pendidikan agama di Yordania, tak peduli apakah engkau Kristen atau Muslim, semuanya akan diajari Islam dalam taraf besar. Islam dan setiap jebakannya menyerang setiap atoms di budaya itu. Sekolah² menyelenggarakan waktu belajar Qur'an dan hadis selama berjam-jam. Meskipun anak² Kristen tidak lagi wajib mengikuti pendidikan Islam, tidak mau ikut mata pelajaran Islam bisa diartikan sebagai menolak terang²an bagaikan tatoo di atas dahi sehingga bisa dianggap memusuhi Muslim.

Pergulatan iman Rashid dituliskan sendiri olehnya:

Aku pergi ke gereja seminggu sekali, tapi aku lebih tahu bagaimana menjadi seorang Muslim daripada seorang Kristen. Suara adhan untuk sholat dikumandangkan lima kali sehari, dan kami tinggal di rumah yang tak begitu jauh dari minaret mesjid. Aku juga bisa mendengar semua khotbah Jum'at dari imam dengan jelas. Pengeras suaranya begitu keras sehingga setiap kata terdengar jelas padahal aku tak berada di mesjid itu.

Di lain pihak, jikalau tentang keKristenan, aku tak belajar Alkitab dan aku juga tidak didorong untuk melakukannya. Pengalamanku dengan iman Kristen terbatas pada keterangan dari tangan kedua saja yang disampaikan oleh para pemimpin gereja. Sama seperti orang² Kristen lain yang kukenal, kami merayakan berbagai hari raya Kristen, tapi ini hanyalah alasan saja untuk makan besar dan minum minuman beralkohol. Banyak teman²ku yang Muslim, dan aku tahu banyak akan agama mereka. Tontonan² televisi mengajarkan Islam 24 jam/hari, 7 hari per minggu. Aku berinteraksi dengan sejarah Islam dan belajar sistem kepercayaan Islam secara lebih detail dengan menonton acara² TV itu. Semuanya itu telah jadi bagian dari diriku. Bahkan jika engkau bertanya padaku sebagai seorang remaja, apakah agamaku, aku mungkin menjawab bahwa aku adalah Muslim. Begitulah kecilnya makna keKristenan bagiku.

Sewaktu aku bergabung menjadi tentara untuk mempertahankan negaraku, aku jadi suka sekali belajar sejarah, terutama sejarah Timur Tengah. Aku jadi yakin bahwa Yordania adalah negara yang istimew, dan aku yakin Tuhan memberkati kami untuk tujuan tertentu. Aku tahu sejarahnya bagaimana negara kami diatur di bawah Mandat Inggris di tahun 1922 dan bahwa kami secara resmi diakui sebagai negara oleh PBB di tahun 1946.

Nama negara resmi kami adalah "Kerajaan Yordania Suku Hashim" dan ini membuatku bangga. Kami merupakan bagian dari suku Hashim, keturuan suku Quraish yang merupakan suku asal nabi Muhammad. Bersama dengan rekan² Yordania, bagiku hal ini merupakan fakta sejarah yang paling kubanggakan.

Sewaktu bergabung di pasukan tentara, aku menyadari pentingnya koneksi Yordania dengan Islam. Meskipun aku bukanlah Muslim, warisan budaya itu tampak sedemikian penting sehingga aku semakin tertarik ke dalam agama itu. Islam itu mewakili sejarahku dan masyarakatku. Islam adalah agamanya dan merupakan bagian dari keluarga Raja Hussein yang kucintai. Akhirnya tampaknya hanya ada satu hal yang perlu dilakukan: Aku beralih agama ke Islam.

Alasanku bukanlah alasan spiritual. Bagiku, Islam bukanlah agama yang mengatur kehidupanku. Aku memeluk Islam karena itulah warisan sukuku dan pelayanan militerku. Begitu aku menjadi Muslim, pilihan agamaku itu jadi masuk akal bagiku. Aku adalah pemuda Yordania yang muda, berani, dan sangat bangga dengan negaranya. Akhirnya aku bukan lagi bagian dari masyarakat minoritas di negaraku. Aku adalah Muslim, dan seperti Rajaku, aku bisa mengaku sebagai keturunan sukunya Muhammad. Hidup terasa sempurna.

