Habis Gelap Terbitlah Terang/Surat-surat dalam tahun 1900: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bennylin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Bennylin (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 549:
Kami menyangka, yang kami telah mengenal engkau dan keadaanmu, tetapi sebenar-benarnya kami tidak tahu peri halmu sedikit juga! Kami menyangka mempunyai kemauan, 'suatu kemauan yang 'keras sebagai besi dan kami sangka diri kami kuat dan sanggup memindahkan gunung............Tetapi, bila kami melihat air mata orang yang berdukacita itu,maka lemahlah kekuatan kami.
 
Boléhkah saya menceriterakan kepada nyonya suatu ceritera, yang tidak menarik dan menyukakan hati, melainkan menjemukan, panjang dan berulang-ulang, dan memaksa nyonya berhati sabar ? Lebih dulu saya minta kepada nyonya, supaya nyonya memberi maaf saya, bila ceritera itu nanti membosankan nyonya dan menghabiskan waktu. Saya berani menceriterakan itu kepada nyonya, karena nyonya telah menulis kepada saya: "Tulislah surat kepada saya sebanyak-banyak dan sepanjang-panjang engkau dapat membuatnya."
 
Ah, kalau nyonya ketahui lebih dulu, yang kebaikan nyonya itu akan dirusakkan, tentulah tutur kata yang merdu di atas itu tidak akan nyonya keluarkan.
Baris 613:
Pintu sekolah dibelakangnya telah tertutup dan rumah orang tuanya suka dan riang menerima dia.........Rumah itu besar, pekarangannya luas sekali, tetapi dinding yang mengelilingi pekarangan itu tinggi dan tebal. Tempat yang empat segi dan tertutup itulah yang akan datang menjadi dunia dan alamnya.
 
Bagaimana 'sekalipun luas dan bagus serta penuh kesenangan sebuah sangkar, maka ia tinggal S A N G K A RSANGKAR juga pada pemandangan burung yang dikurung dalamnya!
 
Telah lalu! hari mudanya yang manja itu telah lalu! sekalian keriangan yang dikecapnya pada masa kecilnya, telah lalu. Tetapi dirasanya dirinya masih anak-anak, sebenarnyapun ia masih anak-anak; tetapi adat negerin ya membilang dia dengan segera masuk bilangan seorang yang telah sampai 'umur. Padanya tidak ada sérokan yang lébar yang tidak dapat dilompatinya, dan tidak ada pohon tinggi yang tidak dipanjatnya dan iapun tidak
Baris 685:
 
Tetapi dekat bapanya tentulah si kakak tiada berani menggoda si adik tadi, karena bapa' sekali-kali tidakkan mau mengizinkan hal yang demikian, dan lagi si kakak itu tahu, yang si Ni tidak mau mengadukan dia, sebab Ni bukannya si pengumpat. Akan orang-orang lain yang serumah dengan dia dan melihat perselisihan itu setiap hari, membiarkan saja de­ngan berdiam diri, meskipun meréka itu tahu, yang 'si adik menurut jalan yang benar. Si adik perempuan itu menjadi kasar dengan tiada berhingga, karena si kakak selalu menerbitkan kekerasan itu padanya. Kekasaran si adik amat sangat,
sehingga ia berani mengatakan "tidak", bila si kakak menyebutkan "ia" biarpun ia masih muda, dan si kakak jauh lebih tua. Seorang anak perempuan tidak boléh mempunyai hak yang akan merugikan seorang laki-laki dalam sebarang perkara. Hak seorang anak perempuan hanyalah barang sesuatu yang diizinkan baginya oléh kakak laki-lakinya yang tidak loba. Beberapa tahun kemudian, ketika Ni teringat akan perselisihan itu, mengertilah ia, mengapa laki-laki sangat loba. Mulai dari waktu kecilnya, si ' laki-laki telah diajar menjadi loba, mula-mula sekali oléh ibunya. Sejak kecilnya diajar ia memandang anak perempuan sebagai seorang machluk yang rendah kedudukannya dari padanya. Bukankah selalu didengar oléh si Ni, ibunya, atau saudara perempuan ibunya atau
sahabat kenalannya peirempuan-perempuan mengatakan de­ngan suara yang menghinakan: "seorang gadis, hanya seorang anak perempuan saja?" jadi perempuan sendiri yang mengajar si laki-laki menghinakan perempuan. Darah Ni pun mendidih, bila ia mendengar seorang perempuan memperbincangkan seorang gadis dengan suara yang merendah dan menghinakan itu.
 
