Harta Misterius Paman Din

Oleh AkbarM12

Prolog

sunting

Andi dan Dani adalah dua siswa sekolah dasar yang tinggal di pelosok desa. Setiap pagi, mereka berangkat ke sekolah menyusuri jalanan setapak yang terbentang menembus hutan. Jalan lebar tersebut merupakan satu-satunya jalan termewah di desa mereka. Konon desa ini menyimpan kekayaan alam yang melimpah sehingga dibangunlah jalan raya beraspal oleh para petinggi kota yang tinggal jauh dari desa mereka. Tetapi proyek pembangunan jalan tersebut terhenti sejak truk terakhir dan alat berat lainnya terlihat di pintu masuk desa satu tahun yang lalu, sehingga hanya menyisakan jalan berlapis tanah liat dan bebatuan.

 
Jalanan menembus hutan yang selalu dilewati oleh Andi dan Dani

Sepulang sekolah, seperti biasa, Andi dan Dani selalu bercerita mengenai apa saja yang mereka lakukan kemarin. Setiap hari mereka selalu memiliki cerita yang berbeda dengan hari sebelumnya dan hanya dibicarakan sepulang sekolah di sepanjang jalan pulang. Sesekali Andi mencatat beberapa hal penting di buku catatannya. Kali ini, Andi bersiap mengeluarkan sebuah pena dan buku kecil di sakunya ketika Dani mengawali pembicaraan mereka:

“Tidak seperti biasanya, Paman Din sangat murung sejak kemarin, bahkan pagi ini wajahnya tampak tidak bersemangat.”
“Aku juga tidak tahu, Dan. Kenapa ya orang dewasa sering terlihat murung?” Tanya Andi.
“Padahal Paman Din itu baik orangnya, selalu mengantar kita pergi ke sekolah.” Lanjut Andi.
“Mungkin sebaiknya kita beri hadiah saja supaya Paman Din kembali bahagia. Kebetulan kemarin sore, aku tidak sengaja menemukan peta harta di depan warung besar tidak jauh dari sekolah kita. Kita bisa membelikan sesuatu setelah menemukan harta itu.” Dani tampak bersemangat.
“Peta harta? Kau terlalu mengada-ada, Dan.” Andi keheranan.

Dani meraih selembar kertas dari saku celananya. “Ini terlihat seperti kertas kecil biasa, tetapi aku kesulitan membacanya karena dipenuhi oleh tulisan yang tidak kumengerti. Ada banyak angka dan huruf. Mungkin ini adalah kode untuk tempat harta itu berada.” Jelas Dani.

“Kau kan memang tidak mahir membaca. Coba kulihat sebentar.” Andi sedikit menyelidiki, dan membalas, “Sama, aku juga baru pertama melihat tulisan-tulisan ini.”
“Benar kan. Kali ini aku tidak mengada-ngada. Ayo kita pecahkan kode ini. Sebaiknya kita tanya juga ke Paman Din. Dia pasti akan senang, karena jika kita berhasil menemukan hartanya, kita bisa membagi temuan kita dengan Paman Din.”
“Baiklah. Tunggu…tunggu…aku akan mencatatnya dulu.” Andi membuka beberapa halaman dan mulai menulis. “Jadi, ini adalah cerita kita ke-202, menemukan harta dari peta misterius!” Seru Andi.

Mereka kemudian bergegas pulang. Tidak peduli kaki-kaki mereka yang tanpa alas tersebut beradu dengan tanah kering dan kerikil. Berpuluh menit kemudian mereka tiba di depan rumah Paman Din dan melihat pria muda berambut pendek tersebut sedang duduk termenung di teras rumah.

“Paman Din!” Sahut Andi dan Dani tergesa-gesa.
“Oh kalian berdua rupanya. Kenapa tidak langsung pulang ke rumah?” Paman Din membalas datar. Ia tampak keheranan melihat baju seragam Andi dan Dani yang basah oleh keringat tersebut ditambah wajah kelelahan mereka.

Andi dan Dani kemudian menjelaskan semuanya ke Paman Din dengan penuh semangat meski wajah mereka tampak kelelahan karena berlarian sepanjang jalan. Raut wajah Paman Din seketika berubah setelah mendengar cerita dari Andi dan Dani, terlebih Ketika ia melihat secarik kertas tersebut. Matanya berbinar dan tampak sangat senang.

“Bagaimana paman? Paman pasti dengan mudah bisa memecahkan kode di kertas itu kan? Kalau begitu paman langsung bergabung dalam tim kami untuk menemukan harta itu. Tenang saja kita akan membaginya dengan adil kok. Dani menerangkan spontan.”

Paman Din kemudian tersenyum. “Ini bukan sembarang peta harta. Ini adalah secarik kertas yang sangat paman cari-cari dari kemarin. Beruntung kalian menemukannya. Paman sangat berterima kasih.” Paman Din menjawab.

Andi dan Dani masih kebingungan. “Paman, jika paman berniat mencari harta itu sendirian, itu tidak baik, Paman! Itu kan peta harta kami.”

“Bukan begitu, Andi, Dani, ini adalah nota belanja paman. Nota belanja ini sangat berharga bagi paman. Jika kertas ini hilang, paman pasti akan dimarahi oleh kantor paman nanti.” Paman Din menjelaskan. “Tetapi, sebagai gantinya, paman akan mentraktir kalian jajan selama satu minggu, bagaimana?”

Andi dan Dani kini tampak murung. Mereka saling memandang satu sama lain, tetapi sepersekian detik kemudian menoleh ke arah Paman Din dan mengangguk setuju. Meski tidak berhasil menemukan harta misterius, Andi dan Dani tetap mendapatkan apa yang mereka inginkan.