Wikibuku:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Damayantidwi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: suntingan sumber
Cerpen
Tag: Dikembalikan
Baris 1:
Aku Bisa Menolong Ibu yang Sakit Jantung
= <div style="text-align: center;">'''<big>Bak Pasir</big>''' </div>=
 
Ani terkejut melihat Ibunya terjatuh di depan pintu kamar mandi. Ia langsung lari menghampiri ibunya dan berusaha membangunkannya dengan menepuk-nepuk pipi dan memanggil-manggil namanya, “Ibu… bangun Ibu…”
 
Tapi, Ibunya tak sadarkan diri. Ani langsung teringat kata-kata Ayahnya yang memintanya segera menelepon jika terjadi apa-apa dengan Ibunya.
 
Ani langsung berlari ke kamarnya, mengambil handphone dan menelepon Ayahnya. Sambil terbata-bata dan menangis ia menceritakan kejadian yang menimpa Ibunya,”Ayah…. Ibu… Ibu jatuh di depan kamar mandi.”
<div style="border:0; -moz-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.35); -webkit-box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.35); box-shadow: 0 1px 3px rgba(0, 0, 0, 0.35); -moz-border-radius: 7px; -webkit-border-radius: 7px; border-radius: 7px; background: #fff; background: -moz-linear-gradient(top, #fff 75%, #E5E5E5 100%); background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, color-stop(75%,#fff), color-stop(100%,#F5F5F5)); background: -webkit-linear-gradient(top, #fff 75%,#F5F5F5 100%); background: -o-linear-gradient(top, #fff 75%,#E5E5E5 100%); background: -ms-linear-gradient(top, #fff 75%,#F5F5F5 100%); background: linear-gradient(top, #fff 75%,#fff 100%); height:auto; padding-left:10px; padding-right:10px; padding-bottom:5px; padding-top:5px; margin:5px 5px 5px 5px; {{{style|}}}">
 
Ayahnya pun berupaya menenangkan Ani, “Tenang Ani… Ayah akan segera menelepon ambulance untuk membawa Ibu ke rumah sakit. Sekarang, coba kamu panggil tetangga depan atau sebelah rumah, Pak Joni atau Bu Indra minta tolong untuk mengangkat Ibu ke tempat tidur.”
== Prolog ==
Senang bisa bertemu dengan sahabat semua, yang setia berkunjung di ruang ini. Berikut ini menulis sebuah cerita fiktif, bilamana terdapat kesamaan nama tokoh, nama tempat, hanya sebuah kebetulan, atau hasil imajinasi si penulis kisah ini. '''Menanti Ketidakpastian''' adalah judul yang ingin di sampaikan sesuai jalan cerita yang ada di pikiran sang penulis. Dalam konteks ini, ketidakpastian yang dimaksud sangat universal, tetapi penulis akan mengerucutkan dengan kisah penantian terhadap sebuah pertemuan sehingga tokoh yang akan memerankan kisah ini, antara tokoh utama yang terlibat langsung dengan sebuah ikatan janji untuk bersama dengan seseorang yang menunggu ketidakpastian. Agar bisa menjadi inspirasi.
 
“Iya Ayah..,” Ani pun langsung berlari keluar rumah meminta tolong kepada tetangganya Pak Joni ataupun Bu Indra yang memang merupakan wiraswasta sehingga bekerja di rumah.
== {{Message box|backgroundcolor = #FFF5EE|image = Face-smile.svg|heading = Bab 1}} ==
 
Siang itu, sekitar pukul 11.30 WIB, dokter Dhani selesai memeriksa Ibunya Ani yang sudah terbaring di tempat tidur di RS Mulia Kasih.
 
Dengan raut wajah tenang, ia pun menoleh dan berkata kepada Ani, “Ani… anak yang pintar, untung saja kamu segera menelepon Ayahmu. Ibumu tadi terkena serangan jantung. Jika telat 5 menit saja, ibumu mungkin sudah tidak tertolong. Sekarang Ani tenang ya…”
 
Dengan berlinangan air mata Ani pun berterimakasih kepada Dokter Dhani yang sudah menolong Ibunya. Ibunya memang sudah beberapa kali terkena serangan jantung ringan. Karenanya, Ani dan beberapa tetangganya sudah dipersiapkan untuk melakukan langkah pertolongan pertama jika terjadi serangan jantung pada Ibunya. Bahkan, Ani pun sudah diajarkan Ayahnya untuk melakukan pertolongan bantuan dasar atau resusi jantung paru, mengantisipasi jika ambulance datang terlambat.
Caption Foto: Teknik Bantuan Dasar yang perlu dikuasai untuk pertolongan pertama terhadap penderita sakit jantung. [[File:Teknik Bantuan Hidup Dasar atau PCR.jpg|thumb|]]
 
Tak lama kemudian Ayah Ani datang ke ruangan Dokter Dhani. Dengan napas tersenggal karena habis berlari berusaha secepatnya datang, ia bertanya kepada Dokter Dhani, “Dokter, bagaimana kondisi istri saya? Saya berusaha secepat mungkin saat jam istirahat untuk izin keluar sebentar dari kantor untuk menengok istri saya.”
 
