Humor Agus Sutondo/Banyolan Kota Depok

Menjelang pelaksanaan pemilukada Kota Depok yang akan diselenggarakan pada tahun 2015. Ternyata ada fenomena yang menarik untuk dicermati yakni banyaknya bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Depok yang didominasi oleh kandidat dengan huruf D dan E kalau disambung menjadi DE. Fenomena menarik inilah yang menjadi obrolan hangat di warung kopi hingga menjadi sebuah Banyolan Depok, Jangan Sampai Depok Menjadi DEDEpok.

Nama-nama dengan Huruf D dan E itu adalah : EDDi faisal, nur azizah TahmiD, praDi supriatna, soEtaDI Dipowongso, Hasbullah RahmaD, iDris abDul somaD, ahmaD riza, sariyo sabEni, tifatul sEmbiring, imam buDi hartono dan ibrahim kaDir tuasamu. Dari semua nama-nama tersebut hanya satu kandidat yang tidak terkontaminasi dengan kedua huruf dimaksud yakni kandidat dengan nama Nursi Arsyirawati, nama Nursi Arsyirawati memang bebas dari huruf D dan E.

Keberadaan huruf D dan E bila disambung menjadi DE menjadi awalan dari kata DEpok. Kata Depok ini sudah ada puluhan tahun yang lalu apalagi kata Depok sudah terbentuk jauh hari sebelum nama-nama huruf DE ini hadir di Kota Depok, hingga bila dipaksakan hadir dan menambah huruf DE di kata Depok tentunya akan merubah kata asli Depok menjadi DEDEpok.

Dalam perbincangan di warung kopi di kawasan jalan proklamasi, seorang perantau dari seberang pulau bernama Togar yang kebetulan namanya tidak mempunyai huruf D dan E. Togar bilang, kalau bakal kandidat Walikota dan Wakil Walikota Depok dibanjiri dengan huruf DE, apa tidak nantinya DEpok menjadi DEDEpok. Hingga akan menghilangkan identitas aslinya, mengingat kata Depok itu sudah mengandung arti yang sangat baik sedangkan kata DEDEpok tidak mengandung arti sama sekali, lebih jauh Togar menegaskan bahwa beliau sudah bertanya pada pakar bahasa dan sudah berselancar di dunia maya, tak satu pun arti yang didapat dari kata DEDEpok.

Ada lagi obrolan di warung kopi ketika seorang Joko Tangkar yang namanya juga tidak mengandung huruf D dan E. Joko seorang pedagang Soto Tangkar mencoba mengembara alam pikirannya, mengkhayal menjadi sosok Joko Tarub. Joko membayangkan kontestan dalam pemilihan umum kepala daerah Kota Depok, kelak bagai para bidadari yang turun dari khayangan dan berniat mandi di sungai. Di antara para bidadari yang sedang mandi, kebetulan salah satu dari bidadari itu bernama Nawang Wulan yang juga tidak mempunyai hurud D dan E, Nawang Wulan inilah yang akhirnya menjadi istri dari Joko alias Joko Tarub gadungan he he he.

Begitu juga cerita dari Sangkuriang yang namanya juga tidak mengandung huruf D dan E. Sangkuriang justru berfikir lain. Bila Depok dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai nama dengan huruf D dan E, Depok akan jadi kacau balau dan bisa gagal total. Sangkuriang jadi teringat akan cintanya yang gagal total dengan Dayang Sumbi yang kebetulan mempuyai huruf D. Dayang Sumbi menolak menikah dengan Sangkuriang, karena Sangkuriang adalah anaknya sendiri.

Lain lagi, saat mendengar celoteh Si Pitung dan Si Jiih. Kedua jagoan betawi yang legendaris ini, kebetulan tidak mempunyai huruf D dan E. Karena bebas dari huruf DE, Si Pitung dan Si Jiih mencoba menganalisa tentang Kota Depok bila dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai huruf DE.

Si Pitung dan Si Jiih berkata, kalau bicara tentang huruf DE, kedua sahabat ini jadi ingat keberadaan DEmang meester yang mempunyai awalan huruf DE dan juga banyak mempunyai huruf E, Kata Pitung dan Jiih, DEmang meester ini sangat kejam pada rakyat kecil. Akibat kekejamannya, DEmang meester menjadi target Pitung dan Jiih untuk dihabisi, karena itu Pitung dan Jiih berharap, di Kota Depok ini jangan sampai muncul DEmang meester, DEmang meester yang lain yang nantinya jika berkuasa akan menyengsarakan rakyat.

Setelah mendengar celotehan di warung Kopi antara Togar, Joko Tangkar, Sangkuriang serta Pitung dan Jiih. Maka dapat disimpulkan bahwa membanjirnya bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Depok dengan hadirnya nama-nama yang mempunya huruf D dan E atau digabung menjadi DE, apa nanti tidak bikin repot kita semua, hingga bisa merubah Depok menjadi DEDEpok alias tidak jelas kosa katanya dan menghilangkan identitas aslinya. Kesimpulan lain yang harus jadi pertimbangan tentunya akan banyak resistensi disana.

Tiba-tiba ketika obrolan tentang keberadaan huruf DE menjadi perbincangan hangat di warung kopi, perbincangan ini membuat kesal Pak Sutarno sesepuh warga Gotong Royong, pasalnya Pak Sutarno termasuk kalangan orang yang tidak bisa menyebut huruf DE, Pak Sutarno selalu menyebut DE dengan kata NDE. Apalagi dalam setiap penyebutan kata Depok, Pak Sutarno selalu menyebut DEpok menjadi NDEpok he he he itulah yang membuat dia kesal walaupun namanya tidak ada huruf DE tapi dia susah menyebut huruf DE.

Ganti topik yang lain ajalah kata Pak Sutarno. Togar yang mendengar hanya tersenyum. Joko Tangkar pun bereaksi !! Ini realitas kata Joko Tangkar, kandidat pemimpin dengan huruf D dan E memang menguasai pertarungan sebagai bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Depok, ujarnya. Akhirnya Pitung dan Jiih mengambil kesimpulan. Jangan-jangan Kota Depok memang belum memerlukan atau tidak memerlukan kandidat yang mempunyai huruf D dan E ?? Terus siapa dong kandidat yang tidak ada huruf D dan E, celutuk sangkuriang.

Mendengar celutukan sangkuriang, Pak Sutarno langsung teriak !! Sudah lah daripada repot-repot, saya menyebut kata DE terus ditambah DE lagi mendingan kita pilih aja yoh Nursi Arsyirawati sebagai Walikota Depok yang bebas dari huruf DE ? Setujuuuuuuu kata Togar !! dengan pilihan ini, tentu kita semua berharap Depok bisa menjadi lebih baik lagi, identitas Depok tidak akan hilang menjadi DEDEpok he he he kata si togar dengan tawa khasnya.

Setujuuuuu dengan Pak Sutarno dan Togar, kata Joko Tangkar, Sangkuriang, Pitung dan Jiih serempak, Oke, kata Joko, besok saya akan pasang spanduk dimana-mana dengan judul : Humor Depok, Jangan Sampai Depok menjadi DEDEpok.