Sejarah Kesehatan Jiwa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 168:
Pertimbangan mengenai pembiayaan secara cepat menggantikan idealisme. Asilum/rumah sakit jiwa tidak lagi merupakan sesuatu yang mencerminkan suasana keluarga dalam sebuah rumah seperti yang disarankan oleh gerakan ''terapi moral'', namun menjadi sangat menurun kualitas suasananya menjadi serba-terabaikan dan minimalis. Menjadi ada penerapan yang sangat kuat dalam hal keamanan, penahanan, dinding-dinding yang tinggi, pintu-pintu yang selalu tertutup, pengasingan dari masyarakat, dan pengekangan secara fisik.<ref name=":13" /> Tercatat dalam sejarah bahwa hanya ada kegiatan terapeutik yang sangat sedikit, obat lebih dianggap sebagai menjalankan kepentingan administratif saja, serta hanya untuk menangani gejala-gejala yang sifatnya fisik alih-alih merupakan sebuah terapi untuk gangguan kejiwaan.<ref name=":13" /> Harapan akan munculnya kondisi-kondisi untuk perawatan kejiwaan yang lebih baik telah terhancurkan sama sekali karena kondisi-kondisi yang demikian.
Pada pergantian abad ke-20, banyak rumah sakit menjadi sangat mirip dengan gudang penyimpanan.
'''Clifford Beers''' (1876-1943), salah satu orang dengan gangguan jiwa yang pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan kualitas yang buruk seperti itu, menulis ''A Mind that Found Itself'' (1908), yang menggugah banyak orang untuk mengubah kondisi-kondisi dalam perawatan kejiwaan yang semacam itu. Pada masa-masa inilah lahir sebuah istilah yang disebut sebagai ''mental hygiene'' (sanitasi jiwa) yang merupakan istilah yang kelak berkembang menjadi ''kesehatan jiwa''.<ref>"Mental Hygiene". http://www.faqs.org/childhood/Me-Pa/Mental-Hygiene.html. Diakses pada tanggal 23 September 2020 pukul 23.14 WIB.</ref>
|