Jawaban Kerinduan
'Jawaban kerinduan'
Tokoh : Iloy /Faradilla, Aira, Nenek/Menna, Ayah/Bapak, Yumna.
Lokasi : kota Makassar dan kab.Gowa, Sulawesi - Selatan
Sinopsis :
Iloy adalah anak perempuan yang tinggal di kota Makassar, bersama nenek dan kakeknya. Sudah dua tahun ia tidak lagi tinggal bersama orang tua dan saudaranya. Pada akhir pekan saja, Iloy dapat berkumpul bersama mereka. Hal tersebut membuat Iloy, sangat rindu untuk dapat berkumpul lagi dengan orang tuanya, sebagaimana tatkala orang tuanya masih tinggal di rumah nenek Iloy. Iloy pun menjadi anak yang perasa dan sering melawan, untuk menunjukkan perasaannya, bahwa ia juga ingin berkumpul bersama orang tuanya.
Suatu malam, ayahnya mengalami kecelakaan yang membuat beliau geger otak.
Melihat keadaan ayahnya, Iloy mulai merenung akan perilakunya yang tidak terpuji selama ini.
Pesan Moral :
Jangan memaksakan kehendak. Berbakti pada orang tua.Tuhan memberi yang terbaik bagi hamba- Nya, meskipun melalui musibah.
***
Iloy bergegas bangkit dari tempat tidurnya.Ia begitu bersemangat padahal jam sudah menunjukkan pukul 23.10 wita. Malam ini adalah malam minggu, biasanya ayahnya menjemputnya sabtu sore sepulang bekerja.
Sejak sore tadi Iloy memang tampak gelisah, karena ayahnya tak kunjung datang ke rumah nenek nya.Iloy memang tinggal bersama nenek dan kakeknya yang merupakan orang tua ibunya.
Sekolah Iloy lebih dekat, jika dari rumah nenek ketimbang dari rumah baru orang tuanya yang berjarak 22 kilometer ke sekolahnya.Begitulah penjelasan yang diterima Iloy dari ayah dan kakeknya, saat Iloy tidak ikut pindah beserta orang tua dan tiga saudaranya yang lain dua tahun yang lalu.
Dengan tergesa – gesa Iloy menuju pintu depan yang diketuk dengan suara sangat keras. ”Menna,Menna,Tata,Tata,” terdengar suara kakaknya yang duduk di kelas dua SMP.
Kakaknya si jago karate dan sudah sabuk coklat juga agak tomboi itu, berteriak dari luar, sambil mengetuk pintu tanpa henti. Iloy bergegas mengenakan jaketnya, ia tetap berharap itu adalah jemputan ayahnya meski terlambat.
Nenek yang mereka panggil Menna sejak mulai belajar bicara itu, bangun dan menghalau Iloy yang tergesa – gesa menuju pintu depan. ”Iloooooy, biar Menna, yang buka pintunya !” ujar nenek Iloy, yang masih tampak muda dan bugar di usia 55 tahun itu.
Pintu pun dibuka oleh nenek Iloy.Iloy mundur tapi ia tak mau menjauh dari pintu.Gadis berusia 10 tahun itu, kalau ingin tahu sesuatu, ia takkan menyerah sebelum mengerahkan segala kemampuannya.
Aira langsung bicara dengan tempo cepat, menceritakan apa yang baru saja dialaminya bersama ayahnya.” Menna, bapakku ada di Rumah Sakit Faizal sekarang, tadi kami kecelakaan.Motor bapak tiba- tiba hilang kendali, saat seekor anjing berlari ke arah motor bapak.Bapak berusaha menghindari anjing agar tidak tertabrak.Tapi ada kubangan jalan yang cukup dalam.’’
“ Bapakku jatuh dan pingsan, saya salto saat motor terjatuh.” Bercampur tangis, suara Aira terdengar serak.Iloy mendengar dengan jelas apa yang disampaikan Aira pada nenek mereka.