Baris 705:
perasaannya yang halus itu.
 
O, maut! mengapakah engkau dinamakan orang musuh yang amat ditakuti? Bukankah engkau yang meiepaskan ma­nusia dan hidup yang bengis itu ? Ni tentu akan memohonkan terima kasih padakau dan dengan sukacita mengikutmu!
 
Tidak seorang jua, yang menunjukkan kepada Ni, kemdahan dan kemuliaan hidup diluar kejahatan dan kekejiannya itu. Adat-adat Bumiputera mengharuskan, supaya anak dan orang tua jangan «terlalu beramah-ramahan. Mereka itu boléh dan dapat 'juga berjinak-jinakan dan bera­mah-ramahan, tetapi berjinak-jinakan yang sungguh-sungguh seperti pada kebanyakan bangsa Eropa antara anak dan orang tuanya, tidak boléh jadi. Ni mencinta dan menyayangi
Baris 751:
terima kasih, lagi mengajar dia memberi orang lain dengan tiada mengharap pemberian orang yang lain itu kembali.
 
Empat tahun lamanya waktu telah lalu; orang yang tiada dalam pikirannya tentulah menyangka, bahwa waktu itu berjalan senang dan sentosa saja, tetapi meréka yang tajam penglihatannya tentu mema'lumi, bahwa waktu itu bagi Ni waktu peperangan adanya, lahir dan batin. Dalam tiga tahun i uitu banyaklah yang dipelajarinya, yakni: memerintah diri sen­diri, berhati sabar dan tidak lebih dulu memikirkan untuk diri sendiri saja, tetapi berserah diri belumlah dipelajarinyadan iapun tidak sanggup mempelajari itu. Dalam kepalanya selalu bercabul dan berkacau pikiran yang bimbang dan gundah gulana disertai oléh penglihatan yang berkelilingnia dan yang terjadi pada tempat yang lain-lain.
 
Sekalian itu menyedihkan hatinya dan menjadikan darahnya mendidih. Suara yang datang dari tanah Eropa yang jauh itu yang tertera dalam kitab-kitab, surat-surat bulanan dan surat-surat kabar serta warkah-warkah dari sahabat-sahabatnya bangsa Belanda menambahi bimbang pikirannya itu dan suara itu masuk ke dalam hati nubarinya.
Baris 791:
berjumpa lagi dengan kami, anak-anak nyonya, bila kelak nyonya telah meninggalkan kami. Sekarang kami rasa sukacita kami menjadi susut. Makin lama makin kami ketahui, bahwa kami sekarang tidaklah seperti dahulu lagi. Pengetahuan dan keinsafan itulah menjadi suatu benda yang mendukakan hati kami.
 
0, hidup! apakah yang telah engkau perbuat atas anak-anak perempuan mama Mies, dan apakah jadinya anak-anak gadis itu sekarang? Kemanakah perginya kegembiraan kami yang amat besar itu? Karena kegembiraan yang tidak dapat dinilai itulah maka kami dapat sampai keseberang lautan kesusahan, dan kegembiraan itu wajib kami taruh senantiasa untuk mengarungi rimba raya dalam dunia penghidupan yang akan kami tempuh tentulah dengan s o e s a h susah dan s o e k a rsukar. Kemanakah perginya kerajinan dan kegirangan kami yang menghiburkan hati selalu mau bekerja, dan yang ba­nyak menghasilkan berbagai-bagai percintaan? Kemanakah perginya si penglipur hati yang menghilangkan dan melupakan jemu dan bosan yang tertera dalam kitab kamus?
 
Tiap-tiapnya, yang selama mi kami indahkan dan menggirangkan hati kami, semuanya sekarang telah meninggalkan kami. Wahai, ma' Mies, dapatkah tuan memikirkan, bahasa tidak adalah orang yang lebih celaka dari pada orang yang tidak tentu tujuan maksud hidupnya?
Baris 801:
bercendawan di tempat yang sunyi. Gambar-menggambar, musik, jahit-menjahit, masak-memasak, berkirim-kiriman surat, ya, sedangkan baca-membaca yang dahulu menjadi bagian hidup kamipun sekarang telah kami abaikan. Kami boléh dikatakan telah menjadi orang yang semalas-malasnya semasa ini. Wajib kami memaksa diri sendiri akan menghabiskan membaca suatu kitab kecil. Suatu paksalah rasanya bagi kami sekarang baca-membaca itu, sedang dahulunya itulah suatu kesukaan yang amat sangat bagi kami, lebih dari yang lain. O, ma', demikianlah kemunduran kami sekarang. Kemanakah perginya kemauan dan kekuatan kami dahulu itu? Sungguh tidak dapatlah diceriterakan bagaimana penanggungan kami ini, yang disebabkan oléh kelalaian dan kesia-siaan yang menyerang kami.
 
