LELUHUR MANUSIA

§ 1. Manusia Diturunkan dari Kera Berjalan. § 2. Jejak Pertama Makhluk Mirip Manusia. § 3. Sub-manusia Heidelberg. § 4. Sub-manusia Piltdown. § 5. Teka-teki Jasad Piltdown.

§ 1

Cikal bakal manusia masih sangat samar. Ia umum dianggap "diturunkan" dari beberapa kera mirip manusia seperti simpanse, orang-utan, atau gorila, namun sebetulnya sangat beralasan bahwa ia "diturunkan" dari beberapa Hottentot atau Esquimaux yang muda atau lebih muda ketimbang dirinya sendiri. Lainnya, selaras dengan pertentangan tersebut, berujar bahwa manusia diturunkan dari leluhur umum simpanse, orang-utan, dan gorila. Beberapa "antropolog" bahwa menyatakan spekulasi kapan umat manusia tak memiliki cikal bakal ganda atau tiga; negro diturunkan dari leluhur mirip gorila, Tiongkok dari leluhur mirip simpanse, dan seterusnya. Terdapat gagasan khayalan, yang hanya disebutkan sepintas. Leluhur manusia awalnya dianggap "mungkin arboreal," namun gagasan terkini di kalangan orang-orang terkualifikasi untuk membentuk wacana yang nampak bahwa ia adalah "kera tanah," dan bahwa kera-kera yang ada berkembang dalam arah arboreal.

Sebetulnya, jika seseorang menempatkan kerangka manusia dan kerangka gorila secara berdampingan, kemiripan umum mereka sangat besar bahwa ia gmpang melompat pada kesimbulan bahwa manusia berasal dari jenis gorila lewat proses pertumbuhan otak dan penyempurnaan umum. Namun jika seseorang menguji lebih dekat satu atau dua perbedaan, celahnya melebar. Penekanan tertentu kini terhimpun pada bentuk kaki. Manusia berjalan pada jari kaki dan tumit; jari kaki besarnya adalah bagian utamanya dalam berjalan, sebagaimana pembaca melihat untuk dirinya jika ia menguji jejak kakinya sendiri pada lantai kamar mandi dan mencatat kapan tekanan jatuh pada jejak kaki menjadi lebih samar. Jari kaki besarnya adalah raja jari kakinya.

Di antara seluruh kera dan monyet, satu-satunya kelompok yang memiliki jari kaki besar berkembang pada hal apapun yang seperti gaya yang sama pada manusia adalah beberapa lemur. Babon berjalan pada lantai datar dan semua jari kakinya, memakai jari kaki tengahnya sebagai bagian utamanya, sebesar yang dilakukan. Dan tiga kera besar semuanya berjalan pada bagian luar kaki dalam perilaku yang sangat berbeda dari cara berjalan manusia.

Kera-kera besar adalah penghuni hutan; cara berjalan mereka bahkan kini bersifat insidental; mereka lebih senang berada di pohon. Mereka memiliki metode panjat yang sangat berbeda; mereka mengibaskan tangan melampaui yang dilakukan oleh para monyet, dan tidak, seperti halnya monyet, mengambil ancang-ancang dari kaki. Mereka memiliki gaya panjang yang berkembang secara khusus dari diri mereka sendiri. Namun, manusia juga berjalan dan berlari secara berubah-ubah untuk menunjukkan leluhur yang lebih panjang pada tanah.Selain itu, ia juga kini tak mendaki; ia mendaki dengan hati-hati dan ragu-ragu. Para leluhurnya telah menjadi makhluk lari untuk masa yang panjang. Selain itu, perlu dicatat bahwa ia tak dapat berenang secara alami; ia belajar berenang, dan nampak menekankan perpisahan jangka panjang dari sungai, danau dan laut. Nyaris tentunya bahwa leluhurnya adalah makhluk yang lebih kecil dan ringan ketimbang keturunan manusianya. Sehingga, leluhur manusia pada pembukaan zaman Cainozoikum adalah kera pelari, yang utamanya hidup di tanah, bersembunyi di antara bebatuan ketimbang pohon. Ia juga masih dapat memanjati pohon-pohon dan mengambil haal-hal antara jari kaki besarnya dan jari kaki keduanya (sebagimana orang Jepang dapat pada saat ini), namun bergerak ke tanah lagi masih dengan leluhur arboreal Mesozoikum. Ini sangat dipahami bahwa makhluk semacam itu lebih jarang mati di air dalam keadaan seperti meninggalkan tulang untuk menjadi terfosilisasi.