Rasa bahagia yang sempat memenuhi hatinya, tiba-tiba berubah menjadi kesedihan yang sangat.” Pantas saja bapak sangat terlambat datang hari ini. Bapak berusaha menjemputnya malam hari, tapi mengalami kecelakaan...” Iloy membatin
Tata’ ( panggilan kesayangan kakek Iloy ) bersama Aira kembali ke Rumah Sakit. Untuk menemani Ayah Iloy yang terbaring di UGD dengan kondisi luka di bagian wajah yang cukup banyak mengeluarkan darah.
Meski tak ada luka serius di kepala, ayah Iloy belum juga sadarkan diri saat Aira dan Tata, tiba di unit gawat darurat Rumah Sakit Faizal.
Iloy dan nenek menuju ke rumah orang tua Iloy, yang masih berada di pemukiman yang sepi penduduk.Ibu Iloy tentu sangat sedih dan harus dikuatkan.Apalagi adik bungsu Iloy baru berumur satu tahun dua bulan.
Tidak mudah untuk mendapatkan transportasi umum ke lokasi tersebut. Akhirnya nenek dan Iloy, harus menempuh satu kilometer perjalanan dengan jalan kaki. Sepanjang perjalanan Iloy tidak berbicara sepatah kata pun.
Di dalam hati, Iloy terus berdo’a,” Ya Allah, jangan biarkan ayahku meninggal.” Iloy mulai menyesal dalam hati, mengapa selama ini ia sering merajuk jika ayahnya terlambat menjemputnya di hari sabtu, mengapa ia marah dan cemberut, jika ayahnya memintanya bersabar satu atau dua hari untuk membelikan buku cerita yang ia inginkan.
Ia menyesal tidak peduli jika ayahnya memintanya mengecilkan suara tv saat ayahnya hendak beristirahat, ia menyesal sering menjawab ”tidak mau” tatkala ayahnya memintanya menyapu lantai bekas makan adiknya yang berantakan.Iloy, gadis kecil yang bernama faradilla amani di akte kelahirannya itu, sungguh sangat menyesal.
Air matanya terus berjatuhan membasahi wajah dan jilbab hijaunya, dalam perjalanan menuju rumah ibunya malam itu.
Hatinya dipenuhi rasa bersalah.Ia merasa bersalah pada ayahnya, karena selama ini sering mengabaikan perintah beliau dan banyak menuntut.
Hari Minggu sore Iloy dan Menna, beserta seorang adik Iloy, menjenguk ayahnya yang telah menempati ruang perawatan.
Iloy melihat wajah ayahnya yang kini memiliki luka goretan panjang tepat di bawah mata hingga ke hidung.Rasanya tak sanggup Iloy memandang wajah pria yang paling berjasa dalam hidupnya itu.
Iloy, sangat menyesal atas semua sikap tak terpujinya selama ini.”Bapak, maafkan Iloy, Iloy sayang, Bapak.” Suaranya lirih nyaris tak terdengar orang lain, meski yang berada di sampingnya. Rasa bersalah pada ayahnya, menyelimuti hati Iloy.
Kendati tanpa luka serius di kepala, dokter menyebutkan ayah Iloy menderita geger otak ringan. Kemungkinan sementara waktu, ada beberapa hal yang tak mampu diingat oleh ayahnya.
Dan benar saja kini ayahnya tak mampu mengingat nama anak – anaknya.Demikian pula dengan nama Iloy.
”Ya Allah...ingatkan ayahku pada kenangannya bersama kami.Ingatkan ia pada anak – anaknya yang selalu ia bawakan nasi goreng spesial, setiap kali beliau pulang dari pasar di hari minggu pagi.Ingatkan beliau tentang kami, yang ia usahakan memakai baju baru setiap hari raya, meskipun beliau tidak beli untuk dirinya.Ingatkanlah beliau pada kami, yang selalu beliau ajarkan matematika dengan rumus rumus praktis darinya, hingga kami pun membuat guru di sekolah takjub karena cepatnya menyelesaikan soal matematika, ya Allah hamba -Mu ini merindukannya, sembuhkanlah ayahku...”Iloy terus melafazkan do’a – do’anya dengan hati yang tulus dan penuh harap kepada Tuhannya.
