Wikibuku:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farika RL (bicara | kontrib)
Telur memang jenis bahan makanan yang mudah diolah menjadi olahan apa saja. Tidak heran, di kulkas selalu ada telur yang disediakan oleh Mama. Tapi Mama punya kebiasaan unik dengan kulit telurnya, yang selalu disimpannya dalam tempat khusus. Hingga suatu hari, Mama kehilangan kulit telur ayam yang sudah dikumpulkannya. Siapa gerangan yang mengambilnya?
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
Kulit Telur Ayam: Hadiah Untuk Mama
PENJAGA RUPIAH
 
Pagi ini Affan berangkat ke sekolah dengan cemberut. Kue bekal yang sudah disiapkan mama tadi pagi tidak dibawanya ke sekolah. Begitu pun dengan botol air minumnya juga ditinggalkan begitu saja di meja makan.
 
Ya, Affan sudah tidak mau lagi membawa bekal dari rumah. Dia malu diledeki sama teman-temannya yang sudah tidak lagi membawa bekal.
 
"Cieee, ini cewek atau cowok yeee?" ucap Fian dan genks nya dengan nada mengejek dan ke arah Affan. Ya, banyak teman laki-laki yang sudah tidak lagi membawa bekal ke sekolah. Mereka lebih suka membeli jajanan di koperasi sekolah atau di kantin Mbok Munah. Kecuali anak-anak perempuan yang hanya empat orang saja yang masih suka makan bekal dari rumah. Dan, tentunya Affan juga, satu-satunya anak laki-laki yang masih membawa bekal makanan dan minuman dari rumah.
 
Sebenarnya, Pak Ridho lebih menyarankan anak-anak untuk membawa bekal dari rumah, karena makanan lebih terjaga secara kebersihan dan pemilihan jenis makanannya. Tetapi, bagi Fian dan genks kecilnya suka mengolok-olok teman-teman yang membawa bekal sebagai anak Taman Kanak-kanak, anak kelas satu, atau bahkan sebagai anak perempuan. Itulah makanya, banyak anak-anak di kelas Affan yang tidak lagi membawa bekal makanan dan minuman. Tapi, kata Mama, Affan harus tetap membawa bekal makanan dan minuman dari rumah.
 
Karena malu, Affan kadang tidak membuka bekal makanan dan minumannya dari rumah. Dia membiarkan bekalnya di dalam tas dan memakannya jika sudah pulang ke rumah.
 
Tetapi tadi pagi, Affan sedang merasa kesal karena kesiangan, dan dia menjadi marah kepada Mamanya yang masih menyuruhnya membawa bekal lagi. Padahal, semalam Affan sudah menjelaskan kepada Mama kalau Affan tidak akan kelaparan di sekolah. Bukankah di sekolah juga ada kupon makan siang?
 
"Affan, apakah engkau sudah paham dengan penjelasan Bapak Nak?" Terdengar suara Pak Ridho yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya. Affan menjadi gugup dan tergagap. Dia menoleh ke arah Pak Ridho dengan lesu dan menghela nafas panjang.
 
"Ma maaf Pak, saya tidak mendengarkan penjelasan Bapak" ucapnya pelan.
 
"Apakah engkau sedang sakit?" tanya Pak Ridho.
 
Affan menggelengkan kepalanya.
 
"Cieeee, ada yang sedang mencari bekalnya nih Pak," ujar Fian dengan suara keras dari bangkunya. Terlihat dia membawa kotak bekal Affan di tangannya. Affan segera berdiri menuju Fian dan mengambil kotak makanannya.
Bukankah dia tadi sudah meninggalkannya di rumah? Mengapa sekarang ada di tangan Fian?
 
"Wah, hari ini bekalan apa Affan? Bapak juga punya bekal untuk dimakan pada jam istirahat nanti." ujar Pak Ridho.
 
Affan tidak menjawab. Dia juga mengabaikan suara riuh teman-temannya yang mengarah kepadanya. Dia hanya berpikir mengapa kotak makanan dan minuman itu ada di dalam tasnya. Bukankah dia sudah meninggalkannya di rumah?
 
"Baiklah anak-anak. Kita kembali belajar tentang siklus hidup lingkungan ya. Nanti akan ada kegiatan yang menyenangkan buat kalian," ujar Pak Ridho.
 
Affan benar-benar masih heran dengan keberadaan kotak makanannya yang tiba-tiba ada di dalam tas. Dia tidak bisa menikmati pelajaran di sekolah hari ini. Bahkan saat Annisa menyapanya pun, tidak membuat Affan bersemangat.
 
Sepulang sekolah, hari sudah sore. Ya, Affan menyelesaikan sekolahnya sampai pukul empat sore. Setelah sholat Ashar berjama'ah dan muroja'ah hafalannya bersama Ustadz Khoiri, Affan baru pulang ke rumah.
 
Sesampai di rumah, Affan melihat Mama sedang mencari-cari sesuatu di halaman sebelah kiri.
 
"Assalamu'alaikum Ma" salamnya kepada Mama.
 
"Wa'alaikum salam" jawab Mama dengan muka penasarannya.
 
Di tangannya terlihat sapu lidi bertangkai panjang yang biasa digunakan untuk membersihkan halaman depan.
 
"Ayo masuk segera masuk rumah. Sudah menjelang petang," ujarnya seraya menggantungkan sapunya pada tembok di ujung halaman. Ah, Affan jadi ingat cerita nenek sihir yang suka bawa sapu buat terbang. Tapi dia segera membuang ingatannya tersebut dari kepalanya.
 
Sesampai di kamarnya, Affan membuka bekal makanan tadi pagi. Sebenarnya makanan yang dibikin Mama sangat sederhana. Tapi selalu diselipi sayuran di dalamnya yang diolah sedemikian rupa, sehingga bisa dimasukkan ke dalam makanan cemilan buat bekal. Dan, yang pasti selalu ada telur di dalamnya. Entah itu irisan telur rebus, dibikin telur dadar dan Affan tidak tahu namanya.
 
= <div style="text-align: center;">'''<big>Bubinya Kaylar</big>''' </div>=