Aku tak peduli saat keluarga sangat kaget dan sedih atas agamaku yang baru. Aku yakin suatu hari mereka mengerti keputusanku. Orang² Kristen itu lembek, orang² Muslim itu kuat, dan aku lelah beriman pada agama yang tak jelas.

Aku lalu menyelami Qur'an lebih dalam, dan imam yang mengajarku menganggapku sebagai murid teladan. Tak lama kemudian akulah yang mengumandangkan adhan ... "Ashaduanlailaahaillallah ... Ashaduanlamuhammadarrasulullah!"

Sewaktu aku memeluk agama baruku, pandangan Islamku menjurus ke penafsiran Islam dan Qur'an yang ketat dan harafiah. Aku jadi salah seorang dari para pemuda Muslim yang radikal, dan dunia militer merupakan tempat sempurna untuk memupuk perkembangan ekstrimisme-ku yang baru.

Aku tak sabar menghadapi orang² yang tidak mau berjuang bagi Yordania dan Islam. Aku juga jadi sangat keras akan hal ini. Banyak Muslim mualaf lainnya yang hanya ingin beribadah secara pribadi saja, tapi aku sih garis keras Islam yang serius. Aku ingin jadi contoh yang diteladani orang² karena imanku yang kuat akan Qur'an.

Tumbuh besar sebagai orang Arab di Yordania, aku juga diajari bahwa Israel adalah musuh kami. Permusuhan terhadap Israel bukanlah kebijaksanaan resmi Raja Hussein, tapi banyak masyarakat Yordania yang terus saja memelihara kebencian berabad-abad akan orang Yahudi. Aku tahu akan hal ini sewaktu masih kecil, dan sejak jadi tentara kebencian ini semakin meningkat. "Masalah Palestina" tumpah ruah di negaraku, dan ini juga membuatku membenci Israel. Aku melihat segala masalah Palestina ini sebagai kesalahan pihak Israel. Di satu waktu, bahkan separuh populasi negara adalah orang Palestina, sehingga aku merasa "mereka" adalah "kami," dan orang² Israel adalah musuh kami bersama.

Aku adalah seorang anak kecil di tahun 1970, tapi aku ingat September Hitam. Orang² Palestina mengancam rezim Raja Hussein di Yordania - kukira ini karena hubungan baiknya dengan Israel - dan grup² militan seperti Palestine Liberation Organization (PLO) ingin mendapatkan bagian dari kekuasaan pemerintahan kami. Perang terjadi di bulan itu ketika Raja Hussein memutuskan untuk mengakhiri masalah Palestina. Dia mungkin dibenarkan karena tiga usaha pembajakan pesawat dilakukan oleh teroris² Palestina di hari yang sama, 7 September. Salah satu pesawat yang dibajak adalah pesawat Inggris yang berangkat dari Bahrain dan mendarat di Zarka, Yordania, sekitar 30 mil dari ibukota Amman. Hal ini jelas dilakukan untuk membuat sang Raja tampak lemah. Tujuan para pembajak adalah untuk memaksa sang Raja memperhatikan masalah orang² Palestina. Dan memang itulah yang kemudian dia lakukan. Pembajakan² ini terjadi setelah beberapa kali usaha membunuh Raja, dan dia jadi jengkel karenanya. Para pembajak mengeluarkan semua penumpang dan meledakkan ketiga pesawat terbang, dan semuanya terekam kamera² televisi.

Raja Hussein lalu mengumumkan keadaan darurat, dan pecahlah perang seminggu kemudian. Meskipun September Hitam berlangsung selama sebulan, pertempuran² sesaat antara Yordania dan pengacau Palestina terus saja berlangsung sampai 11 tahun kemudian. Itulah saatnya ketika aku tertarik bergabung bersama tentara. Ribuan orang mati, kebanyakan adalah orang² Palestina. Yasser Arafat, ketua PLO, menyatakan bahwa 25.000 orang Palestina mati, tapi sebenarnya hanya 2.000 orang saja yang mati. Konflik bersenjata di Yordania itu terus berlangsung sampai di bulan Juli 1981.