Kami seolah-olah tidak bekerja sedikit juga. Dan jikalau ada apa-apa yang perlu kami perbuat, maka kami kerjakanlah keperluan itu seperti mesin saja. Apakah kiranya yang ku­rang bagi kami? Sakit kamipun tidak. Boléh jadikah agaknya sekalian itu disebabkan oléh kesengsaraan yang telah kami tanggungkan dahulu ? O! Kesedihan hati! Kesakitan itu sungguh kadang-kadang tidak dapat ditahani! Akan penolak bahaya itu wajiblah kami hendaknya menaruh barang sesua­tu, terutama ialah suatu pekerjaan tetap, yang menarik hati kami semata-mata, yakni pekerjaan yang tidak sempat membiarkan diri untuk memikirkan kesengsaraan, meskipun
barang sekejap mata sekalipun! Itulah suatu upaya yang baik, yang akan dapat membangunkan pikiran kami yang telah
tertidur itu, dan yang sanggup mengembalikan kemauan hati kami yang telah melayang itu. Dalam bekerja, disitulah tersembunyi upaya itu. Kenang-kenangan kepada beringin sangat-sangat akan mendapat kerja yang kasihi, itulah yang mendukakan hati kami benar. Kami sangat beriba hati, bila kami merasa yang badan sendiri berhati mau dab kuat akan bekerja, tetapi oléh karena untung malang, kemauan dan kesukaan itu tidak dapat dilangsungkan !
Baris 814:
regén?" Dan setelah mendapat jawab, ia bertanya lagi kepada anak nyonya ini: "Sukakah engkau menjadi guru kepala sekolah itu?" Si anak tiada berkata apa-apa melainkan dibuangnya mukanya ketempat lain, supaya bapa dan residén yang duduk berhadapan dekat kami, tidak dapat melihat mata si anak, yang telah siap dengan segala gambar cita-cita yang tersembunyi dihatinya itu. Ia tiada berjanji akan mendiamkan kehendak dan cita-citanya itu, tetapi ia tidak tahu, bahwa bapanya tidak suka, yang si anak memperbincangkan hal itu dengan orang lain. Dalam segala hal harus nama bapa' dipeliharakan, dan percakapan yang tersebut di atas ini ialah sebagai suatu mimpi, yang menakuti dan mengerikan bapa.......
 
"Kami sedianya wajib menjadi anak laki-laki, dan kalau demikian boléhlah kami menjadi laki-laki yang kukuh," itulah perkataan yang acap kali kami dengar, sehingga jemulah telinga kami mendengarnya. jikalau benar hal itu dan ada bagi kami sifat-sifat yang boléh menjadikan kami laki-laki yang kukuh, apakah sebabnya maka kami sebagai keadaan kami sekarang ini, tidak boléh menjadi p e r e m p o e a nperempuan yang kukuh dan perkasa? Atau mestikah hendaknya orang menaruh otak, yang asing zat-zat yang menjadikannya, untuk cétakan lakilaki yang kukuh dan perkasa itu? Atau barangkali tidak bergunakah perempuan yang berani dan kukuh didunia ini?" Tetapi mémanglah sudah jadi nasib kami perempuan yang sedemikian; yakni kami perempuan Jawa ini harus terutama bersifat patuh, penurut dan mesti berserah diri saja. Kami sebenarnya boléh disamakan dengan tanah liat, yang dapat diperbagai-bagaikan orang bangunnya, menurut seperti kehendak laki-laki sahaja. Tetapi apakah gunanya kita memperbincangkan keadaan itu? Kalau demikian tidak adalah ubahnya seperti orang menyayangi kapal yang tenggelam, dan mengatakan apakah sebabnya maka kapal itu tiada ditinggalkan saja dipelabuhan ? Karena kalau demikian tentulah ia tidak akan tenggelam. Dan lagi dengan salah-menyalahi dan membongkar segala kesalahan dan menyelidiki siapa yang bersalah, sekali-kali tidak dapatlah kita menolong, supaya kapal itu jangan tenggelam. Tetapi bila kita membanting tulang, bekerja keras memberi pertolongan dan memompa air pada tempat yang bocor, niscaya boléhlah kecelakaan itu tertolak; kalau tidak demikian dilakukan terbaiklah orang membiarkan dirinya mati lemas saja......................................................................
 
