Buku Saku Farmakoterapi/Nyeri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Helito (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Helito (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 32:
 
=== Nyeri Neuropati atau Fungsional ===
Nyeri neuropati dan nyeri fungsional berbeda dengan nyeri nosiseptif, terlepas dari stimulus yang membahayakan atau proses perbaikan dan umumnya dikategorikan sebagai nyeri kronik. Nyeri neuropati merupakan akibat dari kerusakan saraf, sedangkan nyeri fungsional dinilai sebagai abnormalitas proses pada sistem saraf. Beberapa sindrom nyeri neuropati mis. Postherpetic neuralgia, diabetic neuropathy dan sindrom nyeri fungsional seperti fibromyalgia, Irritable Bowel Disease, nyeri kepala tipe ketegangan dan beberapa nyeri dada nonkardiak. Sebagian besar nyeri tersebut tidak teridentifikasi dan sulit untuk ditangani. Sebagai tambahan, laporan nyeri tidak dapat dibuktikan dengan pemeriksaan fisik.
 
Beberapa sindrom nyeri neuropati misal neuralgia pasca-herpes, neropati diabetik, dan sindrom nyeri fungsional seperti fibromyalgia, Irritable Bowel Disease, nyeri kepala tipe tegang, dan beberapa nyeri dada non-kardiak. Sebagian besar nyeri tersebut tidak teridentifikasi dan sulit untuk ditangani. Selain itu, laporan nyeri tidak dapat dibuktikan dengan pemeriksaan fisik.
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap nyeri neuropati dan nyeri fungsional dapt merupakan proses dinamis endogen dalam sistem saraf. Kerusakan saraf atau derajat penyakit tertentu dapat menimbulkan perubahan yang dapat terlihat pada nyeri inflamsi, eksitabilitas ektopik, peningkatan transmisi sensorik, pengaturan kembali struktur saraf dan hilangnya penghambatan modulasi nyeri.
 
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap nyeri neuropati dan nyeri fungsional dapt merupakan proses dinamis endogen dalam sistem saraf. Kerusakan saraf atau derajat penyakit tertentu dapat menimbulkan perubahan yang dapat terlihat pada nyeri inflamsi, eksitabilitas ektopik, peningkatan transmisi sensorik, pengaturan kembali struktur saraf, dan hilangnya penghambatan modulasi nyeri.
 
Secara klinis, pasien dengan transmisi nyeri spontan (umumnya digambarkan sebagai rasa terbakar, kesemutan) menunjukkan respon nyeri hebat terhadap stimulus berbahaya (hiperalgesia) dan atau respon nyeri terhadap stimulus tidak berbahaya (allodynia). Perubahan ini secara berangsur dapat menjelasakan mengapa tipe nyeri ini umumnya bermanifestasi lama setelah kerusakan aktual pada saraf atau ketika tidak ada luka aktual yang teridentifikasi.