Bahasa Roh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hidayatsrf (bicara | kontrib)
k →‎Latar Belakang Masalah: clean up, replaced: sekedar → sekadar using AWB
Sabjan Badio (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
=== Latar Belakang Masalah ===
 
Di tengah-tengah perkembangan gereja abad modern ini, terdapat banyak perbedaan-perbedaan doktrin yang belum terpecahkan. Salah satu yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah mengenai perbedaan pandangan dan praktekpraktik bahasa roh. Dari semua karunia roh yang tercatat dalam Perjanjian Baru, karunia inilah yang paling banyak menimbulkan pertentangan pendapat yang berakibat timbulnya perpecahan yang tajam ditengah-tengah umat Kristen Perdebatan-perdebatan seputar bahasa roh yang hingga saat ini masih diperdebatkan antara lain adalah :
 
1. Adanya pandangan yang mengatakan bahwa yang terjadi dalam peristiwa Pentakosta bukanlah mujizat perkataan (bahasa lidah) melainkan mujizat pendengaran. Pandangan ini mengatakan bahwa orang-orang yang hadir yang berasal dari berbagai bangsa mengalami mujizat dapat mendengar perkataan para Rasul dalam bahasa mereka masing-masing. Pendapat ini telah mendapat bantahan dari tokoh Kristen Gregorius<ref>W. G. Putman, BA, BD, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004), hal. 133</ref> yang mengatakan bahwa apa yang dituliskan dalam Kisah Para Rasul 2 ayat 4 menunjukkan peristiwa dimana para Rasul telah berbahasa roh sebelum orang-orang banyak datang berkerumun. Baru beberapa saat kemudian, setelah turun bunyi, yakni setelah orang banyak mendengar suara-suara yang ribut, barulah orang banyak itu berkumpul dan menyaksikan para Rasul berbahasa roh. Pada saat itu para Rasul berbicara dalam bahasa-bahasa lain, bukan dalam bahasa mereka sendiri.
Baris 21:
=== SEJARAH ===
 
PraktekPraktik bahasa roh sudah ada sejak zaman para Rasul yaitu sejak peristiwa Pentakosta yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul 2. Dalam peristiwa ini para Rasul berkata-kata dalam berbagai bahasa, dan orang banyak dari berbagai rumpun bangsa terheran-heran karena mereka mendengar perkataan para Rasul dalam bahasa asal mereka. Dalam dua peristiwa berikutnya karunia bahasa roh juga terjadi pada orang-orang percaya yang bukan keturunan Yahudi, yaitu peristiwa yang terjadi di Kaisarea, di rumah seorang perwira pasukan Italia bernama Kornelius dalam Kisah Para Rasul 10 dan peristiwa yang terjadi di Efesus dalam Kisah Para Rasul 19. Pengalaman berbahasa roh yang terdapat di dalam kitab Kisah Para Rasul inilah yang menjadi dasar munculnya gerakan yang mengutamakan Roh Kudus yang saat ini dikenal dengan aliran Pentakosta dan kemudian Kharismatik. Kelompok ini meyakini bahwa bahasa roh sebagai sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh seseorang yang telah mengalami baptisan Roh Kudus.
 
Dalam perkembangannya, semangat kelompok Pentakosta dan Kharismatik semakin banyak menarik petobat-petobat baru dan orang-orang Kristen yang haus dan lapar akan kebenaran. Perkembangan kelompok ini menjadikan karunia bahasa roh menjadi karunia yang paling kontroversial di antara semua karunia roh yang ada, bahkan berdampak menimbulkan perdebatan dan perpecahan. Alkitab mencatat bahwa pada zaman para Rasul fenomena bahasa roh ini juga pernah menjadi perdebatan ditengah-tengah jemaat Korintus, penyebabnya adalah sikap yang meninggikan karunia berkata-kata dengan bahasa roh sedemikian rupa sehingga karunia-karunia roh lainnya dan orang-orang yang tidak memiliki karunia bahasa roh diremehkan. Hidup mereka yang mengutamakan karunia bahasa roh, namun tidak disertai dengan kehidupan rohani yang benar telah mendorong Paulus melalui suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus ini untuk mengajar mereka tentang bahasa roh dan aplikasinya ditengah-tengah jemaat. Untuk menghindari perpecahan seperti yang terjadi di Korintus ini, tentu saja pengajaran mengenai bahasa roh yang dikemukakan Rasul Paulus di atas juga perlu untuk dimengerti dan diaplikasikan ditengah-tengah jemaat pada masa kini.
Baris 138:
2. Karunia bahasa roh adalah pemberian Roh Kudus yang diberikan secara khusus menurut kehendakNya, karena itu kita harus menyadari bahwa kita tidak boleh memaksakan supaya orang lain memilikinya, karena itu adalah merupakan otoritas Tuhan.
 
3. Setiap praktekpraktik bahasa roh yang berasal dari Roh Kudus pastilah sejalan dengan Firman Allah. Oleh karena Firman Allah berkata bahwa untuk berbahasa roh kita harus menjaga ketertiban agar tidak kacau maka kitapun harus tertib, salah satu indikatornya yang dikemukakan Rasul Paulus adalah jangan gunakan tanpa disertai penafsiran.
 
4. Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena itu setiap kita yang memiliki karunia bahasa roh, harus mengingat bahwa karunia itu harus dapat membangun jemaat secara langsung dengan menyampaikan apa yang kita dapatkan dari Tuhan melalui karunia bahasa roh, dan secara tidak langsung melalui kesaksian hidup kita. Semakin sering berbahasa roh, hidup kita harus semakin menjadi garam dan terang bukan bagi diri kita sendiri tetapi bagi dunia. Semakin berbahasa roh, hidup kita menjadi semakin memancarkan cahaya kemuliaan Kristus.