Romawi Kuno/Seni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Alagos (bicara | kontrib)
Baris 16:
Tembikar Romawi diawali dengan meniru gaya tembikar Etruska, namun kemudian berkembang dengan gayanya sendiri. Secara umum, tembikar di Italia cenderung memiliki satu warna dan dekorasinya pun dicetak, tidak seeprti tembikar Yunani yang hiasannya dilukis. Pada masa republik, kebanyakan tembikar dibuat di dekat tempat tembikar tersebut akan digunakan. Namun pada masa kekaisaran, mulai berdiri pabrik-pabrik tembikar, yang memproduksi tembikar untuk kemudian dijual ke berbagai tempat. Ada beberapa pabrik di Italia, di dekat kota yang disebut Arezzo, dan beberapa lainnya di Prancis selatan. Tembikar jenis ini disebur tembikar Arretine.
 
Setelah menaklukan Asia Barat, Romawi pun mengembangkan seni tembikar mereka dengan belajar dari para seniman Asia Barat. Jika sebelumnya tembikar Romawi berwarna hitam, kini warnanya menjadi merah. Bangsa Roamwi juga belajar cara membuat dekorasi pada tembikar dengan cara mencetaknya, yang ternyata lebih cepat dan mudah daripada dengan cara dilukis. Dengan inovasi ini, pabrik-pabrik tembikar dapat menghasilkan barang dengan kualitas yang bagus namun dengan harga yang murah. Tembikar jenis ini menjadi sangat populer, dan pabrik-pabrik tembikar memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. TembiakrTembikar jenis ini disebut tembikar Galia Selatan.
 
Ketika tahu bahwa tembikar Arretine dan Galia Selatan bisa mendatangkan banyak uang. Orang-orang pun menirunya di berbagai tempat, dan dimulai sejak masa masa kaisar Vespasianus, sekiat 70 M. Di Spanyol, tiruan ini disebut Terra Sigillata Hispanika, sedangkan di Afrika Utara, disebut Slip Merah Afrika. Tembikar Afrika ini sangat sukses, bahkan mampu mengalahkan ketenaran tembikar Galia Selatan. Lima puluh tahun sejak pertama kali diproduksi, tembikar Slip Merah Afrika telah digunakan oleh hampir semua orang di seluruh penjuru Kekaisaran Romawi. Para arkeolog menemukan tembikar jenis ini di Inggris dan Denmark, Austria, Spanyol, Yunani, dan tentu saja di Afrika Utara. Sementara di bagian timur Romawi, orang-orang lebih suka menggunakan Sigillata.<!--
 
Slip Merah Afrika terus menjadi tembikar yang paling mewah dan utama di Afrika Utara dan Eropa selama kurang lebih 400 tahun, bahkan setelah kejatuhan Romawi. Di Afrika Utara, orang-orang tetap memproduksinya di bawah kekuasaan bangsa Vandal, yang memerintah pada tahun 400-an sampai 500-an M. Barulah pada abad ke-6 M, mereka membuat tembikar dengan gaya baru setelah adanya penaklukan oleh bangsa Arab, yang ikut memperkenalkan tembikar dengan lapisan seperti kaca.
But, once they had put the competition out of business, the North African potters didn't worry too much about producing beautiful pottery. African Red Slip gradually became less carefully made.
 
 
 
African Red Slip
 
African Red Slip continued to be the main luxury pottery for North Africa and Europe for 400 years, even after the fall of Rome. In North Africa, people continued to make it under Vandal rule in the 400's and 500's AD, and right up until the Islamic invasions in the late 600's AD brought with them a new kind of pottery, glazed with colorful glassy glazes.
 
[[Kategori:Romawi Kuno]]