Habis Gelap Terbitlah Terang/Prakata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bennylin (bicara | kontrib)
Bennylin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
{{rule|width=6em}}
 
{{c|<big>'''PERMULAAN KALAMPRAKATA.'''</big>}}
 
{{rule|width=6em}}
 
Penduduk tanah Hindia tentu banyak yang kenal akan S. P. tuan Mr. Abendanon, DirecteurDirektur vanPendidikan, OnderwiysAgama, Eeredienst endan NiyverheidPerindustrian, yang telah berhenti dan sekarang bertempat di kota den Haag di tanah Belanda. Tuan itu seorang Belanda yang tidak tahukenal akan jerih payah, jika akan bekerja untuklelah menolong memajukan tanah Hindia dan penduduknya. Sejak dahulu waktu yang muliabeliau masih di Hindia, sampai sekarang di tanah Belanda selalu beliau berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk kebaikan dan keselamatan Bumiputera tanah Hindia. Siapa yang dahulu membaca surat kabar ''Bintang Hindia'', tentulah ada membaca buah pikiranpemikiran tuan Abendanon semasa beliau masih menjabat pangkat DirecteurDirektur vanPendidikan, O.Agama, E.dan en N.Perindustrian di Hindia. Buah pikiranPemikiran tuan Abendanon itu diurai dan dipaparkan oléh engku Dr. Abdul Rivai yang déwasa itu menjadi Hoofdredacteurkepala s.k.redaksi surat kabar ''Bintang Hindia''.
 
BanyaklahBanyak jasa dan kebaikan tuan Abendanon kepada kita penduduk tanah Hindia; tetapi hal itu tidak usahlahusah diperbincangkandibicarakan lebih lanjut; hanyalah ''satu'' dari pada kebaikannya itu yang perlu dipaparkan dan yang berguna untuk kita ini. Tuan Abendanon sesuai sekali pikirannya dengan Radèn Ajeng Kartini tentang maksud hendak memajukan tanah Hindia. Pertimbangannya itu ialah:
 
"Jikalau sekiranya tanah Hindia betul-betul hendak dimajukan, bukanlahbukan hanya laki-laki saja, tetapi perempuan-perempuan bangsa BumiputerapunBumiputera wajiblahpun wajib dimajukan pula, karena dari pada perempuanlah keluar bermula-awal mula pendidikan akan anak-anak yang kelak akan menjadi besar. Oléh sebab itu haruslah pula perempuan beroléh pendidikan yang baik dan berbudi pekerti yang sempurna."
 
Buah pikiranPemikiran itulah menyuruhyang membuat tuan Abendanon mengumpulkan surat-surat R. A. Kartini, dan menjadikan diadijadikan sebuah kitabbuku dan menyuruh mencétak kitab itudicetak, supaya bangsa Belanda boléh tahu hal-hal apakah yang dapat memajukan penduduk tanah Hindia. Tetapi pekerjaan itu belumlah cukup, bila bangsa Belanda saja yang mengetahui hal itu; bangsa R. A. Kartini sendiripunsendiri pun wajib pula mengetahui apa yang patut diperbuat oléhharus meréka itulakukan untuk memajukan diri meréka itu sendiri. Oléh karena itulah, tuan Abendanon meminta kepada kami menerbitkan kitabbuku ini dengan bahasa Melayu.
 
Pekerjaan menerjemahkan itu suatu pekerjaan yang berat; sungguhpun demikian, kami tidak dapat menolak permintaan itu, karena hal itu kami pandang suatusebagai sebuah kewajiban pada kami dan harus dengan segera kami lakukan.
 
Setelah pikiran kami bulat akan mengerjakan pekerjaan yang berat itu, maka kami hadapkanmengajukan permintaan kepada CommissieKomisi voorUntuk deBacaan VolkslectuurRakyat di Betawi, kalau-kalau CommissieKomisi itu sukamau mencétak kitabbuku yang hendakakan diterjemahkan itu. Pada bulan Februari 1917 kami mendapat surat dari CommissieKomisi yang tersebut, bahwa mereka dengan segala sukasenang hati majelis itu sudiakan mencétak kitabbuku ini. Dengan besar hati kami dan tuan Abendanon serta kamipun mengucap terima kasih kepada CommissieKomisi voorUntuk deBacaan VolkslectuurRakyat atas kesudian itu.
 
Kepada bangsa kami, bangsa Hindia, kami berharap dan meminta, supaya iaAnda akansudi mempunyaimendapatkan kitabbuku ini dan membacanya sungguh-sungguh.
 
Akhirnya kami hadapkan péna kami kepada pembaca-pembaca kitabbuku ini serta kami minta pertolongan, mudah-mudahan tuan-tuan sudimau akan memberi tahukanmemberitahukan kepada kami kesalahan yang terdapat dalam kitabbuku ini, supaya pada cétakan yang kedua kesalahan itu dapat diubah.
 
{{right|PENYALINPENERJEMAH.}}