Bahasa Roh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '== DOKTRIN BAHASA ROH MENURUT PAULUS DALAM I KORINTUS 12 - 14 ==[1] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah-tengah perkembangan gereja abad modern i...' |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
== DOKTRIN BAHASA ROH MENURUT PAULUS DALAM I KORINTUS 12 - 14 ==
BAB I PENDAHULUAN
Baris 13:
perkataan (bahasa lidah) melainkan mujizat pendengaran.
Pandangan ini mengatakan bahwa orang-orang yang hadir yang berasal dari berbagai bangsa mengalami mujizat dapat
mendengar perkataan para Rasul dalam bahasa mereka masing-masing. Pendapat ini telah mendapat bantahan dari tokoh Kristen
133</ref> yang mengatakan bahwa apa yang dituliskan dalam Kisah Para Rasul 2 ayat 4 menunjukkan peristiwa dimana para Rasul telah
berbahasa roh sebelum orang-orang banyak datang berkerumun. Baru beberapa saat kemudian, setelah turun bunyi, yakni setelah orang
banyak mendengar suara-suara yang ribut, barulah orang banyak itu berkumpul dan menyaksikan para Rasul berbahasa roh. Pada saat itu
para Rasul berbicara dalam bahasa-bahasa lain, bukan dalam bahasa mereka sendiri.
2. Apakah bahasa roh masih ada hingga kini ?
Perdebatan ini dipicu oleh adanya pandangan yang mengatakan bahwa karunia bahasa roh sudah berhenti dan tidak diperlukan di dalam
Baris 25:
mendukung pernyataan di atas antara lain adalah Merrill Unger, John Walvoord dan John Mac Arthur. Namun pandangan ini ditentang
oleh beberapa pemimpin seperti pendeta Jack Hayford dari Church on The Way, bahkan Michael Griffiths menyatakan bahwa pendapat yang
mengatakan karunia-karunia Roh tertentu hanya berlaku pada zaman rasul-rasul, sudah sangat mirip dengan liberalisme<ref>C.
3. Apakah bahasa roh itu hanya sekedar karunia roh atau suatu tanda dibaptis Roh Kudus ?
Adanya pandangan yang mengatakan bahwa karunia berbahasa roh adalah merupakan tanda yang mutlak harus dimiliki oleh orang yang
Baris 39 ⟶ 40:
jika perbedaan pandangan mengenai topik ini, justru menimbulkan perpecahan di dalam tubuh Kristus. Padahal menurut Billy Graham, Roh
Kudus tidak pernah bertujuan menjadikan gereja terpisah-pisah, melainkan untuk mempersatukan gereja menjadi satu di dalam tubuh
</ref>. Beliau
juga berkata, “jika karunia bahasa roh disalahgunakan dan dijadikan alat untuk memecah belah, maka ada sesuatu yang tidak beres, yaitu
Dosa telah memasuki tubuh Kristus”<ref>Ibid.,
Baris 68 ⟶ 70:
jemaat pada masa kini.
B. LATAR BELAKANG SURAT I KORINTUS
a)Latar belakang
Baris 111 ⟶ 114:
penggunaan istilah ini maksud penulis adalah untuk menunjuk kepada istilah yang sama dengan pengertian “Glossolalia”.
Istilah “bahasa lidah”, “bahasa asing”, “bahasa roh”, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata yang sama yaitu “γλωσσα – glossa”,
“lidah”. Markus 16:17 menulis “γλωσσαις λαλησουσιν καιναις ; glossais lalesousin kainais
</ref>“berbicara dengan lidah yang baru”;
Kisah Para Rasul 2:4 menulis “lalein heterais glossais”, “berbicara dengan lidah yang
lain”. Mulai Kisah Para Rasul 10:45 dan seterusnya tidak ada lagi kata “heteros” (yang lain) maupun “kainos” (yang baru), melainkan
kata kerja λαλεω - laleo, "berbicara" dan “γλωσσα - glossa” "lidah”. Jadi, baik dalam Kisah Para Rasul maupun surat Korintus
menggunakan kata dan ungkapan yang sama yang dewasa ini dikenal dengan “γλωσσολαλια – glossolalia.
Uraian di atas sejalan dengan pernyataan Paul Enns dalam bukunya The Moody Handbook of Theology jilid 1, antara lain mengatakan
bahwa, bahasa lidah di Kisah Para Rasul dan Korintus adalah sama. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bahasa lidah di Korintus
berbeda dengan yang ada di Kisah Para Rasul<ref>Paul
mengabaikan kitab 1 Korintus, begitu juga sebaliknya. Hal ini penting, karena ada yang mengangap bahwa bahasa roh yang ada di dalam
kitab Kisah Para Rasul berbeda atau terpisah dengan yang ada di dalam kitab 1 Korintus. Tujuannya untuk membedakan bahasa roh sebagai
tanda dan bahasa roh sebagai karunia. Namun uraian di atas menjelaskan bahwa keduanya adalah sama, tidak dapat dibedakan.
Peter Wagner mendefinisikan bahasa roh sebagai kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota dalam tubuh
a.Untuk berbicara kepada Allah dalam suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari.
b.Untuk menerima dan menyampaikan suatu pesan langsung dari Allah kepada umat-Nya melalui suatu ucapan yang diurapi.
Reinhard Bonke mendefinisikan bahasa roh sebagai “Bahasa sorgawi dan duniawi, yang diucapkan hanya oleh orang percaya seperti yang
diberikan oleh Roh Kudus untuk mereka ucapkan”<ref>Reinhard
Dari uraian-uraian mengenai definisi bahasa roh yang dikemukakan di atas, ada tiga hal penting yang dapat kita tarik sebagai
kesimpulan mengenai bahasa roh yaitu sebagai berikut :
Baris 182 ⟶ 186:
“Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.” Donald Bridge
& David Phypers menjelaskan bahwa berdasarkan kitab 1 Korintus 12:10 dan 30, Paulus secara jelas menyatakan bahwa
berkata-kata dalam bahasa roh adalah karunia yang diberikan kepada beberapa orang saja dan tidak kepada yang lain-lainnya.<ref>Donald Bridge & David Phypers, Karunia-Karunia Roh dan Jemaat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hal. 143.</ref>
a.4. Karunia roh bertujuan untuk membangun komunitas jemaat Tuhan/bersama di dalam satu tubuh Kristus (ayat 7, 12-30). Hal ini juga
berlaku untuk karunia bahasa roh, harus berguna bagi jemaat lainnya.
Manfred T. Brauch mengatakan bahwa “Prinsip yang utama dan pokok untuk tindakan Kristen adalah prinsip kemajuan rohani. Semua
kehidupan dan tindakan Kristen seharusnya diiatur oleh pertanyaan: Apakah ini bermanfaat bagi orang lain? Apakah hal ini
menimbulkan keselamatan dan/atau pertumbuhan iman mereka?”.<ref>Manfred
b. Bahasa Roh Menurut Kitab 1 Korintus 13 :
Pada pasal ini, rasul Paulus lebih banyak berbicara mengenai pentingnya kasih. Kesimpulan dari pasal ini adalah Kasih lebih utama
Baris 257 ⟶ 260:
Footnote :<references/>
▲ ^ W. G. Putman, BA, BD, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004), hal. 133
▲ ^ C. Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh, (Malang: Gandum Mas, 2005), hal.83-85.
▲ ^ Billy Graham, Roh Kudus, Kuasa Allah dalam Hidup Anda, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2002), hal. 4.
▲ ^ C. Peter Wagner. Op. Cit., hal. 237-238.
|