Kebaikan yang Berkesan
Premis
suntingKebaikan yang Berkesan merupakan suatu kisah tentang seorang kru kapal pesiar yang sedang berusaha menyelamatkan teman-temannya saat kapal yang ditumpanginya hampir tenggelam.
Lakon
sunting- Joko
- Rizal
- Bella
- Tentara Angkatan Laut Spanyol
- Rekan Kerja
Lokasi
sunting- Kapal Pesiar
- Pelabuhan Negara Portugal
- Laut Spanyol
Cerita Pendek
suntingJoko merupakan kru kapal pesiar yang bertugas sebagai House Keeping atau bagian pemelihara kebersihan serta kenyaman bagi para tamu atau turis yang sedang berlibur. Sudah 4 bulan Joko menikmati kehidupan di atas laut, akan tetapi bukan berarti para pelaut selalu di laut ya, terkadang kapal pesiar akan bersandar ke pelabuhan negara asing sesuai dengan rute yang di tuju.
Di kapal pesiar Joko memiliki keluarga kecil, yakni Rizal dan Bella. Ia merupakan rekan kerja Joko yang amat sangat setia bahkan dirasa sebagai keluarga kandung yang sementara. Ketika ada beberapa masalah atau mendapat teguran dari atasan, keduanya selalu menjadi yang terdepan untuk menghilangkan rasa nestapa yang ada di dalam hati.
Saat ini Negara Italia merupakan rute berkunjung selanjutnya setelah menepi selama dua minggu di negara Portugal, Joko yang gemar bermain bola sangat ingin sekali berkunjung ke negara Italia dikarenakan ia ingin membeli souvenir club bola favoritnya yaitu AC Milan yang berupa baju. Namun lama perjalanan yang dibutuhkan sekitar 4 atau 5 hari, itu cukup lama jika dibandingkan naik pesawat yang hanya membutuhkan perjalanan 2 jam saja.
Pada waktu petang, kapal pesiar pun mulai melepaskan simpul talinya yang mendekap di dermaga, kemudian melanjutkan perjalananya untuk menuju ke rute selanjutnya. Joko pun akhirnya melambaikan tangannya ke pelabuhan tersebut sambil berkata, “Selamat tinggal Portugal, terima kasih telah melahirkan pemain sepak bola yang menginspirasi.” Sembari air matanya berkaca-kaca.
Setelah itu Joko pun mulai kembali bekerja dengan membersihkan dan merapikan kamar-kamar yang nantinya akan di isi oleh para turis yang sedang berlibur.
Namun pada saat bekerja perasaan Joko mulai gak enak. “Tumben ya, kok agak gelisah gini,” katanya sambil memegang leher belakangnya.
Namun ia harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu apapun kondisinya, kemudian ia berniat untuk diskusi dengan keluarga kecilnya itu, yaitu Rizal dan Bella.
Pekerjaannya pun selesai, ia langsung menuju ke kantin kapal untuk menemui kedua temannya itu. Joko pun mulai membicarakan tentang keadaan dirinya itu kepada teman-temannya.
“Teman, tumben ya aku kok gelisah gini?” ujar Joko sembari menarik kursi.
“Aduh Jok, mungkin kamu cape kali,” tutur Rizal yang keseringan mendengar keluhan temannya itu.
“Engga lah, hari ini tugasku tuh ringan-ringan banget. Barusan aja aku cuma ngerapihin tempat tidur,” ujar Joko yang masih gelisah.
“Yaudah Jok, mending istirahat aja,” tutur Bella.
Kemudian Joko pun pergi menuju ke kamarnya untuk beristirahat, lalu Rizal dan Bella melanjutkan waktu istirahat mereka.
Selang beberapa waktu ketika istirahat Joko di hampiri oleh seniornya. “Jok, kamu disuruh untuk membersihkan kamarnya para nakhoda.” “Si-siap pak!” ujar Joko yang masih belum puas dengan waktu istirahatnya, ditambah lagi rasa gelisah itu masih terus mendampingi dirinya.
Setelah merapikan dan membersihkan kamar para nakhoda, ada suara ledakan yang sangat keras sekali.
