Memahami Gangguan Bipolar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anta Samsara 2.0 (bicara | kontrib)
Second posting for the first draft.
Tag: perubahan_terbaru VisualEditor
Anta Samsara 2.0 (bicara | kontrib)
Tag: perubahan_terbaru VisualEditor
Baris 92:
Siklotimia atau gangguan siklotimik adalah gangguan yang lebih ringan dari bipolar. Orang yang mengalami siklotimia memiliki episode hipomania yang bolak-balik dengan depresi ringan selama dua tahun. Gejala-gejalanya tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk tipe bipolar manapun.
 
Beberapa orang memiliki diagnosa dengan gangguan bipolar siklus cepat, yaitu gangguan dengan empat episode atau lebih yang mencakup depresi mayor, mania, hipomania, atau gejala campuran dalam kurun waktu setahun.2<ref>Akiskal HS. “Mood Disorders: Clinical Features.” in Sadock BJ, Sadock VA (ed). (2005). ''Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry''. Lippincott Williams & Wilkins:Philadelphia.</ref> Beberapa orang mengalami lebih dari satu episode dalam seminggu, atau dalam satu hari. Gangguan bersiklus cepat lebih umum terjadi pada orang yang mengalami gangguan bipolar akut dan kemungkinannya lebih besar terjadi pada orang yang mengalami episode awal gangguan bipolar pada usia yang lebih muda. Suatu penelitian menemukan bahwa orang dengan orang yang mengalami gangguan siklus cepat mengalami episode pertama mereka empat tahun lebih awal, selama pertengahan ke usia remaja lanjut, daripada orang yang tanpa gangguan bersiklus cepat.<ref>Schneck CD, Miklowitz DJ, Miyahara S, Araga M, Wisniewski S, Gyulai L, Allen MH, Thase ME, Sachs GS. “The prospective course of rapid-cycling bipolar disorder: findings from the STEP-BD.” ''Am J Psychiatry''. 2008 Mar;165(3):370-7; quiz 410.</ref> Gangguan siklus cepat lebih banyak mempengaruhi wanita daripada pria.4<ref>Schneck CD, Miklowitz DJ, Calabrese JR, Allen MH, Thomas MR, Wisniewski SR, Miyahara S, Shelton MD, Ketter TA, Goldberg JF, Bowden CL, Sachs GS. “Phenomenology of rapid-cycling bipolar disorder: data from the first 500 participants in the Systematic Treatment Enhancement Program.” ''Am J Psychiatry''. 2004 Oct;161(10):1902-1908.</ref>
 
Gangguan bipolar cenderung memburuk apabila tidak diobati. Di sepanjang hidupnya, seseorang dapat mengalami episode akut yang lebih sering dan lebih akut daripada kemunculan penyakit tersebut yang pertama kali.5<ref>Goodwin FK, Jamison KR. (2007) ''Manic-Depressive Illness: Bipolar Disorders and Recurrent Depression'', Second Edition. Oxford University Press:New York.</ref> Juga, penundaan dalam mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang benar membuat orang tersebut mengalami masalah-masalah dalam ranah personal, sosial, dan pekerjaan.6<ref>''Constituency Survey: Living With Bipolar Disorder: How Far Have We Really Come?''National Depressive and Manic-Depressive Association. 2001.</ref>
 
Diagnosis dan pengobatan yang benar membantu orang dengan bipolar menuju kehidupan yang sehat dan produktif. Dalam banyak kasus, pengobatan dapat membantu mengurangi frekuensi dan keparahan episode yang dialami.
 
== '''<big>Penyakit Apakah yang Sering Berkomplikasi dengan Gangguan Bipolar?</big>''' ==
Penyalahgunaan zat sangat umum di antara orang dengan bipolar, akan tetapi kaitan antara dua hal ini tidak jelas.7<ref>Bizzarri JV, Sbrana A, Rucci P, Ravani L, Massei GJ, Gonnelli C, Spagnolli S, Doria MR, Raimondi F, Endicott J, Dell’Osso L, Cassano GB. “The spectrum of substance abuse in bipolar disorder: reasons for use, sensation seeking and substance sensitivity.” ''Bipolar Disord''. 2007 May;9(3):213-220.</ref> Sejumlah orang dengan bipolar mungkin mencoba menyembuhkan penyakitnya dengan alkohol dan obat-obatan terlarang. Bagaimanapun, zat terlarang dapat memicu atau memperpanjang gejala bipolar, dan gangguan pengendalian diri yang berkaitan dengan mania dapat membuat seseorang untuk minum minuman beralkohol terlalu banyak.
 
