Mitologi Yunani/Kisah Hukuman/Pentheus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
Agave, Autonoe dan Ino juga sebenarnya tidak mempercayai bahwa Dionisos adalah dewa. Mereka berpikir bahwa Semele, yang sedang hamil, meninggal terbakar bersama janinnya (Dionisos). Mereka juga mengira bahwa Zeus menghukum Semele karena telah mengaku-ngaku bercinta dengan Zeus. Ketika Agave dan dua saudarinya menolak menyembah Dionisos, sang dewa muda menimpakan mereka dengan kegilaan sehingga mereka ikut serta dalam ritual Dionisos.
 
Pentheus sebenarnya berniat untuk menangkapi para wanita itu, namun Dionisos tiba dan memperingatkan sang raja untuk tidak menyernang mereka, atau Pentheus akan dibunuh oleh para wanita itu. Dionisos meyakinkan snag raja untuk mengawasi para Mainad dari bukit Kithairon pada malam hari. Dioniss juga meyakinkan sepupunya itu untuk memakai pakaian wanita dan mengenakan rambut palsu, supaya para Mainad tak menyerangnya.
Ibu Pentheus (Agave} dan dua bibinya (Autone dan Ino) juga tidak mempercayai kedewaan Dionisos, maka Dionisos pun berniat menghukum mereka. Dionisos memberi kegilaan pada Agave, Autone, dan Io sehingga mereka menjadi tidak sadarkan diri dan kemudian mengikuti ritual Dionisos bersama para mainad (perempuan pengikut Dionisos) di gunung Khiteron.
 
Dionisos memandu sang raja ke bukit. Pentheus mencoba melihat ritus yang melibatkan ibu dan bibi-bibinya bersama para Mainad. Untuk melihat Misteri Bakkhos ini, Pentheus naik ke atas pohon, namun Agave melihatnya, dan dalam keadaan mabuk, dia mengira bahwa Pentheus adalah seekor singa. Menurut Ovidius, Pentheus dianggap sebagai babi hutan.
Dionisos lalu secara diam-diam membimbing Pentheus menuju gunung tersebut. Ketika Pentheus mendekati mereka, Agave memergoki Pentheus dan menyangka bahwa itu adalah seekor babi hutan. Agave pun langsung mengajak yang lain untuk memburu Pentheus. Pada akhirnya para mainad, termasuk Agave, Autone dan Io, menyerang dan mengoyak serta merobek-robek tubuh Dionisos, bahkan Agave sendiri yang memotong kepala putranya itu.
 
Agave dan saudarinya mengejar Pentheus, tanpa mengenali sang raja muda. Ibu Pentheus itu menyerang putranya sendiri dan melukainya dengan thirsos. Setelah terjatuh, tubuh Pentheus dikoyak-koyak oleh Agave dan saudarinya yang sedang gila. Mereka menyiksa Pentheus tanpa ampun hingga akhirnya Agave mencabut kepala putranya sendiri.
Akibat perbuatannya itu, Pentheus mati, sedangkan ibu dan kedua bibi Pentheus diasingkan dari Thebes. Maka tuntaslah hukuman dari Dionisos untuk mereka.
 
Agave kembali ke istana sambil membawa kepala itu. Dia menunjukkan kepala itu, yang dia kira kepala babi hutan, kepada Kadmos, ayahnya, serta kepada putranya. Agave tak menyadari bahwa yang sedang ia bawa adalah kepala putranya sendiri.
Pentheus sebenarnya berniat untuk menangkapi para wanita itu, namun Dionisos tiba dan memperingatkan sang raja untuk tidak menyernang mereka, atau Pentheus akan dibunuh oleh para wanita itu. Dionisos meyakinkan snag raja untuk mengawasi para Mainad dari bukit Kithairon pada malam hari. Dioniss juga meyakinkan sepupunya itu untuk memakai pakaian wanita dan mengenakan rambut palsu, supaya para Mainad tak menyerangnya.
 
Kadmos terkejut dan sedih melihat kepala Pentheus dibawa oleh Agave. Kadmos berusaha membuat Agave sadar bahwa ia telah membunuh putranya sendiri. Baru setelah sadar kembali, Agavae mengetahui bahwa dia dan para saudarinya telah dihukum akibat tak mau mengakui Dionisos sebagai dewa.
Dionisos memandu sang raja ke bukit. Pentheus mencoba melihat ritus yang melibatkan ibu dan bibi-bibinya bersama para Mainad. Untuk melihat Misteri Bakkhos ini, Pentheus naik ke atas pohon, namun Agave melihatnya, dan dalam keadaan mabuk, dia mengira bahwa Pentheus adalah seekor singa. Menurut Ovidius, Pentheus dianggap sebagai babi hutan.
 
Dionisos kemudian muncul di hadapan mereka, dan mengusir Agave sera para saudarinya atas kejahatan mereka.
 
{{MY-Hukuman}}