Harus selalu tersemat dalam pikiran bahwa salah satu dari banyak ketidaksempurnaan lainnya, Catatan Geologi hanya berisi jejak makhluk atau rawa atau makhluk yang gampang dan seringkali tenggelam. Alasan yang sama yang membuat jejak leluhur mamalia menjadi langka dan relatif tak menonjol dalam bebatuan Mesozoikum, mungkin membuat jejak kemungkinan leluhur manusia menjadi langka dan relatif kurang dihasilkan dalam bebatuan Cainozoikum. Pengetahuan semacam itu yang kami miliki pada manusia terawal, contohnya, nyaris secara keseluruhan bergerak dari beberapa gua, yang kami datangi dan yang meninggalkan jejak mereka. Sampai zaman Pleistocene, mereka hidup dan mati di wilayah terbuka, dan jasad mereka disantap atau membusuk bersamaan.

Namun, perlu juga tersemat dalam pikiran bahwa Catatan Bebatuan masih diuji secara menyeluruh. Ini hanya dikaji untuk beberapa generasi, dan hanya sedikit orang dalam setiap generasi. Kebanyakan orang terlalu sibuk membuat perang, membuat laba dari tetangga mereka, mengerjakan permesinan yang dapat dilakukan bagi mereka dalam sepersepuluh waktu, atau singkatnya bermain untuk memberikan perhatian apapun terhadap hal yang lebih penting. Terdapat kemungkinan bahwa ribuan deposit yang masih tak tersentuh berisi fragmen-fragmen tak terhitung dan sisa-sisa manusia dan pendahulunya. Di Asia terutama, di India dan Hindia Timur, terdapat hal yang disembunyikan dari petunjuk paling menonjol. Apa yang kami kini ketahui soal manusia awal adalah potongan sebenarnya yang akan diketahui pada masa kini.

Para kera dan monyet nampak memiliki perbedaan pada permulaan Zaman Cainozoikum, dan terdapat sejumlah kera Oligocene dan Miocene apes yang berkerabat satu sama lain dan garis manusia masih terbentuk. Di antara mereka, kami dapat sebutkan Dryopithecus dari Zaman Miocene, dengan rahang yang nampak sangat mirip manusia. Di Perbukitan Siwalik dari utara India, jasad beberapa kera paling menonjol ditemukan, dengan Sivapithecus dan Palæopithecus mungkin sangat berkerabat dengan leluhur manusia. Diyakini, hewan-hewan tersebut siap menggunakan implementasi. Charles Darwin menyatakan bahwa babon membuka kacang dengan memecahkannya dengan batu, memakai perangkap bebatuan untuk memburu serangga, dan menyerang dengan batang dan batu. Simpanse membuat sendiri sebuah jenis gubuk pohon dengan merajut cabang-cabang. Bebatuan nampak diasah untuk dipakai telah diteluka pada strata Zaman Oligocene, di Boncelles, Belgia. Kemungkinan, pengadaan pemakaian impementasi tersebut dihadirkan pada leluhur Mesozoikum yang menurunkan mereka.

§ 2

Di antara bukti-bukti terawal dari beberapa makhluk, manusia atau setidaknya kera hidup yang lebih seperti manusia di bumi, merupakan sejumlah potongan dan batu yang sangat terpecah dan terbentuk kala dipegang di tangan. Ini mungkin dipakai menjadi kapak tangan. Implementasi awal tersebut ("Eoliths") seringkali mentah dan sederhana yang ada pada kontroversi jangka panjang soal yang kami anggap sebagai produksi alami atau buatan. Penanggalan terawal dari mereka disimpulkan oleh para geolog berasal dari zaman Pliocene—yang dikatakan, sebelum Zaman Glasial Pertama. Mereka juga terjadi sepanjang Zaman Interglasial Pertama. Mereka memakainya untuk dijadikan palu dengan, yang mungkin mereka pakai untuk bertarung, dan mungkin mereka memakai potongan kayu untuk keperluan serupa.