Gangguan kecemasan, seperti gangguan stress pasca trauma (''post traumatic stres disorder'', PTSD) dan fobia sosial, juga seringkali sama-sama terjadi pada orang dengan bipolar.<ref>Mueser 8-10KT, GangguanGoodman bipolarLB, jugaTrumbetta berkomplikasiSL, denganRosenberg gangguanSD, hiperaktivitasOsher pemusatanC, perhatianVidaver (''attention deficitR, hyperactivityAuciello disorderP,'' ADHD),Foy yangDW. memiliki“Trauma beberapaand gejalaposttraumatic yangstress salingdisorder tumpangin tindihsevere denganmental gangguanillness.” bipolar,''J sepertiConsult kegelisahanClin danPsychol''. perhatian1998 yang mudah teralihkanJun;66(3):493-499.
 
Strakowski SM, Sax KW, McElroy SL, Keck PE, Jr., Hawkins JM, West SA. “Course of psychiatric and substance abuse syndromes co-occurring with bipolar disorder after a first psychiatric hospitalization.” ''J Clin Psychiatry''. 1998 Sep;59(9):465-471.
Orang dengan gangguan bipolar memiliki resiko yang tinggi mengalami penyakit tiroid, sakit kepala (migren), penyakit jantung, diabetes, kegemukan, dan penyakit fisik lainnya. 10, 11 Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan gejala mania atau depresi. Penyakit-penyakit tersebut dapat juga merupakan akibat dari pengobatan gangguan bipolar (lihat bagian “Litium dan Fungsi Tiroid”)
 
Krishnan KR. “Psychiatric and medical comorbidities of bipolar disorder.” ''Psychosom Med.'' 2005 Jan-Feb;67(1):1-8.</ref> Gangguan bipolar juga berkomplikasi dengan gangguan hiperaktivitas pemusatan perhatian (''attention deficit hyperactivity disorder,'' ADHD), yang memiliki beberapa gejala yang saling tumpang tindih dengan gangguan bipolar, seperti kegelisahan dan perhatian yang mudah teralihkan.
 
Orang dengan gangguan bipolar memiliki resiko yang tinggi mengalami penyakit tiroid, sakit kepala (migren), penyakit jantung, diabetes, kegemukan, dan penyakit fisik lainnya.<ref>Krishnan KR. “Psychiatric and medical comorbidities of bipolar disorder.” ''Psychosom Med.'' 2005 Jan-Feb;67(1):1-8.
 
OrangKupfer denganDJ. gangguan“The bipolarincreasing memilikimedical resikoburden yangin tinggibipolar mengalamidisorder.” penyakit''JAMA''. tiroid,2005 sakit kepalaMay 25;293(migren20),: penyakit jantung, diabetes, kegemukan, dan penyakit fisik lainnya2528-2530. 10, 11</ref> Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan gejala mania atau depresi. Penyakit-penyakit tersebut dapat juga merupakan akibat dari pengobatan gangguan bipolar (lihat bagian “Litium dan Fungsi Tiroid”)
 
Penyakit-penyakit lainnya dapat mempersulit diagnosis dan pengobatan gangguan bipolar. Orang dengan bipolar seharusnya memonitor kesehatan jiwa dan raga mereka. Jika gejala-gejalanya tidak membaik, mereka seharusnya memberitahukan hal itu kepada dokternya.
Baris 113 ⟶ 119:
Gangguan bipolar cenderung terjadi apabila ada faktor keturunan, maka para peneliti mencari gen yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami penyakit tersebut. Gen adalah “blok bangunan” dari pewarisan keturunan. Gen membantu mengontrol bagaimana tubuh dan otak untuk tumbuh serta bekerja. Gen terkandung di dalam sel yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
 
Anak dengan satu orang tua yang mengalami gangguan bipolar memiliki kecenderungan empat hingga enam kali lebih besar untuk mengembangkan penyakit tersebut, jika dibandingkan dengan anak yang keluarganya tidak memiliki riwayat gangguan bipolar.12Akan<ref>Nurnberger JI, Jr., Foroud T. “Genetics of bipolar affective disorder.” ''Curr Psychiatry Rep''. 2000 Apr;2(2):147-157.</ref> Akan tetapi, kebanyakan anak dengan keluarga yang memiliki riwayat gangguan bipolar tidak akan mengalami gangguan tersebut.
 
