Mitologi Yunani/Kisah Hukuman/Pentheus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
Hanya Kadmos dan Teiresias, sang peramal buta, yang menjadi pengikut Dionisos. Dua orang tua renta itu berusaha menahan Pentheus supaya tak berbuat sembrono. Teiresias memperingatkan Pentheus mengenai akibat buruk yang akan terjadi jika menentang dewa. Namun Pentheus malah mengejek sang peramal dan kakeknya karena mengikuti ritus Bakkhant, serta mengejek pakaian mereka yang berupa kulit anak rusa dan rangkaian tanaman ivy di kepala mereka.
 
Pentheus berhasil menangkap beberapa anggota Bakkhant, dan dia berniat menginterogasi mereka. Sang raja ingin menghilangkan kultus ini. Pentheus menyuruh anak buahnya untuk menangkap orang asing, yang ternyata merupakan pemimpin para Bakkhan.
Pentheus sempat menangkap Dionisos namun Dionisos bisa melepaskan ikatannya dan membuka pintu penjara dengan mudah.
 
Sang orang asing awalnya berpura-pura sebagai pendeta atau imam Dionisos. Dia membiarkan dirinya ditangkap ketika orang-orang lainnya melarikan diri. Dionisos memperingatkan Pentheus akan bahayanya membuat dewa murka. Pentheus malah mengancam akan menangkap, menyiksa, dan menghukum mati para Bakkhant yang tak mau berhenti menyembah Dionisos. Pentheus lalu mengurun Dionisos di dalam penjara, tapi Dionisos berhasil kabur dan membuat seluruh istana runtuh.
 
Ibu Pentheus (Agave} dan dua bibinya (Autone dan Ino) juga tidak mempercayai kedewaan Dionisos, maka Dionisos pun berniat menghukum mereka. Dionisos memberi kegilaan pada Agave, Autone, dan Io sehingga mereka menjadi tidak sadarkan diri dan kemudian mengikuti ritual Dionisos bersama para mainad (perempuan pengikut Dionisos) di gunung Khiteron.