Namun di Trinil, Jawa, dalam strata yang dikatakan berkaitan dengan Pliocene akhir atau Zaman Es Pertama Amerika dan Eropa, terdapat penemuan beberapa potongan tulang makhluk hidup, seperti pembuat implementasi awal yang ada. Bagian atas kerangka, beberapa gigi, dan tulang paha ditemukan. Kerangka tulang menunjukkan bagian otak sekitar separuh dengan ukuran antara simpanse dan manusia, namun tulang paha dari makhluk hidup tersebut juga beradaptasi untuk berdiri dan berlari sebagaimana manusia, sehingga bebas memakai tangannya. Makhluk tersebut bukanlah manusia, maupun kera arboreal seperti halnya simpanse. Ini adalah kera berjalan. Ini dinamai para naturalis dengan sebutan Pithecanthropus erectus (manusia-kera berjalan). Kami tak dapat menyatakan bahwa ini adalah leluhur manusia langsung, namun kami menduga bahwa makhluk tersebut yang membuat alat batu pertama di belahan dunia yang sangat mirip dan berkerabat, dan bahwa leluhur kita adalah makhluk dari jenis semacam itu. Serangkaian potongan tulang kecil dari Trinil, saat ini, terpisah dari perkakas-perkakas batu, relik manusia awal tertua, atau hubungan darah dekat dari umat manusia awal, yang diketahui.

Meskipun manusia awal atau "sub-manusia" bergerak di sekitaran Eropa pada empat atau lima ratus ribu tahun lalu, terdapat mammoth, badak, kuda nil, berang-berang raksasa dan bison dan sapi liar di dunia mereka. Terdapat juga kuda liar, dan harimau bergigi tajam yang masih ada. Tak ada jejak singa atau harimau sebenarnya pada masa itu di Eropa, namun ada beruang, berang-berang, serigala dan babi liar. Ini menandakan bahwa sub-manusia awal terkadang bermain dengan harimau bergigi tajam, dan menyelesaikan jasad-jasadnya yang dihabisi oleh harimau sendiri.

§ 3

Setelah kemunculan suatu hal pertama setidaknya sub-manusia dalam catatan geologi, tak ada fragmen manusia lain atau tulang mirip manusia yang diketahui dari catatan penghujung ratusan ribu tahun. Ini bukan sampai mereka meraih deposit yang dikatakan menjadi zaman Interglasial Kedua, 200.000 tahun kemudian, 200.000 atau 250.000 tahun lalu, bahwa potongan tulang kecil lain ditemukan. Kemudian, kami menemukan tulang rahang.

Tulang rahang tersebut ditemukan di lubang pasir dekat Heidelberg, di kedalaman delapan puluh kaki dari permukaan, dan bukan tulang rahang manusia sebagaimana kami memahami manusia, namun ini mirip manusia dalam segala hal, kecuali bahwa ini benar-benar bukanlah jejak dagu; ini lebih masif ketimbang manusia, dan kesempitannya tidaklah terbelakang, yang dianggap, memberikan permainan lidah untuk pidato artikulasi. Ini bukanlah tulang rahang kera; giginya adalah manusia. Pemilik tulang rahang tersebut secara beragam dinamai Homo Heidelbergensis dan Palæoanthropus Heidelbergensis, seturut perkiraan yang membentuk umat manusia atau sub-manusianya oleh berbagai otoritas. Ia hidup di dunia tak secara terpencil seperti halnya dunia masih mula-mula diimplementasikan sub-manusia; deposit-deposit yang ditemukan menunjukkan bahwa gajah, kuda, badak, bison, rusa dan lainnya hidup berdampingan dengannya di dunia, namun harimau gigi tajam menurun dan singa menyebar di sepanjang belahan Eropa. Implementasi zaman tersebut(yang dikenal sebagai zaman Chellean) adalah pergerakan sangat penonjol pada Zaman Pliocene. Mereka juga terhimpun lebih besar ketimbang manusia sebenarnya. Manusia Heidelberg dapat memiliki tubuh yang sangat besar dan kaki depan besar. Ia sepenuhnya menjadi makhluk yang nampak aneh.

§ 4

Kita harus beralih ke Catatan untuk mungkin 100.000 tahun lainnya untuk sisa berikutnya dari manusia atau sub-manusia apapun. Kemudian dalam deposit yang dituturkan pada zaman Interglasial Ketiga, yang dimulai 100.000 tahun lalu dan berlangsung sepanjang 50.000 tahun, soal potongan remuk dari seluruh kerangka. Deposit tersebut diyakini berasal dari pembasuhan pada masa sebelumnya dan fragmen kerangka tersebut pada kenyataannya setua zaman Glasial Pertama. Sisa tulang yang ditemukan di Piltdown, Sussex menyimpan makhluk yang masih baru secara sangat berakhir naik dari sub-manusia.

Potongan pertama dari kerangka tersebut ditemukan dalam ekskavasi untuk jalan raya di Sussex. Sedikit demi sedikit potongan lain dari kerangka tersebut diangkat dari dasar sampai sebagian besar potongan tersebut dapat dipasangkan bersamaan. Ini adalah kerangka tebal, lebih tebal ketimbang ras manusia yang masih hidup, dan memiliki kemampuan otak yang memperantarai antara Pithecanthropus dan manusia. Makhluk tersebut disebutEoanthropus, manusia fajar. Dalam lubang yang sama, ditemukan gigi badak, kuda nil, dan tulang kaki rusa yang menandakan bahwa hewan tersebut mungkin dipotong. Alat berbentuk kelelawar dari tulang gajah juga ditemukan.

