Dunia ini digerakkan oleh karsa.

Geliat tangan-tangan gemas,
mengayuh,
menabuh,
dan melukis;
menggerakkan roda-roda tak kasat mata
yang membuat kehidupan berputar,
bergerak,
dan hingar-bingar.

Mungkinkah dalam sekejap
semesta karsa manusia
dapat dipadamkan begitu saja?

Kosong melompong
seperti helai-helai mori tak tersentuh,
teronggok,
teranggur,
terabaikan.

Canting-canting kini bisu,
lelap dalam dekap malam yang mengerak.

Semesta berhenti dalam keheningan yang dipaksakan
dan pelan-pelan karsa meredup,
digantikan oleh debu
dan sunyi.

Tetapi,
karsa rupa-rupanya adalah bara yang keras kepala.
Ia mendekam dalam benak manusia seperti sekam;
benar meredup,
namun sekalipun tak pernah ia padam.

Laiknya otot-otot pagi hari selepas lelap,
karsa akan menggeliat lagi
bersama roda-roda yang berputar
dan detik yang berdetak

Dalam tiap gurat malam yang terserat,
helai-helai puja dan puji terserak.

Tak lama,
sepi akan sirna,
sayup digantikan riuh,
tangan-tangan kembali mengayuh,
menabuh,
dan membatik.

Karsa manusia yang tak mau surut
terus menggeliat,
memburu,
melaju.

Sumber: Geliat Karsa - Hari Batik Nasional 2020, IndonesiaKaya, 2020