Analisis/Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rtnf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Rtnf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
#Deskripsi latar : Makassar (Tepi pantai, Pulau Laya-Laya, orang Mandar, kota Mengkasar, lapangan Karibosi, Gunung Lompobatang, Gunung Barakaraeng, Pelabuhan Makassar, Kampung Baru, Kampung Mariso)
#Zainuddin, 19 tahun, mengingat pesan ayahnya yang sudah wafat. Ayahnya dulu pernah menjelaskan bahwa dia adalah orang Minang, khususnya di Batipuh, Sapuluh Kota, Padang Panjang.
#Flashback : Backstory ayah Zainuddin
##Tiga puluh tahun yang lalu, di batipuh, ayah Zainuddin (bergelar "Pandekar Sutan"), adalah keponakan Datuk Mantari Labih (datuk adalah tokoh pimpinan adat di Minangkabau). Karena ia tidak memiliki saudara perempuan, maka menurut adat Minang, harta warisan ibunya dikelola oleh dia bersama-sama dengan pamannya (paman dalam bahasa Minang disebut dengan "mamak") : Datuk Mantari Labih.
##Datuk suka menghabiskan harta warisan Sutan. Sedangkan Sutan sendiri dilarang untuk menggunakan harta warisan itu. Sutan ingin menggadaikan harta warisan itu untuk modal pernikahannya, namun tetap saja ditolak oleh Datuk. Padahal, harta warisan Sutan dijual oleh Datuk untuk biaya pernikahan anaknya sendiri.
##Saat pertemuan di "rumah besar" (rumah gadang) bersama dengan para mamak-mamak yang lain, Sutan berusaha untuk memprotes, memprotes "kezaliman" yang dilakukan Datuk kepadanya. Datuk pun naik darah. Sambil melompat, Datuk mengeluarkan kerisnya untuk menyerang Sutan. Namun, Sutan diberi julukan "Sutan Pendekar" bukan tanpa alasan. Sutan berhasil menancapkan belatinya ke lambung kiri Datuk lebih dulu, mengenai jantungnya.
##