Selain itu, terdapat tulang rahang di antara jasad-jasad tergeletak tersebut, yang mula-mula dianggap berasal dari Eoanthropus, namun kemudian dinyatakan kemungkinan dari simpanse. Ini secara luar biasa mirip dengan simpanse, namun Dr. Keith, salah satu otoritas terbesar dalam persoalan tersebut, usai analisis besar dalam karyanya Antiquity of Man (1915), mendapati kerangka tersebut. Sebagaimana tulang rahang, bagian tersebut sangat kurang berkarakter manusia ketimbang rahang dari banyak Homo Heidelbergensis kuno lainnya, namun giginya dalam beberapa hal lebih seperti manusia hidup.

Dr. Keith, yang terkesima oleh tulang rahang tersebut, tak berpikir bahwa Eoanthropus, di samping namanya, merupakan leluhur langsung manusia. Kurang lebih ini adalah bentuk perantara antara manusia Heidelberg dan manusia Neanderthal yang harus kami jelaskan saat ini. Ini hanya berkerabat dengan leluhur manusia sebenarnya sebagaimana orang utan berkerabat dengan simpanse. Ini adalah salah satu dari sejumlah kera pelari sub-manusia melampaui kecerdasan serupa kera, dan jika tak berada pada garis selaras, ini berada paa tingkat apapun dari kolateral yang sangat dekat.

Dari serangkaian kerangka tersebut, Catatan untuk sepanjang berabad-abad tak memberikan hal apapun selain penerapan, yang dengan cepat terpengaruhi dalam kualitas. Bentuk paling karakteristik terbentuk seperti ketungalan, dengan satu bagian datar yang terserang satu pukulan dan sisi lainnya bekerja. Para arkeolog, sebagaimana kelanjutan catatan tersebut, kini dapat membedakan alat pengikis, penggerek, pisau, anak panah, batu lempar, dan hal sejenisnya. Pergerakannya kini lebih cepat; dalam berabad-abad, bentuk pangkal kapak menunjukkan sifat berbeda dan menonjol. Dan kemudian didapati pada sejumlah besar jasad. Zaman Glasial Keempat timbul pada puncaknya. Manusia bergerak ke gua dan meninggalkan peninggalan disana; di Krapina di Kroasia, di Neanderthal dekat Düsseldorf, di Spy, jasad manusia ditemukan, kerangka dan tulang makhluk yang tentunya manusia. Pada suatu waktu pada sekitar 50.000 tahun lampau, jika tak lebih awal, muncul Homo Neanderthalensis (juga disebut Homo antiquus dan Homo primigenius), sesosok makhluk yang sangat mirip manusia. Jempolnya tak terlalu mirip dengan fleksibilitas dan kegunaannya dengan jempol manusia, ia terhenti di depan, dan tak dapat menegakkan kepalanya, sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh manusia hidup, ia tak berdagu dan mungkin tak dapat berbicara, terdapat perbedaan menonjol pada enamel dan akar giginya dari seluruh manusa hidup, ia merupakan kerangka yang sangat tebal, sehingga ia bukanlah spesies manusia; namun tak ada persengketaan terhadap pengaitannya dengan genus Homo. Ia tentunya tak diturunkan dari Eoanthropus, namun tulang rahangnya lebih seperti tulang rahang Heidelberg sebagaimana yang membuatnya memungkinkan bahwa Homo Heidelbergensis yang lebih berat dan kurang terampil, yang muncul seribu abad sebelumnya, berasal dari darah dan rasnya.

§ 5

Pada pertanyaan tulang rahang Piltdown, ini menjadi diminati untuk mengutip surat kepada penulis dari Sir Ray Lankester, mendiskusikan pertanyaan dalam sifat familiar dan menerangkan. Ini akan memperkenankan pembaca untuk menyoroti keberadaan dan kaulitas bukti yang dihadirkan pada kami terkait alam manusia awal dan hewan sub-manusia. Pada potongan Piltdown rapuh itu sendiri, lebih dari seratus buku, pamflet, dan makalah telah ditulis. Potongan tulang tersebut dijaga secara lebih hati-hati dari pencurian dan perusakan ketimbang perhiasan paling berharga, dan dalam kasus-kasus museum, hal tersebut hanya dipandang secara hati-hati yang dieksekusi secara fac-similes.