Pada setahun yang baru lalu ini saja perasaan hidup kami lebih banyak dari pada perasaan pada tahun-tahun yang lain, sama sekali dikumpulkan.
Baris 841:
ceriterakan kepadamu yang saya cinta dan sayang kepada bapaku. tidak tahulah saya entah adalah kiranya keberanian dalam diriku hendak memajukan kemauanku itu, bilamana saya ketahui, yang saya kelak dengan keberanian itu akan merusakkan hatinya yang cinta dan sayang padaku itu.
 
Saya mencintai bapakku dengan cinta yang tiada berhingga. Bapaku telah tua, telah berambut putih, putih rambutnya itu ialah karena .memeliharakan kami, dan memeliharakan saya. Dan jika sekiranya adalah seorang di antara kami yang patut mendapat celaka, biarlah saya yang menanggung celaka itu. Demikianlah kerélaan yang tersembunyi dalam hatiku; karena mustahillah saya akan beruntung, meskipun saya men­dapat kebébasan, kemerdékaan dan tegak sendiri, kal au sekira­nya saya dalam hal itu mencelakakan .dan merusakkan hati bapaku. "Adakah engkau maium benar bahwa hal itu ialah hal keadaan yang amat sukar?" katamu kepadaku. O ya, de­ngan sebenarnya! Saya sendiripun telah membayang-bayangkan kepadamu dahulu, betapa mudahnya berbuat demikian, dan dengan girang hatiku mangatakannya témpoh itu,
tetapi sekarang
 
Baris 933:
Dengan héran tuan Directeur itu bertanya kepadaku: "Betulkah Radèn Ajeng meminta sekolah yang demikian? Bagaimanakah kemauan tuan? cobalah ceritakan kepadaku, hendak jadi apakah tuan?, dokter?" Saya merasai ketika itu segala mata terhadap kepadaku, lebih-lebih mata orang tuaku serasa membakar mukaku, maka sayapun lalu menundukkan kepala. Dalam telingaku mendengung-dengung dan mendesir-desir sebagai suramu, Stella, yang mengatakan kepadaku: "Kartini, beranikan dirimu, jangan gentar!"
 
Cobalah tuan katakan, hendak menjadi apa yang tuan sukai? O, Saya tahu tuan hendak menjadi pengarang, tetapi untuk hal itu tidak lah usah diajari lagi. Sebab kalau tuan hendak menjadi pengarang, dapatlah tuan menolong diri sendiri!" kata tuan Directeur itu pula.
 
Untuk belajar, sayang waktunya itu bagiku telah lalu; walaupun demikian dalam hal itu saya tidak boleh mengejapkan mata, tetapi saya wajib berani memandang keatas dan menentang kemuka.
Baris 989:
kesalahanku. Engkau berkata yang engkau tidak dapat mengerti apa sebabnya orang wajib kawin. Engkau selalu memperlawankan mesti dengan "mau". Itu benar, tetapi saya sendiri tidak dapat memperlawankan itu, karena cintaku kepada bapakku bukan sedikit. Apalagi tidak sanggup saya, karena saya tahu,
perboaatan itu boléh mendatangkan sengsara yang amat
berat kepadanya. Apa-apa saja yang hendak saya buat sekarang, bukanlah saya pandang seperti suatu "kewajiban", te­tapi hanyalah kerja itu mendatangkan suka "bapak." Saya menulis, menggambar, dan bekerja sekalian itu karena bapak berbesar hati sebab itu. Saya akan bekerja keras dan dengan sungguh hati akan membuat barang sesuatu yang baik, yang boléh meriangkan hatinya. Stella, engkau tentu akan mengatakan saya gila, berlebih-lebihan, tetapi itulah yang dapat saya perbuat, supaya bapakku tetap menyayangi dan mengasihi saya. Saya tentulah akan berdukacita amat sangat, bila bapak­-ku melawani maksudku untuk mencari kebébasan, tetapi lebih-lebih lagi dukacitaku, bila sekiranya kehendakku sampai, dan dalam hal itu kasih sayang melayang dari tubuhku.
Kasih sayang itu mémanglah tiada akan hilang, saya tidak percaya ia akan lenyap sama sekali, perbuatanku itu tentulah merusakkan hatinya. Dari perbuatan orang lain barangkali dapat ia menahan kecéwa itu, tetapi dari saya tentulah akan melukai hatinya, karena ia lebih menyayangi dan mengasihi saya dari pada orang yang lain. Kepada bapaku, cinta dan sayangku bukan buatan! Stella, alangkah ajaibnya halku ini? Seorangpun boléh dikatakan tidak pernah menggoda dan mendukacitakan saya, tetapi saya selalu ada berpenanggungan. O! perasaan yang dalam, itulah penanggunganku,
tetapi tidak lain lagi kehendakku ialah penanggungan itu. Meskipun penanggungan itu melukai hatiku, tetapi iapun kadang-kadang memberi bahagia yang tidak ada hingganya kepadaku. Betapa besarnya bahagia itu tidak dapatlah pula dikira-kirakan oléh jauhari dan bijaksana.
Baris 995:
==Augustus 1900 (II)==
 
