Implementasi Al-Qur'an terhadap Masyarakat

Al-Qur'an adalah salah satu kitab yang diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur. Al-Qur'an terdiri dari 30 Juz dan 114 Surah yang diturunkan ada yang dari kota Makkah dan Madinah.

Al-Qur'an
Al-Qur'an

Al-Qur’an adalah sarana yang efektif untuk dihayati, karena di dalamnya memuat nilai sastra yang sangat tinggi dengan keindahan bahasa dan pesona yang dimilikinya. Sehingga banyak para sahabat yang mencucurkan air mata karena terpukau dengan keindahan atas untaian kata dan gaya bahasa sastra al-Qur’an. Disitulah gaya sastra Kalam Allah swt yang telah mengalahkan semua ahli dalam bidang ilmu balaghah (keindahan bahasa) dan sastra.

Al-Qur’an adalah sumber dari berbagai sumber ilmu pengetahuan terutama agama Islam dan menjadi pedoman hidup. “Bahasa sastra al-Qur’an dirancang sedemikian rupa oleh Allah SWT supaya bisa dipahami oleh akal manusia. Namun perlu banyak unuk dilakukan kajian-kajian agar tidak terjadi kesalah-pahaman akan pemaknaannya, salah satu jalan yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan pendekatan secara linguistik.

Implementasi Al-Qur'an sunting

Bagi Masyarakat, Al-Qur'an ini sangat perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari karena Al-Qur'an sangat berpengaruh pada setiap zaman. Implementasinya adalah melalui membaca, menghayati, dan mengamalkan.

Sebagai Implementasi, al-Qur’an sudah dimasukkan dalam kajian ilmu semantic al-Qur’an salah satu kitab suci yang tidak hanya berisi sekumpulan ayat-ayat berbahasa Arab beserta sastra yang indah, akan tetapi juga menjadi sebuah pedoman hidup bagi kaum orang Islam. supaya menjadi pedoman hidup, maka sebagai orang Islam perlu menafsirkan al-Qur’an supaya senantiasa aplikatif dalam berbagai kehidupan. Mengingat al-Qur’an adalah otoritas utama sebagai pedoman umat Islam, dapatlah dipahami jika terdapat berbagai ragam metode untuk menafsirkannya. Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang memperlihatkan perhatian para ulama selama ini untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan al-Qur’an dan menerjemahkan misi-misinya.

Mufassir Al-Qur'an sunting

Sebagai hasil karya manusia, muncul keanekaragaman dalam corak penafsiran merupakan hal yang tak terhindarkan. Berbagai faktor dapat menimbulkan keragaman corak baik perbedaan kecenderungan, interest dan motivasi mufassir, perbedaan misi yang diemban, perbedaan kedalaman dan ragam ilmu yang dikuasai, perbedaan maasa dan lingkungan yang mengitari, perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi, sebagainya. Semua itu menimbulkan corak yang kemudian berkembang menjadi aliran besar dalam penafsiran al- Qur’an Penafsiran al-Qur’an selalu diwarnai oleh pemikiran mufassirnya, komentar dan ulasannya mengenai suatu ayat merupakan manivestasi pikiran dan diwarnai oleh madzhab yang dianutnya. Seorang mufassir yang bergelut dan menekuni sains eksak atau sangat tertarik dengan kajian-kajian mengenai ilmu pengetahuan.

Ilmu Semantik Al-Qur'an sunting

ilmu semantik al-Qur’an tidak hanya pada batasan ilmu leksikal saja, akan tetapi “para pengkaji al-Qur’an biasanya mencari sebuah makna yang terdapat dalam setiap kata yang ada di dalamnya”. Dalam sebuah kajian ilmu semantik al-Qur’an, makna itu dibagi menjadi dua bagian yaitu “makna dasar dan makna relasional”. Makna dasar adalah “makna yang mengandung arti tetap melekat pada kosa kata, adapun kata tersebut dipisahkan oleh konteks pembicaraan sebuah kalimat”. Semisal contoh “kata kitāb makna dasarnya adalah buku”. Sedangkan makna relasionalnya adalah “makna yang dihasilkan jika sudah ada hubungan dengan kata lain atau konteks lain”,

Usaha yang benar-benar dari para ahli untuk memberikan suatu penjelasan tentang masalah tersebut, “sebagai langkah awal untuk mempermudah umat dalam mempelajari dan memahami ajaran al-Qur’an. Supaya dilihat dari beberapa aspek kebahasaan dan keindahan untaian-unaian ayat akan dirasa semakin sulit untuk dipelajari dan dipahami. M. Quraish Shihab di dalam tafsirnya menuliskan bahwa tidak semudah itu untuk menjelaskan keindahan bahasa dan sasta di dalam al-Qur’an bagi yang tidak mempunyai rasa akan bahasa, sastra dan pengetahuan tentang tata bahasa sastranya.

menganalisis akan hubungan kata antara kata satu dengan yang lain atau unsur-unsur lain”. Sedangkan ilmu Semantik adalah “sebuah ilmu dibidang linguistik yang mempelajari dan menganalisis akan makna kata per kata”. Dan yang terakhir adalah ilmu Fonologi adalah “sebuah ilmu dibidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan akan runtutan bunyi-bunyi pelafadzan bahasa”.

Ilmu Linguistik membahas seluruh fenomena bahasa mulai dari ilmu fonologi (bunyi bahasa) hingga ilmu semantik (makna dari arti bahasa). Bahasan dari ilmu Linguistik itu dibatasi pada teks tertentu dengan memperhatikan akan pemilihan kata per kata atau struktur bahasa, lalu mengamati hubungan yang dipilih itu untuk mengidentifikasi ciri-ciri ilmu Linguistik (leksikal, sintaksis, deviasi, dan retoris).