Yordania tetap utuh, tentu saja, dan sang Raja kembali berkuasa penuh di kerajaannya. Teroris² Palestina diusir keluar, dan Yasser Arafat diusir ke Lebanon. Setelah itu, Lebanon mengusir Arafat ke Tunisia, dan Tunisia mengusirnya ke Gaza. Akhirnya dia mendarat di Rmallah di Tepi Barat untuk terus membuat berbagai masalah di sana.

Keluargaku mengalami Perang Palestina, tapi aku yakin bahwa Israel adalah biang keladinya, sehingga aku ingin menghancurkan mereka. Aku juga tidak percaya dengan Amerika. Mereka selalu saja ingin ikut campur berbagai masalah di Timur Tengah. Selain itu, mereka juga membela Israel dan tampaknya menyalahkan orang² Arab atas segala hal.

Setelah aku menyelesaikan masa pengabdianku di pasukan bersenjata Yordania, aku kembali lagi ke sekolah untuk bisa menjadi imam dan guru sejarah Islam. Tapi sesuatu yang mengejutkan terjadi ketika aku menjalani proses ini.

Ketika aku mempelajari kehidupan Muhammad lebih lanjut, keterangan yang kubaca sangat mengganggu jiwaku. Dia nikah berkali-kali sampai punya istri lima belas orang dan suatu saat punya sembilan istri sekaligus. Apa sih maknanya semua ini?

Yang menjadi masalah lebih besar adalah tanggapan yang kudapatkan ketika aku ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan²ku. Aku ternyata malah tidak diperbolehkan bertanya. Aku mencari para ahli Islam, tapi mereka menjadi sangat marah kepadaku saat aku bertanya tentang kehidupan Muhammad sehingga akhirnya aku berhenti bertanya. Tampaknya aku tidak boleh merasa ragu. Tapi yang paling mengganggu bagiku adalah satu jenis aturan bagi Muslim dan satu jenis aturan lainnya bagi Muhammad. Mengapa dibeda-bedakan dan tak konsisten seperti itu? Aku akhirnya bertanya terlalu banyak dan lalu dimasukkan ke penjara dan digebuki.

Setelah kejadian ini, aku jadi kebingungan dan semakin lama semakin menjauh dari Islam. Lebih dari segalanya, aku sudah tak mau berharap lagi. Agama yang baginya aku siap mati sekarang malahan menjadi alasan mengapa aku tak mau hidup lagi. Lalu apakah yang harus kulakukan? Aku jadi atheis saja.

Meksipun tampaknya menjadi atheis merupakan satu²nya alternatif realistik terhadap agama apapun, sikap atheis-ku itu ternyata hanya berlangsung setahun saja sebelum Tuhan akhirnya melibatkan diri. Tidak seperti pengalaman orang lain, aku tidak bermimpi atau dapat penglihatan tentang Yesus, tapi kehadiran Tuhan sejelas jika Dia muncul di hadapanku. Mari kujelaskan.

Melihat penolakanku terhadap segala hal yang berbau spiritual, istri abangku mulai mengajakku ke gereja - setiap minggu aku diajaknya. Dia tidak pernah menyerah atau putus asa mendengar semua penolakanku, bahkan kadang² sikap marah dariku. Dia terus saja mengajakku ke gereja bersamanya.

Yang sebenarnya kukhawatirkan adalah jikalau teman² Muslimku melihat aku kembali lagi ke gereja. Akhirnya aku membuat persetujuan dengan iparku yang pantang menyerah ini. Aku setuju untuk pergi ke gereja bersamanya sekali saja jika dia berjanji tidak pernah memintaku pergi ke sana lagi. Dia berkata, "Jika engkau bersedia datang Minggu ini, aku berjanji tak akan mengajakmu lagi. Percayalah."