Saya bertanya kepada bapak: "Sekarang kalau kami tidak boléh pergi kenegeri Belanda, boléhkah saya pergi ke Betawi belajar 'ilmu dokter?" Bapak menjawab dengan ringkas dan baik: "Anakku wajib, tidak boléh melupakan yang engkau anak Jawa dan sekarang belum boléh anak perempuan menurut jalan itu ............ boléh jadi 20 tahun lagi keadaan itu akan bertukar, ............ tetapi sekarang belumlah boléh ............atau kalau diturut juga tentulah engkau akan mendapat k e s o e s a h a nkesusahan, ............ karena dalam hal ini tentulah eng­kau anak perempuan pertama-tama sekali." Bapaku tentulah tidak dapat menentukan hal itu dengan sekejap mata. Bapakku tentulah lebih dahulu akan memikirkannya pand yang lébar dan bermusyawarat dengan orangorang lain. Itulah suatu tanda yang menyatakan, bahasa bapa semata-mata tidak menolak buah pikiranku? dan bapapun tahu juga yang saya setiap masa dan ketika selalu hendak jadi bébas, merdéka dengan tegak sendiri, ia pun tahu juga yang saya tidaklah akan beruntung dalam hidup perkawinan seperti adat yang lazim sekarang. Setelah itu saya bertanya lagi: "Tetapi apabila sekolah anak perempuan Bumiputera yang akan dibuat oléh tuan Mr. Abendanon itu sampai terdiri, boléhkah saya menjadi guru disitu?"
 
Dan lagi saya ceriterakan pula lebih panjang, apa-apa yang telah diminta oléh nyonya Abendanon kepadaku, dan apa-apa yang lain, yang dikenangkannya juga.
Baris 1.010:
tentang kesayangan bapak kepadaku, ia merasa dan hidup betul-betul bersama-sama dengan anaknya. Sayapun ma'lum kalau saya menanggungkan suatu kesusahan, maka bapak sendiri lebihlah menanggungkan hal itu dari pada saya; dan harapannya sama-sama besar dengan pengharapanku, tentang menantikan suatu keputusan yang memberi kebajikan di­ atas diriku.
 
O, ta dapat saya rencanakan betapa hatiku bersuka raya, bersimaharajaléla, waktu saya mendapat ketentuan yang berbahagia itu, yakni ketika saya mengetahui, bahasa bapakku yang kucintai dan aku sayangi itu meluluskan buah pikiran, kehendak dan keinginanku dengan tidak m e n d o e k a k a nmendukakan dirinya sendiri!
 
Oléh karena memikirkan bapaklah maka saya merasa diriku putus asa, dan berbulan-bulan lamanya pikinanku bimbang dan lemah, ya, takut-takutan, karena saya sekali-kali tidak sampai hati akan merawankan hatinya. Sekalian itu mestilah saya lakukan demikian, karena saya sekali-kali tidak mau, tidak suka merendahkan kehormatan hati dan darajat kemanusiaan pelempuan yang ada dalam diriku. Saya harus melawani segala maksud meréka itu yang akan menghinakan perempuan. Saya perlu sekali dalam hal itu, dan tidak boléh berdiam diri saja. Sebenar-benarnya mémanglah keras dan hébat peperangan dalam hatiku pada masa itu. O, bapak sekarang telah berkawanlah dengan saya, karena itulah kesusahan yang sebesar-besarnya sekarang telah terhapus pula, dan alangan yang sebesar-besarnyapun telah lenyaplah. Karena saya tahu bahasa bapa ada disisiku, sekarang saya tidak gentar dan tidak ngeri lagi, melamkan dengan suka dan riang, dengan langkah yang ringan dan tersenyum-senyum dapat pergi menentangi musuh.
Baris 1.036:
 
