Sejarah Kesehatan Jiwa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anta Samsara 2.0 (bicara | kontrib)
Anta Samsara 2.0 (bicara | kontrib)
Baris 243:
Tidak seperti layanan yang dijalankan oleh profesional kesehatan jiwa, yang biasanya berlandaskan pada model medis, layanan berbasiskan rekan-sebaya memegang prinsip bahwa individu-individu yang memiliki pengalaman yang mirip dapat membantu diri mereka sendiri dan juga membantu para penyintas lain melalui kegiatan swa-bantu dan dukungan yang saling menguntungkan (''mutual support''). Banyak dari individu yang mengelola kelompok-kelompok awal ini mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai ''penyintas kesehatan jiwa''. Kelompok-kelompok mereka mengambil nama seperti '''Insane Liberation Front''' and '''Network Against Psychiatric Assault'''. Mereka melihat sistem kesehatan jiwa sebagai bersifat melemahkan diri mereka.
 
Pada dasawarsa 1980-an, individu-individu yang menganggap dirinya sebagai konsumen dari layanan kesehatan jiwa telah memulai mengelola kelompok-kelompok advokasi/kelompok swa-bantu dan menjalankan layanan yang dikelola oleh rekan-sebaya. Ketika berbagi tentang tujuan-tujuan dari gerakan-gerakan awal ini, konsumen tidak melakukan upaya-upaya untuk menghapuskan sistem kesehatan jiwa konvensional, yang mereka percaya sebagai masih dibutuhkan, namun mereka mancarimencari cara untuk melakukan reformasi terhadapnya. Kelompok-kelompok konsumen menyemangati anggota-anggota mereka untuk mempelajari sebanyak mungkin mengenai sistem kesehatan jiwa sehingga mereka mampu untuk meraih akses menuju layanan dan pengobatan terbaik yang tersedia. Penerima layanan kesehatan jiwa menuntut kendali atas pengobatan dan mulai memiliki pengaruh terhadap sistem kesehatan jiwa di masyarakat. Mereka seringkali mempromosikan model pemulihan (''recovery model'') yang lebih memiliki ruang untuk pilihan-pilihan personal, alih-alih model medis (''medical model'') yang menganggap bahwa kebutuhan dari satu pengalam ke pengalam yang lainnya dianggap sama.
 
Apakah mereka menyebut diri mereka sebagai ''penyintas'' ataupun ''konsumen'', para pengalam kejiwaan telah memulai sebuah perubahan yang sama. Dan jika dilihat dalam rangkaian sejarah kesehatan jiwa secara keseluruhan, maka wacana yang mereka lakukan telah menciptakan dialog dalam kerangka waktu, antara para penyembuh dan orang yang disembuhkan yang sifatnya paternalistik yang telah dimulai sejak zaman pra-sejarah, menjadi sebuah dialog di mana suara-suara para pengalam merupakan pertimbangan yang tidak boleh dilupakan gaungnya.