Di sinilah keajaiban Tuhan terjadi. Di hari Minggu itu, sang pendeta berkhotbah tentang jaminan keselamatan. Keterangan ini sangat mengejutkan diriku, dan aku jadi sangat tertarik. Aku tetap tinggal di gereja setelah kebaktian dan mengajukan banyak pertanyaan pada sang pendeta. Aku tak pernah mendengar hal itu atau mempertimbangkan bahwa hal seperti itu memang bisa terjadi. Tapi sang pendeta membuka Alkitab dan menjawab setiap pertanyaanku. Dia tampak senang membahas semua pertanyaanku. Sikap ini sungguh berbeda dengan guru² Muslimku dulu, dan perbedaan ini sungguh mencengangkan diriku.

Sebelum bulan itu berakhir, aku sudah berbalik menjadi pengikut Kristus lagi. Istri abangku tidak perlu lagi repot² mengajakku ke gereja. Aku sungguh heran mengapa aku butuh waktu begitu lama untuk mengenal Yesus. Aku jatuh cinta padaNya, pada Alkitab, dan memberitahu orang² lain tentang Juru Selamat yang super hebat ini. Pendeta yang telah membuka mata hatiku itu lalu membimbingku memahami Alkitab lebih jauh selama dua tahun. Ketika dia melihat antusiasku pada Tuhan, dia menyarankan aku untuk belajar di seminari.

Kadangkala aku tertawa melihat perjalanan imanku yang aneh, dari Kristen jadi Muslim, lalu jadi atheis, dan lagi balik lagi jadi Kristen yang hidup baru. Hal ini jarang terjadi, terutama di Timur Tengah, tapi begitulah rencana Tuhan bagiku. Kupikir pengalaman² setiap orang tentu juga istimewa dalam hal² tertentu. Di jaman sekarang tampaknya Muslim sering bertemu secara dramatis dengan Yesus sebelum mereka menjadi pengikutNya. Aku diberkati karena Tuhan menggunakan diriku untuk menolong salah satu dari mereka untuk mengetahui makna mimpi² yang dialaminya.

Berbicara Tentang Yesus sunting

Ahmad ingin berbicara dengan Rashid. Tapi mengapa pula Rashid bersedia berbicara dengannya? Kedua pria itu tidak begitu saling mengenal, dan membuat janji untuk bertemu tentu tampak aneh. Rashid bahkan mengira ini akan mengancam dirinya. Kedua keluarga mereka saling mengenal tapi menjaga jarak seperti biasanya yang terjadi antara keluarga Muslim dan Kristen. Keluarga Ahmad mungkin tidak sekaya keluarga Rashid, tapi setidaknya mereka adalah Muslim. Tampaknya Ahmad tertarik untuk berbicara dengan Rashid. Ahmad merasa ada yang berbeda pada dirinya, dan ia ingin mengetahui lebih jauh - terutama saat ini. Dia menjelaskan bahwa dia ingin berdiskusi tentang hal "spiritual." Ketika Abdul menelpon untuk membuat janji bertemu, Rashid menjadi ingin tahu karena dia memang suka tentang hal² spiritual.

Minuman kopi mengepulkan asap di atas meja diantara mereka berdua dan mereka saling sapa dan bagi kabar tentang keluarga masing². Ahmad memandang cangkir kopi di hadapannya. Jari² tangan kanannya memegang pegangan cangkir sedangkan jari jempolnya merasakan kehangatan dinding cangkir. Lalu dia menatap pada Rashid. "Aku mengalami beberapa mimpi tentang Yesus. Aku ingin tahu apa makna mimpi² itu." Dia mengawasi reaksi lawan bicaranya sebelum melanjutkan, "Bagaimana caranya agar aku mengerti lebih jauh? Apa yang harus kulakukan akan hal ini, sedangkan aku adalah Muslim?"

Kedua alis Rashid terangkat ke atas karena rasa heran. "Apa yang dikatakan Yesus padamu ketika engkau bermimpi tentang Dia?"

"Dia bilang padaku bahwa Dia mencintaiku dan bahwa aku harus percaya bahwa Dialah jalanku. Apa sih maksudnya dengan 'jalanku'? Apakah yang Dia maksudkan dengan perkataan itu?"

"Yesus itu jalan menuju surga, dan Dia hanya memberitahu engkau bahwa engkau harus percaya padaNya agar bisa ke surga. Engkau tidak bisa ke surga melalui agama, Ahmad."

