Memahami Gangguan Bipolar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pemberian catatan kaki. |
|||
Baris 107:
Krishnan KR. “Psychiatric and medical comorbidities of bipolar disorder.” ''Psychosom Med.'' 2005 Jan-Feb;67(1):1-8.</ref> Gangguan bipolar juga berkomplikasi dengan gangguan hiperaktivitas pemusatan perhatian (''attention deficit hyperactivity disorder,'' ADHD), yang memiliki beberapa gejala yang saling tumpang tindih dengan gangguan bipolar, seperti kegelisahan dan perhatian yang mudah teralihkan.
Orang dengan gangguan bipolar memiliki resiko yang tinggi mengalami penyakit tiroid, sakit kepala (migren), penyakit jantung, diabetes, kegemukan, dan penyakit fisik lainnya.<ref>Mueser KT, Goodman LB, Trumbetta SL, Rosenberg SD, Osher C, Vidaver R, Auciello P, Foy DW. “Trauma and posttraumatic stress disorder in severe mental illness.” ''J Consult Clin Psychol''. 1998 Jun;66(3):493-499.</ref>,<ref>Strakowski SM, Sax KW, McElroy SL, Keck PE, Jr., Hawkins JM, West SA. “Course of psychiatric and substance abuse syndromes co-occurring with bipolar disorder after a first psychiatric hospitalization.” ''J Clin Psychiatry''. 1998 Sep;59(9):465-471.</ref>,<ref>Krishnan KR. “Psychiatric and medical comorbidities of bipolar disorder.” ''Psychosom Med.'' 2005 Jan-Feb;67(1):1-8.</ref> Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan gejala mania atau depresi. Penyakit-penyakit tersebut dapat juga merupakan akibat dari pengobatan gangguan bipolar (lihat bagian “Litium dan Fungsi Tiroid”)
Penyakit-penyakit lainnya dapat mempersulit diagnosis dan pengobatan gangguan bipolar. Orang dengan bipolar seharusnya memonitor kesehatan jiwa dan raga mereka. Jika gejala-gejalanya tidak membaik, mereka seharusnya memberitahukan hal itu kepada dokternya.
|