Oleh:Tanvirusmnr

Proyeksi mimpi si tokoh Aku dalam cerita Dunia batas
proyeksi untuk bukit kapas di dalam mimpi si tokoh Aku dalam cerita Dunia batas

Kami bermain dan terus bermain bersama-sama, hingga tujuh kelinci kecil itu menetas dari tubuhnya. Rombeng, si kucing kampung yang ‘pernah’ jadi Dinosaurus google chrome raib dengan wariskan tujuh kelinci pucat bermata merah jambu untuk kurawat.


Adalah Ibu yang segera tau apa yang  kemudian kubawa masuk bersama-sama denganku ke rumah. Kelenyapan Rombeng sejujurnya tak begitu membuatku bersedih, sebab lebihlah dulu aku dibikin takjub oleh gumpalan serupa telur yang keluar dari tubuhnya. Aku kelas empat dan sudah cukup besar untuk paham kalau kucing bukan ayam bukan buaya. Ia melahirkan bayi-bayi kucing, bukan mengeram telurnya. Namun, kelinci itu menetas tiba-tiba dari telur bulu yang dilahirkan Rombeng bersamaan dengan lenyap keberadaannya. Mereka bola bulu kelinci. Ada tujuh, yang sedang berusaha kuselinapi diam-diam ke kamar hingga suara Ibu terdengar memanggil namaku.


Beda dari bapak yang hangat, Ibu tak pernah tunjukkan ketertarikannya kepada hewan. Temanku pergi ke kebun binatang tiap kepingin lihat penguin dan unta hanya bapak seorang. Rombeng sebenarnya juga tidak pernah tinggal di rumah bersama kami. Ia hanya kucing komplek yang melulu balik ke halaman sejak Bapak beri Ia kraker ikan dan vitamin. Sesopan apapun Rombeng dan sepatuh apapun Ia buang hajat dengan baik dan benar setelah diajari Bapak, tidurnya tetap di pos satpam sebab Ibu tak ingin rumah dihuni oleh hewan.


Tujuh kelinci kecil itu telah berhasil masuk ke kamar sebelum Ibu menemuiku. Melihat kepanikanku, Ibu bertanya kenapa. Harus pipis, jawabku dan lantas berbalik cepat-cepat membuka pintu. Namun segalanya berlangsung tiba-tiba. Tubuhku terpelanting hebat bagai sesuatu telah meledak dengan begitu hebat.


Hingga beberapa  lamanya, aku hanya merasa bahagia. Saat seluruhnya tampak jelas, segala di depanku telah jadi kapas empuk yang uarkan aroma asam dan manis bersama-sama. Aku hanya memikirkan tujuh kelinci di kamarku sambil tersenyum-senyum, sampai "Bangun, eh! Bangun! Pindah tidur ke kamar! apa pula, golek-golek di teras rumah kek ga ada kamar dibikin bapakmu kau!' Seru Ibuku gemas.


Agustus, 2022

Premis Cerita sunting

Suatu siang, sepoi angin membuat Ia jatuh tertidur di teras.