Ahmad melirik pada tas kantor yang dibawa Rashid. "Bolehkan aku membaca Alkitab untuk mengetahui tentang Yesus? Aku yakin engkau punya satu Alkitab. Aku telah mengamati engkau selama dua tahun dan aku tahu pasti bahwa engkau adalah orang Kristen."

Rashid memang berharap hal itu akan terjadi. Dia mengeluarkan sebuah Alkitab dari tasnya dan memberikannya pada Ahmad. "Aku punya satu Alkitab milikku sendiri. Alkitab yang ini bisa kau miliki."

Ahmad menerima pemberian itu dengan kedua tangannya dan memandangnya untuk beberapa detik sebelum bicara lagi. "Bagian mana di Alkitab yang harus kubaca agar aku bisa mengerti tentang Yesus?"

"Bacalah apa yang ditulis murid Yesus di kitab Yohanes tentang Dia. Tulisannya adalah tentang kehidupan Yesus. Dia menjelaskan berbagai hal sehingga kau bisa mengertinya dan tak jadi masalah apakah latar belakang imanmu."

"Aku ini adalah Muslim taat, dan aku membaca tentang Yesus di Qur'an. Muhammad menghormati Dia dan berbicara tentang Yesus sebagai nabi besar. Jadi aku juga banyak tahu tentang Dia. Qur'an dan literatur Islam lainnya bahkan menjelaskan bagaimana rupaNya. Sudahkan engkau membaca apa yang ditulis di buku² itu tentang Dia?"

"Aku telah membaca sebagian tulisan Islam itu dan membandingkannya dengan Alkitab." "Apa kesimpulanmu?" "Keterangannya menarik, tapi aku tak tahu harus berpendapat gimana. Di satu hadis, Bukhari mengatakan bahwa rambut Yesus itu keriting, tapi di hadis yang lain dikatakan rambutnya panjang lurus."

Ahmad tak memperhatikan pengamatan Rashid. "Apakah aku harus berubah agama agar bisa mengikut Yesus?"

"Aku tak bisa mengatakan dengan tepat apa yang harus kau lakukan, Rachid. Mungkin sebaiknya kau mulai membaca Alkitab. Telaah saja apa yang kau pelajari, dan lihat apakah mimpi²mu itu sesuai dengan apa yang Alkitab katakan tentang Yesus. Alkitab menjelaskan kebenaran sejati, dan bukan mimpi²mu. Banyak mimpi² yang tampaknya nyata, tapi sebagian orang bermimpi hal² yang menyesatkan. Alkitab menjelaskan perbedaannya."

"Aku akan membaca kitab Yohanes." Dia mengaduk kopi di cangkirnya. "Apakah engkau bersedia bertemu lagi denganku minggu depan untuk berbicara lagi? Dan juga tolong yah ... jangan beritahu siapapun bahwa aku berbicara denganmu." Dia memandang dengan wajah ngeri pada Rashid. "Kupikir engkau juga tahu mengapa."

"Tentu saja. Ini hanya diantara kita berdua."

Kedua pria itu menghabiskan kopi mereka dan berpisah di pintu luar restoran. Ahmad membungkus Alkitab itu dengan kertas koran yang diambilnya dari meja di sebelah mereka. Untuk sesaat, dia tersenyum.

Huruf-Huruf yang Kecil sunting

Rashid lalu menulis pertemuan berikutnya dengan Ahmad:

Dua hari kemudian, Ahmad mengetuk pintu rumahku lagi.

"Aku butuh Alkitab dengan huruf² yang lebih besar," katanya. "Kedua mataku sukar membaca huruf² yang ukurannya kecil ini." Aku membawa Ahmad ke kantorku, dan ketika aku memutar punggung untuk mengambil Alkitab dari rak buku, sesuatu terasa melayang ke arahku. Aku dengan cepat berbalik, dan Ahmad ternyata telah melompat ke atas meja dengan sebuah obeng panjang di tangannya. Dia meloncat menubrukku, menghimpit aku di lantai, dan mencoba menusukkan obeng itu pada dadaku.

