Bahasa Roh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bennylin (bicara | kontrib)
rapikan
Hidayatsrf (bicara | kontrib)
k clean up using AWB
Baris 9:
Di tengah-tengah perkembangan gereja abad modern ini, terdapat banyak perbedaan-perbedaan doktrin yang belum terpecahkan. Salah satu yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah mengenai perbedaan pandangan dan praktek bahasa roh. Dari semua karunia roh yang tercatat dalam Perjanjian Baru, karunia inilah yang paling banyak menimbulkan pertentangan pendapat yang berakibat timbulnya perpecahan yang tajam ditengah-tengah umat Kristen Perdebatan-perdebatan seputar bahasa roh yang hingga saat ini masih diperdebatkan antara lain adalah :
 
1. Adanya pandangan yang mengatakan bahwa yang terjadi dalam peristiwa Pentakosta bukanlah mujizat perkataan (bahasa lidah) melainkan mujizat pendengaran. Pandangan ini mengatakan bahwa orang-orang yang hadir yang berasal dari berbagai bangsa mengalami mujizat dapat mendengar perkataan para Rasul dalam bahasa mereka masing-masing. Pendapat ini telah mendapat bantahan dari tokoh Kristen Gregorius<ref>W. G. Putman, BA, BD, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004), hal. 133</ref> yang mengatakan bahwa apa yang dituliskan dalam Kisah Para Rasul 2 ayat 4 menunjukkan peristiwa dimana para Rasul telah berbahasa roh sebelum orang-orang banyak datang berkerumun. Baru beberapa saat kemudian, setelah turun bunyi, yakni setelah orang banyak mendengar suara-suara yang ribut, barulah orang banyak itu berkumpul dan menyaksikan para Rasul berbahasa roh. Pada saat itu para Rasul berbicara dalam bahasa-bahasa lain, bukan dalam bahasa mereka sendiri.
 
2. Apakah bahasa roh masih ada hingga kini ? Perdebatan ini dipicu oleh adanya pandangan yang mengatakan bahwa karunia bahasa roh sudah berhenti dan tidak diperlukan di dalam gereja. Pandangan ini memakai dasar Alkitab pada 1 Korintus 13:8-10 yang menyatakan bahwa Kasih tidak berkesudahan; …..bahasa roh akan berhenti; ……. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Menurut Peter Wagner, tokoh yang mendukung pernyataan di atas antara lain adalah Merrill Unger, John Walvoord dan John Mac Arthur. Namun pandangan ini ditentang oleh beberapa pemimpin seperti pendeta Jack Hayford dari Church on The Way, bahkan Michael Griffiths menyatakan bahwa pendapat yang mengatakan karunia-karunia Roh tertentu hanya berlaku pada zaman rasul-rasul, sudah sangat mirip dengan liberalisme<ref>C. Peter Wagner, Manfaat Karunia Roh, (Malang: Gandum Mas, 2005), hal.83-85.</ref>
 
3. Apakah bahasa roh itu hanya sekedar karunia roh atau suatu tanda dibaptis Roh Kudus ? Adanya pandangan yang mengatakan bahwa karunia berbahasa roh adalah merupakan tanda yang mutlak harus dimiliki oleh orang yang telah mengalami baptisan Roh Kudus, mengakibatkan ada yang menyimpulkan bahwa semua orang harus memiliki karunia bahasa lidah, jika tidak, maka orang tersebut dianggap belum dibaptis oleh Roh Kudus meski orang tersebut sudah bertobat. Kelompok ini berpendapat bahwa bahasa roh sangat penting karena dapat memberi kekuatan di dalam pelayanan dan kehidupan rohani seseorang. Bagi yang menentang pandangan di atas, beranggapan bahwa seseorang yang sudah bertobat sudah pasti menerima Roh Kudus, karena tanpa Roh Kudus tidak mungkin seseorang bisa mengalami pertobatan. Bahasa roh dianggap sebagai karunia yang tidak harus dimiliki oleh semua orang, karunia ini dianggap sebagai karunia yang tidak terlalu penting terutama kalau tidak disertai penafsiran karena tidak dapat membangun kerohanian orang lain.
 