Dokter Dhani tersenyum, “Bapak tenang ya… Istri Bapak sudah melewati masa kritis. Tapi, sekarang agar tidak terjadi serangan jantung lagi, Bapak dan Ani harus benar-benar menjaga pola makan Ibu.”
 
Sambil menuliskan resep obat, Dokter Dhani kembali berkata, “Sebaiknya istri Bapak tidak makan beras putih ya pak, lebih baik diganti beras merah atau jagung atau gandum. Perbanyak makan kacang-kacangan, dan buah-buahan seperti apel, anggur, atau beri.”
 
“Apa akhir-akhir ini istri Bapak stress atau ada pikiran yang memberatkannya?” Dokter Dhani bertanya sambil menyerahkan resep ke Ayah Ani.
 
Sambil menerima resep tersebut, Ayah Ani berkata, “Tidak juga sih dok. Tapi, kemarin ibunya Ani makan mie pedas sama keripik kentang. Udah gitu dia minum kopi manis. Ngidam katanya. Jadi cukup banyak makannya dok. Apa gara-gara itu ya istri saya terkena serangan jantung?”
 
“Wah… bisa jadi itu penyebabnya. Kentang dan mie merupakan hidrat arang yang kurang baik untuk dikonsumsi penderita sakit jantung coroner. Kopi juga bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, tidak baik kalau dikonsumsi terlalu banyak oleh istri Bapak. Jadi sebaiknya dihindari, ya Pak… Tapi…, sudah diperiksa apakah istri Bapak hamil?”
Caption Foto: Mie dan kopi merupakan beberapa jenis asupan makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari penderita sakit jantung.
[[File:Kopi meningkatkan tekanan darah.jpg|thumb|Kopi meningkatkan tekanan darah]]
[[File:Mie goreng manis.jpg|thumb|Mie goreng manis]]
 
Ayah Ani tersenyum tersipu, “Sudah sih dok, tapi negatif. Biasa… kalau lagi ingin sesuatu, istri saya itu selalu bilang ngidam biar dibolehin.”
 
“Haha… lain kali harus dilarang ya pak. Soalnya ini untuk kesehatan dia juga. Ani juga bisa bantu jaga kesehatan ibunya,” sambil tersenyum. Dokter Dhani pun memandang Ani yang tadi datang bersama ayahnya.
 
“Siap dokter. Ani pasti nanti bakal marahin Ibu kalau dia makan mie lagi,” ujar Ani sambil tersenyum lebar. Ani juga bakal bantu-bantu Ibu biar gak terlalu capek di rumah.”
 
“Anak pintar…,” Ayah Ani dan Dokter Dhani serentak berkata sambil tertawa.
 
Beberapa hari kemudian, Ibu Ani sudah dinyatakan sehat dan kembali pulang ke rumah. Ani yang senang sekali dengan kepulangan ibunya, sudah membersihkan rumah dan menyiapkan masakan sehat sepulangnya dari sekolah.
 
Meski baru berusia 10 tahun, Ani sudah diajarkan orangtuanya untuk memasak beberapa jenis makanan dan membersihkan rumah.
 
“Ani… Ibu pulang…,” suara Ibu dan Ayahnya membuat Ani bergegas lari ke depan rumah.
 
Sambil memeluk Ibunya, Ani berteriak lirih kegirangan, “Ibu… selamat datang kembali di rumah. Sini Ani bantu bawa barang-barang Ibu.”
 
Ani pun segera meraih tas kecil yang dibawa ibunya, soalnya tas yang besar sudah dibawa Ayahnya yang saat itu izin ke kantor untuk piket di malam hari.
 
“Ibu, lihat… Ani sudah memasak nasi pake beras merah dan ikan salmon buat ibu makan. Pasti enak deh bu.. Soalnya kan sesuai resep yang Ibu ajarin ke Ani,” ujar Ani sambil mengajak Ibunya ke ruang makan.
 
Ibunya pun tertawa kecil, “Waduh… Ani memang pintar. Wah… sepertinya lezat ini.. tapi… kita makannya nanti ya… ini baru jam 12 soalnya… setengah jam lagi lah kita makan bareng-bareng, sebelum Ayah berangkat kerja.”
 
“Siap komandan,” kata Ani sambil memeluk ibunya. “Pokoknya, Ani akan selalu menolong Ibu biar gak kecapekan dan gak sakit lagi. Seperti yang Ibu dan Ayah selalu ajarkan ke Ani.”
 
“Terimakasih ya Ani. Ibu sangat sayang sama Ani. Semoga Ibu gak kena serangan jantung lagi dan kita bisa hidup sehat dan bahagia selalu ya …. “ ujar Ibu Ani sambil mengusap-usap kepala anaknya.
 
= Menanti Ketidakpastian =