Sanak keluargaku ada di lantai atas saat itu, dan mereka mendengar perkelahian kami sewaktu aku berusaha menyingkirkan dia dari tubuhku. Aku pukul obengnya sampai jatuh, tapi ia lalu mengambil telpon dari mejaku dan menghantamkannya ke kepalaku.

Untungnya, abangku telah berkunjung tanpa diduga, dan dia dengan cepat turun tangga. Dia merenggut Ahmad dan menahannya dari diriku.

Ahmad telah melukaiku cukup parah, tapi aku merasa Roh Kudus memenuhi diriku dengan ketenangan - dan bahkan kasih sayang bagi orang yang mencoba membunuhku ini. Aku merasa dia terdesak untuk melakukannya, tapi aku heran apakah yang terjadi dengannya sejak kami bertemu di restoran itu.

Ketika polisi datang, mereka membawa kami berdua untuk ditanyai. Aku kaget sewaktu mendengar Ahmad memberitahu polisi apa adanya, persis seperti yang sebenarnya telah terjadi.

"Dia mencoba membuat Muslim² berubah iman, jadi aku mencoba membunuhnya," aku Ahmad. "Aku tak akan menyangkal. Silakan bawa aku ke penjara." Mereka tanya keteranganku, tapi aku hanya membenarkan keterangan Ahmad.

Polisi Yordania bertindak cepat. Mereka mengatur pengadilan bagi kami keesokan harinya. Tiada pengacara, dan tiada naik banding segala. Tindakan kriminal dilakukan di hari Senin, maka di hari Selasa dilakukan pengadilan.

Ahmad sekali lagi mengaku perbuatannya di pengadilan, dan mereka menghukum dia empat tahun penjara karena mencoba melakukan pembunuhan. Ketika hakim selesai membacakan keputusannya, aku meminta kesempatan bicara. Hakim berkata aku boleh melakukan itu tapi ketika aku berdiri dan melihat pada Ahmad, para polisi memegang lenganku - dan lengan Ahmad juga - takut jika aku tiba² menyerangnya.

Aku berkata, "Ahmad, Yesus mati bagi dosa²mu di kayu salib. Dia juga mati bagimu. Aku ingin engkau mengetahui hal itu, sebagai salah seorang pengikutNya, aku diharuskan untuk memaafkan orang lain. Karena itu, aku memaafkanmu atas usahamu untuk mencoba membunuhku. Aku tak dendam apapun padamu atau keluargamu. Aku juga berjanji bahwa keluargaku tidak akan mendendam padamu atau keluargamu. Perkara selesai."

Penting bagiku untuk mengatakan hal ini di muka umum karena seringkali anggota keluarga yang lain membalas dendam atas apa yang menimpa keluarganya. Aku berasal dari salah satu suku terbesar di Yordania, dan ini bisa menjadi masalah kesukuan. Aku ingin dia tahu bahwa keluarganya akan tetap aman.

Aku juga berkata pada Ahmad, "Aku juga ingin engkau mengetahui bahwa aku mengasihimu. Aku akan datang ke penjara untuk menjengukmu." Aku lalu membungkuk dan mencium kedua pipinya. Dia memandangku dengan penuh rasa terkejut. Hakim dan para polisi juga keget sekali. Salah satu dari mereka, yang kukenal sebagai Muslim yang baik hati, mengeluarkan air mata terharu. Mereka lalu membawa Ahmad pergi dengan borgol di kedua tangannya.

Akhir Kata sunting

Rashid melaporkan dari kunjungan pejara bahwa Ahmad baik² saja: "Kupikir Ahmad nantinya akan jadi pengikut Yesus, tapi sekarang dia masih bingung mengapa aku malah menjadi temannya. Jika dia jadi pengikut Kristus, lihat saja nanti tekadnya! Kita butuh tekad beriman seperti ini - seseorang yang rela mati untuk apa yang diyakininya. Kami mungkin nantinya akan melayani Yesus bersama di Yordania."

Referensi sunting

  1. “Dreaming of a Caliphate,” The Economist, April 6, 2011. 2. For more information about e3, see http://www.e3partners.org/.