Topik mengenai karunia bahasa roh adalah merupakan topik yang sangat berkaitan erat dengan Roh Kudus, sehingga sangat disayangkan jika perbedaan pandangan mengenai topik ini, justru menimbulkan perpecahan di dalam tubuh Kristus. Padahal menurut Billy Graham, Roh Kudus tidak pernah bertujuan menjadikan gereja terpisah-pisah, melainkan untuk mempersatukan gereja menjadi satu di dalam tubuh Kristus<ref>Billy Graham, Roh Kudus, Kuasa Allah dalam Hidup Anda, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2002), hal. 4. </ref>. Beliau juga berkata, “jika karunia bahasa roh disalahgunakan dan dijadikan alat untuk memecah belah, maka ada sesuatu yang tidak beres, yaitu Dosa telah memasuki tubuh Kristus”<ref>Ibid., hal. 275.</ref>
 
== Sejarah Singkat Dan Latar Belakang Surat I Korintus ==
Baris 26:
 
=== Latar Belakang Surat I Korintus ===
<ref>Donald C. Stamps, MA, M.Div (Ed), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang : Gandum Mas, 2008), hal. 1877-1878</ref>
 
a)Latar belakang
 
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu. Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
 
b)Tujuan
Baris 56:
Dalam Perjanjian Baru, bahasa roh berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “glossa” yang berarti lidah, organ tubuh yang digunakan untuk berbicara, dan kata kerja “laleo” yang berarti berbicara, berkata, mengeluarkan suara dari mulut. Kedua kata Yunani ini diartikan menjadi “glossolalia” yang artinya bahasa lidah. Jadi, penggunaan istilah “bahasa roh” kurang tepat untuk digunakan secara luas. Namun demikian dalam penulisan makalah ini, penulis tetap menggunakan istilah bahasa roh atau bahasa lidah dimana dalam penggunaan istilah ini maksud penulis adalah untuk menunjuk kepada istilah yang sama dengan pengertian “Glossolalia”.
 
Istilah “bahasa lidah”, “bahasa asing”, “bahasa roh”, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata yang sama yaitu “γλωσσα – glossa”, “lidah”. Markus 16:17 menulis “γλωσσαις λαλησουσιν καιναις ; glossais lalesousin kainais <ref>Pdt. Hasan Sutanto, D.Th, Perjanjian Baru Interlinear Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK), (Jakarta : Lembaga Alkitab Indonesia, 2006), hal. 290 </ref>“berbicara dengan lidah yang baru”; Kisah Para Rasul 2:4 menulis “lalein heterais glossais”, “berbicara dengan lidah yang lain”. Mulai Kisah Para Rasul 10:45 dan seterusnya tidak ada lagi kata “heteros” (yang lain) maupun “kainos” (yang baru), melainkan kata kerja λαλεω - laleo, "berbicara" dan “γλωσσα - glossa” "lidah”. Jadi, baik dalam Kisah Para Rasul maupun surat Korintus menggunakan kata dan ungkapan yang sama yang dewasa ini dikenal dengan “γλωσσολαλια – glossolalia.<ref>Karunia Bahasa Roh, (2013), Diakses dari situs http://www.sarapanpagi.org</ref>
 
Uraian di atas sejalan dengan pernyataan Paul Enns dalam bukunya The Moody Handbook of Theology jilid 1, antara lain mengatakan bahwa, bahasa lidah di Kisah Para Rasul dan Korintus adalah sama. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bahasa lidah di Korintus berbeda dengan yang ada di Kisah Para Rasul<ref>Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Jilid 1, (Malang : Literatur SAAT, 2006), hal. 336.</ref>. Artinya, ketika kita berbicara mengenai bahasa roh yang ada di dalam kitab Kisah Para Rasul, kita tidak bisa mengabaikan kitab 1 Korintus, begitu juga sebaliknya. Hal ini penting, karena ada yang mengangap bahwa bahasa roh yang ada di dalam kitab Kisah Para Rasul berbeda atau terpisah dengan yang ada di dalam kitab 1 Korintus. Tujuannya untuk membedakan bahasa roh sebagai tanda dan bahasa roh sebagai karunia. Namun uraian di atas menjelaskan bahwa keduanya adalah sama, tidak dapat dibedakan. Peter Wagner mendefinisikan bahasa roh sebagai kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota dalam tubuh Kristus<ref> C. Peter Wagner. Op. Cit., hal. 237-238.</ref> :
 
a.Untuk berbicara kepada Allah dalam suatu bahasa yang tidak pernah mereka pelajari.
 
b.Untuk menerima dan menyampaikan suatu pesan langsung dari Allah kepada umat-Nya melalui suatu ucapan yang diurapi.
 
Reinhard Bonke mendefinisikan bahasa roh sebagai “Bahasa sorgawi dan duniawi, yang diucapkan hanya oleh orang percaya seperti yang diberikan oleh Roh Kudus untuk mereka ucapkan”<ref>Reinhard Bonke, Mighty Manifestations, ( Surabaya : Majesty Books Publisher, 2006), hal. 243.</ref>.
 