Duarrr, duarrr...
Rentetan suara ledakan itu mengagetkan Joko. “Astaghfirullah, ada apa ini.” Seketika Joko panik, ditambah lagi dengan guncangan dari kapal.
“Apakah kapal kita menabrak sebuah karang?” ujar Joko dalam hati.
Lantas Joko pun langsung meninggalkan kamar dan mencari tahu letak suara ledakan tersebut.
Setelah berlarian kesana kemari, ternyata ledakan itu terjadi di lambung kapal yang lokasinya agak jauh dari dirinya.
“Ternyata firasat tidak selalu salah.” Itulah kata-kata yang muncul di benak Joko setelah mengetahui adanya peristiwa tersebut.
Kapal yang tiba-tiba berguncang dan air juga mulai masuk, menambah rasa takut dari para turis dan awak kapal. Seketika Joko berlari ke arah tempat dimana kapal darurat atau sekoci disimpan.
Sesampainya disana Joko mengarahkan para pengunjung dan anak buah kapal yang lain, untuk menurunkan kapal darurat tersebut serta menaikinya.
“Jok ayo naik! Tidak usah risaukan yang lain, lagian ini bukan tugasmu!” teriak seorang rekan kerjanya yang lain dari atas kapal darurat tersebut.
“Meskipun bukan tugasku, tapi menolong merupakan hakikat seorang manusia,” ujarnya. Joko yang bertugas menjadi tukang bersih-bersih, wajar saja jika ia mendapat seruan dari rekan kerjanya itu.
Setelah itu Joko teringat kedua temannya, yakni Bella dan Rizal yang merupakan teman dekatnya semasa di atas kapal. Kemudian Joko mencari keduanya dengan rasa emosional dan berharap keduanya baik-baik saja.
Joko berlarian dari lorong demi lorong dan mengecek ruangan Bella dan Rizal, namun ia tidak mendapati teman-temannya itu. Joko terus mencari sambil berteriak, “Rizal, Bella! Dimana kalian?”
Tiba-tiba ada balasan teriakan yang berasal dari ruangan pramusaji yang tak jauh dari dirinya berada. “Jok, aku disini!”
Kemudian Joko menghampiri suara teriakan itu, lalu mendapati Bella yang sendirian terjebak dalam reruntuhan peralatan dapur tersebut. “Jok, coba kamu angkat ini,” ujarnya sambil merasa cemas.
Pada saat mengangkat perabotan dapur yang menghalangi jalan keluar Bella, seketika ada gelombang yang besar membuat kapal yang di tumpanginya terombang-ambing.
Gedebug! ...
“Jok, kamu gapapa kan?” ujar Bella yang melihat Joko tejatuh.
“Aman kok Bell.” Joko mencoba terlihat baik-baik saja agar tidak memperkeruh keadaan, padahal ada beberapa peralatan dapur yang melukai tubuhnya.
Singkat cerita Joko pun berhasil membawa keluar Bella yang terjebak dalam ruangan
itu. “Terima kasih Jok,” ujar Bella sembari menatap Joko dengan rasa bersyukur.
Setelah itu mereka berdua pun berlari untuk meninggalkan kapal yang akan tenggelam, namun jalan yang ditempuh tidak lah dekat dan mudah seiring dengan berbagai macam halang rintang yang mereka hadapi.
Di tengah-tengah perjalanan, Joko bertanya sembari berlari. “Dimana Rizal, Bell?”
“Tidak usah pedulikan dia!” jawab Bella dengan nada cuek.
Seketika Joko terdiam.
“Loh kenapa? Ini situasinya darurat loh, apakah kamu ingin dia tewas tenggelam!” tanya Joko dengan tegas.
“Dia gapapa kok, intinya kita fokus aja untuk keluar,” tutur Bella dengan suara kecapean.
Kapal yang semakin miring dan sirine yang terus berbunyi, lantas menggetarkan mental Bella. Joko yang melihat langkah Bella mulai pelan seraya berkata, “Hei Bella, ayo semangat tinggal dikit lagi!”
“O-oke,” jawabnya.
Keduanya terus berlari dan tak jarang juga terbentur dinding lorong kapal yang posisinya tidak seimbang seiring dengan gelombang yang terus menggilas.