Dua belas hari telah berlalu sejak kecelakaan yang menimpa ayahnya.Iloy menjadi anak yang agak pendiam, meskipun sebenarnya ia adalah anak yang suka bercerita .Hatinya diliputi perasaan bersalah.
“ Ini pasti karena aku selalu marah dan menangis sejadinya- jadinya, jikalau bapak tidak menjemputku di akhir pekan. Makanya bapak tetap berusaha menjemputku ke rumah nenek malam itu, padahal bapak, tentu saja sangat lelah setelah bekerja sebagai mandor seharian.” Dugaan itulah yang ada di kepala Iloy, sejak ia menjenguk ayahnya pertama kali di rumah sakit.
Sejak dua hari yang lalu, ayah Iloy sudah boleh pulang ke rumah dan berobat jalan.
Ayah kembali tinggal di rumah nenek bersama ibu, dan saudara – saudara Iloy.Untuk sementara waktu ayah belum bisa kembali bekerja.
Adik Iloy yang masih duduk di kelas satu sekolah dasar, dipindahkan ke sekolah Iloy.Nenek dan kakek tidak membiarkan mereka kembali ke rumah mereka di kabupaten Gowa.
Terlalu jauh jarak dari rumah tersebut ke rumah sakit, sedangkan ayah harus selalu kontrol.Ibu Iloy tentu sangat kewalahan kalau harus merawat ayah yang sakit dan adik – adik Iloy.
Tepat dua pekan paska kecelakaan yang menimpa ayahnya.Air mata Iloy bercucuran, selepas sholat maghrib. Yumna yang berada di sisi kanan Iloy, memandangnya dengan penuh haru.”Kamu menangis lagi saat berdo’a ?” tanya sahabatnya itu.
"Aku sedih tapi bahagia, aku takjub Yumna.” jawab Iloy. "Sudah dua tahun lebih aku sangat merindukan untuk tinggal bersama bapak dan ibu ku juga saudara – saudaraku.Sejak mereka pindah ke rumah baru di Gowa, sementara aku harus tinggal bersama nenekku.
Rona kesedihan mulai hilang dari wajah Iloy. " Sekarang mereka semua kembali tinggal di rumah nenek bersamaku,” tutur Iloy diikuti senyuman.
"Tuhan sepertinya menjawab kerinduanku, Tuhan sungguh tahu isi hati, Tuhan sungguh mengabulkan permohonan hamba -Nya,” lanjut Iloy, mengungkapkan perasaannya dengan semangat kepada Yumna.
Yumna merangkul sahabatnya itu, dan mengajaknya pulang. Sepanjang perjalanan pulang, mereka bergandengan tangan, dan bertukar cerita seperti biasanya. Malam minggu mengaji mereka memang diliburkan pihak TPA.
“Assalamu alaikum...” Iloy mengetuk pintu depan rumah nenek, sambil melepas sandalnya, yang dibelikan ayahnya tiga bulan lalu .
”Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabaarokatuh.Iloy tidak ngaji malam ini?” Ucap ayahnya sambil membuka pintu untuk Iloy.
”Bapak ?” Seolah tak percaya Iloy menatap wajah ayahnya lekat. "Bapak sudah ingat nama Iloy?” tanyanya dengan mata berbinar.
”Faradilla amani atau Iloy anak bapak si jago matematika.” Jawab ayah Iloy ,menatap mata gadis kecilnya itu, sambil sedikit membungkukukkan badannya.
Iloy langsung memeluk ayahnya erat. "Iloy sayang, Bapak. Iloy tidak akan marah lagi, kalau Bapak terlambat jemput Iloy. Iloy akan dengarkan perintah, Bapak..." tutur Iloy dengan sungguh - sungguh.
"Terima kasih Ya Allah, terima kasih Tuhanku. Alhamdulillah,” lirih suara Iloy mengungkapkan syukurnya.
Amatullah said