Dari uraian-uraian mengenai definisi bahasa roh yang dikemukakan di atas, ada tiga hal penting yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan mengenai bahasa roh yaitu sebagai berikut :
 
a.Bahasa roh tidak diberikan kepada semua orang percaya
 
b.Bahasa roh bersumber dari Roh Kudus. Baik Reinhard Bonke maupun Peter Wagner sama-sama sepakat bahwa bahasa roh itu adalah merupakan suatu kemampuan supranatural yang diperoleh orang percaya sebagai pemberian ilahi (karunia roh), bukan sesuatu bahasa yang bisa dipelajari.
 
c.Bahasa roh adalah bahasa yang dipergunakan untuk berbicara kepada Allah dan untuk menyampaikan pesan Allah kepada manusia.
Baris 78:
=== Bahasa Roh Menurut I Korintus 12 - 14 ===
 
Kitab 1 Korintus 12-14 ini seluruhnya merupakan satu kesatuan yang isinya khusus membahas mengenai karunia-karunia roh. Munculnya surat Paulus kepada jemaat Korintus ini adalah karena Paulus mendapat kabar bahwa pola kehidupan jemaat di Korintus telah mengikuti kehidupan dunawi yang meniru gaya kehidupan orang-orang kafir. Padahal jemaat ini sangat meninggikan karunia bahasa roh melebih karunia lainnnya. Bagi Rasul Paulus, ini adalah kenyataan yang sangat bertolak belakang dimana kehadiran suatu karunia rohani tidak diikuti dengan kehidupan rohani yang memadai, sehingga perlu diluruskan.
 
Bagian kitab ini berkaitan erat dengan kitab Kisah Para Rasul yang isinya menceritakan suatu fakta yang terjadi pada masa peralihan dari Perjanjian Lama masuk kedalam Perjanjian Baru. Karunia roh yang ada di dalam pasal 14 adalah penjabaran dari pasal 12, sedangkan pasal 13 merupakan pasal yang menunjukkan Kasih sebagai dasar utama dari setiap karunia roh.
Baris 90:
3. Karunia roh diberikan kepada masing-masing orang percaya secara khusus sesuai dengan kehendakNya. Kehendak Allah atas setiap orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus adalah agar setiap anggota itu menjalankan tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana yang telah ditetapkanNya menurut panggilan masing-masing.
 
* Dalam ayat 11 ini dikatakan bahwa “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya”. Kalimat huruf cetak miring pada ayat tersebut menunjukkan bahwa Roh Kudus tidak memberikan tiap orang karunia yang sama. Mengenai hal ini juga ditekankan di dalam ayat sebelumnya (8-10) dimana alkitab mencatat ada 4 kali pengulangan kalimat “kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk…kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk….. Ini merupakan petunjuk yang dapat menjelaskan bahwa Roh Kudus memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang. Kata “menurut yang dikehendakiNya” menunjukkan bahwa dalam hal pemberian karunia roh, itu adalah merupakan kedaulatan Allah, sehingga kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk mendapatkannya, karena Tuhan pasti akan memberikan kepada siapa Dia mau memberikannya.
 
* Dalam ayat 29-30 Paulus mengajukan pertanyaan “Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh? Kata “mereka” yang dikemukakan oleh Paulus disini adalah menunjuk kepada jemaat sebagai anggota tubuh Kristus, yang terdapat pada ayat sebelumya. Bila dikaitkan dengan konteks satu tubuh banyak anggota, maka jawaban atas pertanyaan Paulus itu adalah “Tidak”.
 
* Dalam definisi yang dikemukakan oleh Peter Wagner mengenai bahasa roh, dikatakan bahwa bahasa roh sebagai kemampuan istimewa yang diberikan oleh Allah kepada beberapa anggota dalam tubuh Kristus. Ia berkata bahasa roh itu diberikan kepada beberapa orang saja, tidak kepada semua anggota tubuh Kristus. Beliau memberikan definisi ini karena meyakini bahwa karunia roh diberikan sesuai dengan panggilan masing-masing orang percaya. Karunia roh diberikan kepada kita tergantung dari panggilan yang kita miliki, bukan sebaliknya, karunia roh diberikan lalu panggilannya menyesuaikan. Penegasan lain yang menyatakan bahwa kepada orang percaya diberikan karunia-karunia yang berlainan terdapat dalam kitab Roma 12:6a yang berkata : “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita.” Donald Bridge & David Phypers menjelaskan bahwa berdasarkan kitab 1 Korintus 12:10 dan 30, Paulus secara jelas menyatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa roh adalah karunia yang diberikan kepada beberapa orang saja dan tidak kepada yang lain-lainnya.<ref>Donald Bridge & David Phypers, Karunia-Karunia Roh dan Jemaat, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hal. 143.</ref>
 
