Mitologi Yunani/Kisah Hukuman/Pentheus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
Setelah selesai berkelana d Asia, Dionisos memutuskan untuk menyebarkan ritualnya di tempat asalnya, yakni Thebes. Dia berniat untuk mendirikan pusat pemujaannya di sana.
----
Pada masa itu, kakek Dionisos, Kadmos, memutuskan untuk turun tahta dan digantikan oleh cucunya, Pentheus, putra Ekhion dan Agave, putri Kadmos. Pentheus masih muda ketika naik tahta. Ketika dia mendengar mengenai kedatangan Dionisos, Pentheus tak merasa senang. Dia tidak percaya bahwa Dionisos adalah sepupunya, karena dia percaya bahwa Semele meninggal bersama janinnya. Sang raja juga percaya bahwa bibinya Semele meninggal akibat dihukum dewa karena mengaku-ngaku bercinta dengan Zeus. Pentheus pun memutuskan untuk menekan pemujaan Dionisos, karena ia meyakini bahwa Dionisos hanyalah manusia biasa. Sang raja juga merasa bahwa ritus dan pesta Dionisos adalah memalukan dan mendidikanmenjijikan.
 
Hanya Kadmos dan Teiresias, sang peramal buta, yang menjadi pengikut Dionisos. Dua orang tua renta itu berusaha menahan Pentheus supaya tak berbuat sembrono. Teiresias memperingatkan Pentheus mengenai akibat buruk yang akan terjadi jika menentang dewa. Namun Pentheus malah mengejek sang peramal dan kakeknya karena mengikuti ritus Bakkhant, serta mengejek pakaian mereka yang berupa kulit anak rusa dan rangkaian tanaman ivy di kepala mereka.
Kadmos dan Teiresias, kakek dan teman Pentheus, berusaha mengajak Pentheus untuk mempercayai Dionisos. Namun Pentheus tetap berpegang pada pendiriannya. Pentheus malah semakin menekan kegiatan kelompok pemujaan Dionisos.
 
Pentheus sempat menangkap Dionisos namun Dionisos bisa melepaskan ikatannya dan membuka pintu penjara dengan mudah.