"Sebagaimana tulang rahang Piltdown, kajian terbaik darinya dilakukan oleh Smith Woodward, yang mula-mula menjelaskannya dan taring yang ditemukan berikutnya. Rahang tersebut tak sempurna di depan, namun memiliki bentuk datar dan besar dari para kera. G. S. Miller, seorang antropolog Amerika, telah membuat perbandingan yang sangat baik darinya dengan rahang simpanse, dan menyatakan bahwa ini adalah milik simpanse. (monografinya tercantum dalam Am. Jour. of Phys. Anthrop., vol. i, no. 1.) Satu penekanan pada rahang Piltdown itu sendiri yang bertentangan dengan identifikasi simpanse adalah permukaan lunak, datar dan terajut dari geraham. Ini adalah karakter amnusia, dan karena pergerakan lateral dari rahang, dan sehingga menimbulkan pergesekan pada geraham. Ini tidaklah terlalu berharga. Namun pertanyaan seriusnya adalah, apakah mereka mengaitkan rahang tersebut dengan kranium yang ditemukan didekatnya? Jika demikian, ini tentunya bukanlah simpanse maupun kerabat kera, namun lebih kepada hominid. Dua fragmen tulang kepala kecil lain dan beberapa gigi lainnya ditemukan berjarak dua mil dari Piltdown, yang sesuai dengan tulang kepala Piltdown yang memiliki ketonjolan kuat pada tulang kepala manusia, namun tak ada hal apapun seperti serangkaian besar kera. Fakta tersebut tersoroti pada hal ini; disini kamu memiliki memilikitulang kepala tak sempurna, berlapis sangat tebal dan berisi kubikal kecil (1100 atau lebih), namun lebih besar ketimbang kera manapun. Beberapa yard jauhnya darinya pada lapisan yang sama mendapati tulang rahang lebih besar ketimbang taring tajam besar, sifat yang besar nan datar, serta penekanan lainnya tentnag wajah bagian dalam dari ramus dan rangkaian yang mirip dengan simpanse. Yang lebih seperti: (a) bahwa dua potongan ringan tersebut yang didapatkan dari manusia merupakan bagian-bagian dari individual yang sama; atau (b), bahwa penelusuran lembah Wealden terbawa ke sini bersama dengan setengah rahang dan taring patah yang lebih mirip kera ketimbang gigitan berkaitan dengan manusia yang diketahui, dan sehingga berasal dari dua makhluk anthropoid terpisah, satu (rahang) bersifat lebih simian, dan lainnya (tulang kepala) kurang lebih demikian? Sebagaimana kemungkinan, kami harus mengingat bahwa kerangka di Piltdown, secara jelas dan pasti, merupakan jasad dari berbagai deposit tertiari dan pasca-tertiari. Tempat tersebut berisi sisa-sisa mastodon Miocene dan gigi badak. Gigigi badak sepenuhnya berbeda dalam karakter mineral dari rahang dan tulang kepala Eoanthropus. Namun (dan ini membutuhkan pengujian ulang dan analisis kimia) rahang Piltdown dan tulang kepala Piltdown tak nampak padaku selaras dengan kondisi mineral mereka. Rahang tersebut sangat berlapis besi, dan aku harus katakan (namun bukan kepastian), lebih keras ketimbang tulang kepalanya. Kini, ini mudah untuk mengaitkannya sangat berpengaruh pada perbedaannya, karena pada lapisan besi tersebut, seperti halnya pada Piltdown, kandungan air dan garam besi pada tulang lebih besar di satu titik ketimbang di bagian lainnya, atau beberapa inchi lebih dalam!

"Sehingga, aku berpikir mereka membingungkan dan mencengangkan! Cara paling menonjol tersebut adalah untuk menjaga rahang dan tulang kepala timbul dalam seluruh argumen tentang mereka. Di sisi lain, pada prinsip bahwa hipotesis tak menggandakan di luar kebutuhan, terdapat kasus terkait keduanya—rahang dan tulang kepala—sebagaimana bagian dari satu makhluk—atau manusia."

Sir H. H. Johnston menambahkan: "Bertentangan dengan hipotesis simpanse, perlu disematkan dalam pikiran bahwa sejauh ini tak ada simpanse hidup atau jasad fosil mirip simpanse ditemukan di dekat Inggris alih-alih Afrika khatulistiwa utara atau India barat laut, dan tak ada jasad kera besar secara keseluruhan yang lebih dekat selain Prancis Selatan dan Rhine hulu—dan itu sangat berbeda dari rahang Eoanthropus."