Abad Pertengahan/Pengetahuan/Kedokteran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Selama Abad Pertengahan, sebagian besar orang menderita suatu penyakit selama sebagian besar hidup mereka. Bayi yang baru lahir seringkali bertubuh kecil karena ibu me...'
 
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Selama Abad Pertengahan, sebagian besar orang menderita suatu penyakit selama sebagian besar hidup mereka. Bayi yang baru lahir seringkali bertubuh kecil karena ibu mereka kurang memperoleh makanan ketika hamil. Bayi-bayi menderita disentri dan tipustifoid akibat minum air kotor. Sekitar seperempat bayi meninggal sebelum mendapai usia satu tahun. Anak-anak berkali-kali terserang virus. Mereka juga dijangkiti cacing yang membuat mereka selalu merasa lelah, sementara nyamuk membuat mereka terkena malaria.
 
Para dokter Abad Pertengahan tidak tahu cara mengobati semua penyakit tersebut. Mereka mengeluarkan darah penderita demam namun hasilnya justru lebih buruk. Orang-orang juga berupaya dengan berdoa kepada tuhan dan mendatangi tempat penyembuhan Kaotlik seperti Toulouse atau Westminster Abbey.
 
Anak-anak juga menderita campak, gondok, rubella, dan cacar air. Sebagian besar anak sembuh sendiri dari semua penyakit ini, terutama jika ada yang merawat mereka semasa sakit, sementara cacar membunuh lebih banyak orang. Sekitar 1150-an M, banyak dokter di Eropa telah membaca ensiklopedia medis Ibnu Sina, dan mengetahui bahwa orang tertular campak, cacar, dan tuberkulosis dari orang lain, jadi mereka pun mulai mengkaratina pasien. Mereka berusaha menyembuhkan tuberkulosis seperti orang Romawi, dengan makanan baik, istiragat, dan udara baik, namun mereka juga mengeluarkan darah pasien.
 
Anak-anak juga sering terkena infeksi mata dan penyakit kulit seperti kudis. Jika anak-anak terisir kulitnya, luka itu akan terkena infeksi, dan kadang-kadang mereka mati akibat infeksi itu. Para dokter terkadang berhasil menyembuhkan infeksi dan penyakit kulit dengan menuangkan cuka pada luka.
 
Hampir setiap orang punya kutu, dan mereka terkena tipus dari kuta itu. Mereka menderita ergotisme, semacam kracunan akibat makan roti yang terinfeksi. Karena sulit memperoleh buah dan sayur segar serta kurang terkena sinar matahari pada musim dingin, mereka menjadi kekurangan vitamin dan menderita kudis, rakitis, dan kebutaan. Beberapa anak terkena epilepsi.