Pada saat di perjalanan, Bella yang tenaganya sudah diujung tanduk langsung jatuh pingsan. Sekarang menyisakan ia sendirian di dalam kapal yang akan tenggelam. Joko yang melihat Bella tergeletak tak berdaya, membuat ia harus menggendong tubuh Bella sembari meneteskan air mata.
“Rizal dimana kamu? Kenapa kamu meninggalkan kami?” kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam ingatan Joko sambil menggendong Bella dengan rasa yang letih.
Joko yang perlahan staminanya mulai habis hanya terus berjalan dan berjalan sembari berdzikir dengan menyebut nama Tuhan yang Maha kuasa. Pasrah, letih dan takut, rasa itu terus menyelimutinya.
Crang! Crang! ...
“Suara apa itu?” tanya Joko dalam hati.
”Hei Bung, apakah kau baik-baik saja?” tanya seorang personil tentara tersebut yang muncul dari jendela.
Joko pun hanya diam dan mengangguk, tatapan matanya yang berkaca-kaca seolah menggambarkan semua yang terjadi.
Kemudian senyum sumringah dari Joko pun mulai terlihat ketika bala bantuan sudah masuk. “Terima kasih Tuhan, telah memberikan kami kesempatan untuk hidup,” ujar Joko sembari mengoper Bella ke dalam tandu Tentara Angkatan Laut Spanyol tersebut.
Akhirnya Joko dan Bella di alihkan menuju kapal penyelamat.
Saat di tengah-tengah perjalanan menuju tempat evakuasi, Joko sempatkan bertanya mengenai kejadian itu.
“Apa yang membuat kapal kami meledak pak?” tanya Joko dengan nada sungkan.
“Kami belum bisa menyimpulkan secara pasti penyebabnya, akan tetapi mungkin bisa jadi kapal yang anda tumpangi terkena ranjau laut peninggalan Perang Dunia 2,” jawab seorang Perwira Angkatan Laut tersebut.
Pada saat sampai di tempat evakuasi, ia disambut oleh rekan-rekannya yang lain. “Syukurlah kau selamat Jok,” tutur rekan kerjanya sambil merangkul Joko.
Namun disana Joko tidak mendapati adanya Rizal disana, akhirnya Joko pun bertanya kepada rekan-rekannya itu. “Apakah Rizal sudah sampai disini?” tanyanya.
Rekan-rekan yang lain sempat terdiam mendengar pertanyaan itu karena takut melukai perasaan Joko. Seketika itu Joko bertanya untuk ke dua kalinya. “Dimana, Rizal?” dengan nada sedikit menyentak.
Akhirnya salah satu dari rekan kerjanya menjawab, “I-itu Jok, Ri-Rizal telah pergi untuk selama-lamanya.”
“Yang benar saja kamu! Kok bisa?” tanya Joko dengan sorot mata yang tajam ke arah lawan bicaranya tesebut.
“Ta-ta-tadi, aku melihatnya terjebak dalam pintu darurat Jok. Ada keinginan untuk menyelamatkan tapi anak-anak takut tidak kebagian kursi di kapal darurat,” jawab salah satu rekan kerjanya.
Joko pun terdiam mendengar pernyataan temannya itu, sambil menahan amarah kepada teman-temannya tesebut.
“Sudah Jok tidak usah disesali, dia pasti masuk surga kok Jok. Soalnya tadi Rizal membukakan semua pintu darurat dan menjaganya agar tetap terbuka untuk menyelematkan kami,” sahut rekan kerja yang lain sembari menepuk pundak Joko.
Setelah mendengar pernyataan rekannya tadi, Joko pun langsung menangis terisak karena ia sempat mengira Rizal meniggalkankan mereka berdua. Akhirnya Joko pun pingsan.
Setiap manusia mempunyai cara masing-masing untuk berbuat baik, baik dengan cara terbuka atau pun diam-diam. Namun cara diam-diam justru yang paling berkesan sekalipun harus mengorbankan nyawa dan tak luput juga dari yang namanya suudzon belaka dari manusia lain.
SELESAI