Baris 107 ⟶ 105:
 
* Tanpa penafsiran, maka karunia bahasa roh hanya digunakan secara pribadi untuk berkomunikasi dengan Allah, melalui doa, pujian dan ucapan syukur (ayat 2, 13-17, 27-28).
* Tanpa penafsiran, maka karunia ini menjadi tidak lebih penting dari karunia bernubuat, karena karunia bahasa roh tanpa penafsiran hanya dapat membangun diri sendiri (ayat 4) sedangkan karunia nubuat dapat membangun iman dan kehidupan rohani jemaat serta mendorong jemaat untuk setia di dalam Kristus (ayat 5, 12, 16-17, 19-26).
 
* Tanpa penafsiran, maka karunia ini menjadi tidak lebih penting dari karunia bernubuat, karena karunia bahasa roh tanpa penafsiran hanya dapat membangun diri sendiri (ayat 4) sedangkan karunia nubuat dapat membangun iman dan kehidupan rohani jemaat serta mendorong jemaat untuk setia di dalam Kristus (ayat 5, 12, 16-17, 19-26).
 
* Bahasa manusia yang dimengerti dan dapat mengajar orang lain lebih berguna dari pada bahasa roh yang tidak dimengerti dan tidak berpengaruh apa-apa bagi orang lain (ayat 6, 18-19)
 
Baris 118 ⟶ 114:
=== Kesimpulan ===
 
Berdasarkan hasil kajian teori dan teologis mengenai bahasa roh dan implikasinya terhadap jemaat, maka dapat disimpulkan bahwa :
 
1. Bahasa roh adalah merupakan karunia roh yang diberikan menurut kehendak Roh Kudus kepada beberapa orang percaya untuk menjalankan tugas dan fungsinya di dalam tubuh Kristus sesuai dengan panggilannya.
Baris 124 ⟶ 120:
2. Bahasa roh adalah merupakan salah satu bukti manifestasi Roh Kudus namun itu bukanlah satu-satunya. Manifestasi Roh Kudus tidak selalu ditandai dengan berbahasa roh, karena bahasa roh itu hanyalah salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus.
 
3. Munculnya bahasa roh yang terjadi dalam kitab Kisah Para Rasul tidak dapat dijadikan acuan bahwa baptisan atau kepenuhan Roh Kudus selalu diikuti dengan tanda Bahasa Roh, karena alkitab mencatat bahwa tidak semua orang yang dibaptis atau dipenuhi Roh Kudus berbahasa Roh.
 
4. Pengertian baptisan Roh Kudus berbeda dengan pengertian kepenuhan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus terjadi satu kali untuk selamanya yaitu pada saat pertobatan, sedangkan dipenuhi Roh Kudus dapat terjadi beberapa kali setelah pertobatan.
Baris 140 ⟶ 136:
1. Firman Allah mengajarkan bahwa setiap kita diberi karunia yang berbeda-beda sesuai panggilan, berarti dalam hidup kita sudah ada panggilan dan sudah ada karunia. Karena itu, sebelum kita lebih jauh tenggelam dalam paradigma harus memiliki bahasa roh dan mengejar karunia bahasa roh lebih dari karunia lainnya, adalah lebih baik bila kita meminta tuntunan Tuhan agar Dia menunjukkan panggilan dan karunia apa yang sudah Tuhan taruh atas hidup kita.
 
2. Karunia bahasa roh adalah pemberian Roh Kudus yang diberikan secara khusus menurut kehendakNya, karena itu kita harus menyadari bahwa kita tidak boleh memaksakan supaya orang lain memilikinya, karena itu adalah merupakan otoritas Tuhan.
 
3. Setiap praktek bahasa roh yang berasal dari Roh Kudus pastilah sejalan dengan Firman Allah. Oleh karena Firman Allah berkata bahwa untuk berbahasa roh kita harus menjaga ketertiban agar tidak kacau maka kitapun harus tertib, salah satu indikatornya yang dikemukakan Rasul Paulus adalah jangan gunakan tanpa disertai penafsiran.
 
4. Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena itu setiap kita yang memiliki karunia bahasa roh, harus mengingat bahwa karunia itu harus dapat membangun jemaat secara langsung dengan menyampaikan apa yang kita dapatkan dari Tuhan melalui karunia bahasa roh, dan secara tidak langsung melalui kesaksian hidup kita. Semakin sering berbahasa roh, hidup kita harus semakin menjadi garam dan terang bukan bagi diri kita sendiri tetapi bagi dunia. Semakin berbahasa roh, hidup kita menjadi semakin memancarkan cahaya kemuliaan Kristus.
 
== Catatan kaki ==