Dahulu saya belajar adalah dengan mudah............. saya tidak pernah tercécér di belakang............. tetapi antara dahulu
dengan sekarang telah amat lama. Sekalian yang telah saya pelayari disekolah perubel, saya telah lupa. Waktu 'umurku dua belas setengah tahun, tatkala itulah saya meninggalkan sekolah itu. Tetapi kalau m a o emau, hampir semuanya boléh dapat, bukan, ma'? Dalam segala hal saya akan mengusahakan diri dan akan bekerja keras. Doakanlah saya oléh tuan kedua. Moga-moga hatiku tetap selalu, cukup dengan kemauan dan keberanian yang hidup, hai kekasihku! Sekarang semuanya dengan tulus dan ichlas telah saya ceriterakan kepada tuan, o, ma'ku! Bagaimana pikiran tuan ke­
dua tentang sekalian hal itu? Katakanlah dengan terang kepadaku buah pikiran tuan kedua, saya semata-mata anak tuan, dan tuan tahu, betapa besarnya saya hargai buah pikran tuan kedua.
 
Baris 1.047:
 
Mémang menjadi suatu kelobaan yang terlampau kepadaku, karena saya akan menjadikan nyonya seorang kawan yang sama-sama bepercintaan. Percintaan itu kutaruh, kusembunyikan dalam kalbuku dan mendatangkan keriangan kepadaku, tetapi kepada nyonya, nyonya menjadi..........................kedukaan! jadi dukacita itulah yang saya berikan kepada sekalian meréka yang sayang kepadaku! O, sekarang maulah saya berteriak keras mengatakan kepada nyonya, karena saya sangat cinta kepada nyonya: "Lepaskanlah saya, dan tariklah diri serta kasih nyonya kembali dari saya! Buanglah saya dalam ingatan tuan! dan dari hati nyonya!
Biarkanlah saya berperang sendiri! O, Allah Tuhan yang kaya, rupanya tiadalah nyonya tahu berapa dalamnya dan besarnya lubang, yang nyonya hamburi karena nyonya mengasihiku! Biarkanlah saya sendiri! Biarkanlah saya selalu sukur kepada Allah, karena saya telah menerima kasih sayang dan pertolongan dari nyonya; bahwa nyonyalah jua yang menyimpangkan jalan hidupku kejalan yang telah nyonya taburi dengan intan permata dan bunga-bungaan. Misalkanlah perjumpaan kita yang sudah² sebagai kapal-kapal yang bersabung dilautan luas, pada malam gelap gulita. Kita berjumpa dalam kelam, beri-memberi selamat dengan riang, kemudian tampaklah jediak kapal dimuka air, dan sesudah itu hilanglah sekaliannya! Tetapi saya takut, saya tahu bahasa nyonya tidak s a n g g o e psanggup berbuat sedemikian, meskipun nyonya boléh berbuat laku begitu. Lebih baik tidak usahlah saya panjangkan kalam tentang itu.
..................................................................................
 
Baris 1.141:
==2 November 1900 (II)==
 
Suatu rahsia yang penting sekali hendak kubisikkan kepada nyonya, kekasihku yang dicinta, saya berharap sangat dan percaya, yang rahsia ini sedikit hari lagi tidak akan menjadi rahasia lagi! O, saya sangat beruntung! Peluklah saya dengan kedua belah tangan, dan rengkuhlah mukaku kehati nyonya, ciumlah kepalaku dan ucapkan selamat kepadaku, o kekasihku! Bukanlah kenang-kenangan yang hampa dan tidaklah mimpi yang kosong yang saya kejar itu, dengarlah oléhmu, ma', saya telah m e m b é b a s k a nmembebaskan diriku dan boléh t e g a k s e n d i rtegak isendiri! Saya boléh menjabat pekerjaan! Sejak kemarin saya merasa diriku seakan-akan tidak hidup lagi, tetap, rasanya tempatku jauh dari rumah yakni dalam surga bahagia dan rahmat!
 
Saya boléh! Saya boléh! Saya boléh! telah beribu-ribu kali saya ulangi kata itu dan selalu hendak saya ulangi lagi'