Penelitian genetik tentang gangguan bipolar kini dapat terbantu dengan kemajuan teknologi. Jenis penlitian ini kini lebih cepat dan menjangkau lebih jauh daripada di masa yang lalu. Salah satu contoh adalah peluncuran ''Bipolar Disorder Phenome Database'', yang didanai sebagian oleh NIMH (National Institute of Mental Health, Institut Nasional Kesehatan Jiwa). Menggunakan database ini, para ilmuwan akan lebih mampu untuk mengaitkan antara tanda-tanda yang kelihatan dari gangguan ini dengan gen yang mungkin mempengaruhinya. Sejauh ini, para periset menggunakan database ini telah menemukan bahwa sebagian besar orang dengan bipolar memiliki/mengalami:13<ref>Potash JB, Toolan J, Steele J, Miller EB, Pearl J, Zandi PP, Schulze TG, Kassem L, Simpson SG, Lopez V, MacKinnon DF, McMahon FJ. “The bipolar disorder phenome database: a resource for genetic studies.” ''Am J Psychiatry''. 2007 Aug;164(8):1229-1237.</ref>
 
* Pekerjaan yang terbengkalai karena penyakit mereka.
Baris 131 ⟶ 137:
 
=== '''<big>Struktur otak dan keberfungsiannya</big>''' ===
Studi pencitraan otak membantu para ilmuwan dalam mempelajari apa yang terjadi pada otak orang dengan bipolar.14<ref>Soares JC, 15Mann JJ. “The functional neuroanatomy of mood disorders.” ''J Psychiatr Res''. 1997 Jul-Aug;31(4):393-432.

Soares JC, Mann JJ. “The anatomy of mood disorders–review of structural neuroimaging studies.” ''Biol Psychiatry''. 1997 Jan 1;41(1):86-106.</ref> Perangkat pencitraan otak yang baru, seperti pencitraan resonansi magnetis fungsional (''functional magnetic resonance imaging'', fMRI) dan ''positron emission tomography'' (PET), memungkinkan para peneliti untuk mengambil gambar otak hidup yang sedang bekerja. Peranti ini membantu para ilmuwan mempelajari struktur dan aktivitas otak.
 
Beberapa studi pencitraan menunjukkan bagaimana otak orang dengan bipolar berbeda dari otak orang yang sehat atau dari otak orang yang mengalami gangguan kejiwaan yang lain. Sebagai contoh, salah satu studi dengan menggunakan MRI menemukan bahwa pola perkembangan otak pada anak dengan bipolar ternyata mirip dengan gangguan pada anak dengan “gangguan dengan hendaya multi-dimensional,” sebuah gangguan yang menimbulkan gejala yang saling tumpang-tindih dalam satu dan lain hal dengan gangguan bipolar dan skizofrenia.16<ref>Gogtay N, Ordonez A, Herman DH, Hayashi KM, Greenstein D, Vaituzis C, Lenane M, Clasen L, Sharp W, Giedd JN, Jung D, Nugent Iii TF, Toga AW, Leibenluft E, Thompson PM, Rapoport JL. “Dynamic mapping of cortical development before and after the onset of pediatric bipolar illness.” ''J Child Psychol Psychiatry''. 2007 Sep;48(9):852-862.</ref> Ini menunjukkan bahwa pola umum dari perkembangan otak dapat berkaitan dengan resiko umum untuk ketidakstabilan alam perasaan.
 
Penggalian yang lebih dalam mengenai perbedaan-perbedaan ini, sejalan dengan informasi yang didapatkan dari studi genetis, membantu para ilmuwan memahami lebih baik tentang gangguan bipolar. Pada suatu hari mungkin para ilmuwan dapat memprakirakan jenis pengobatan yang mana yang bekerja paling efektif. Bahkan mungkin mereka akan menemukan cara untuk mencegah gangguan bipolar.