Kebudayaan Tiongkok

PENGETAHUAN DASAR TENTANG

KEBUDAYAAN TIONGKOK

中国文化常识

disadur dari karya

孔子学院总部 / 国家汉办

Kantor Pusat Institut Konfusius (Hanban)

PENGARANG 任启亮,李嘉郁,赵菁华

PENERJEMAH Andyni Khosasih, Cendrawaty Tjong, Agustinus Sufianto, Yetty, Yi Ying, Fu Ruomei, Ma Feng, Wang Hui

Maret 2014

SINOLINGUA


DAFTAR ISI

Prakata
I Sastra Klasik Tiongkok
Mitos Tiongkok Kuno
Kitab Puisi Shijing
Puisi Chu Ci
Institusi Musik (Yue Fu)Dinasti Han
Lagu Rakyat Dinasti Selatan dan Utara
Puisi Dinasti Tang
Sanjak Dinasti Song
Opera Dinasti Yuan
Novel Dinasti Ming dan Qing
Empat Cerita Rakyat Terkenal di Tiongkok
II Ilmu dan Teknologi Tiongkok Kuno
Kompas
Teknik Pembuatan Kertas
Teknik Percetakan
Bubuk Mesiu
Ganshi Xingjing
Seismograf
Bilangan Pi
Teknik Pembuatan Tekstil
Jam Matahari dan Jam Air Tembaga
Sempoa dan Perhitungan Manik
III Seni Tradisional Tiongkok
Musik Tradisional
Opera Peking dan Opera Daerah
Kesenian Rakyat (Quyi)
Catur Weiqi dan Xiangqi
Hanzi
Kaligrafi
Stempel Ukir
Lukisan Tiongkok
IV Benda-Benda Peninggalan Budaya Tiongkok
Aksara Tulang Ramalan
Kebudayaan San'xing'dui
Bejana Si'mu'wu
Pedang Raja Gou Jian dari Yue
Giok Liang Zhu
Lentera Istana Chang'xin
Pasukan Terakota
Genta Zeng Hou'yi
Pakaian Giok Benang Emas
Kuda Menderap Perunggu
Lonceng Besar Yongle
Gua Mogao (Gua Seribu Buddha)
V Arsitektur Tiongkok Kuno
Istana Kaisar
Kuil dan Pagoda
Taman
Jembatan
 
 
 
VI Seni dan Kerajinan Tangan Tiongkok
Sutra
Tembikar Triwarna
Porselen dan Kerajinan Jingtai
Kipas
Layang-Layang
Lentera Hias
Sulaman
Batik Tiongkok dan Belacu Biru
Guntingan Kertas
Ukiran Giok
Batu Singa
Empat Mestika Belajar
VII Adat-Istiadat Tiongkok
Marga dan Nama Tionghoa
Dua Belas Shio
Man'yue dan Zhua'zhou
Upacara Pernikahan
Empat Binatang Spiritual
Lambang dan Gambar Keberuntungan
Pekan Raya Kuil
Barongsai dan Tari Naga
Perayaan Tahun Baru Imlek
Perayaan Cap Go Meh
Perayaan Ceng Beng
Perayaan Peh Cun
Perayaan Tiong Ciu
Dua Puluh Empat Waktu Matahari
VIII Kehidupan Rakyat Tiongkok
Busana Tradisional Tiongkok
Cheongsam, Qibao, dan Hanfu
Makanan Tiongkok
Teh Tiongkok
Arak Tiongkok
Tempat Tinggal Rakyat Tiongkok
Kereta Kuda, Tandu, dan Sepatu Kain
Pengobatan Tradisional Tiongkok
Teknik Akupuntur dan Pembiusan
Bahasa Tionghoa, Putonghua, dan Bahasa Daerah
IX Ideologi Tradisional Tiongkok
Konfusianisme
Kitab Si Shu Wu Jing
Lao Zi, Zhuang Zi, dan Taoisme
Buddhisme
X Kebajikan Tradisional Tiongkok
Berbakti Pada Orang Tua
Menghormati yang Tua dan Mengayomi yang Muda
Jujur dan Menepati Janji
Menghormati Guru dan Mementingkan Pendidikan
Indeks


Prakata

sunting

Buku ini dirancang sebagai bacaan referensi budaya dasar, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, Korea, Rusia, Thai, Spanyol, Arab, dan 30 bahasa lainnya.

Buku ini diharapkan dapat menjadi jendela untuk memahami Tiongkok dan jembatan penghubung dunia bahasa Mandarin untuk Anda.

Sastra Klasik Tiongkok

sunting

Kesastraan merupakan bagian budaya Tiongkok yang paling dinamis dan cemerlang. Dalam perkembangan sejarahnya yang panjang, banyak pemikiran budaya Tionghoa yang mendasar terkandung di dalam sastra klasik Tiongkok, yang mencerminkan tuntutan rakyat terhadap estetika, keyakinan, dan harapan rakyat Tiongkok terhadap kehidupan yang ideal.

Dalam perkembangannya, bentuk-bentuk sastra bermunculan hingga berkali-kali mencapai klimaksnya; banyak sekali sastrawan besar serta karyanya yang sangat ternama hingga masa kini masih dikenal oleh masyarakat.

Mitos Tiongkok Kuno

sunting
  • Pan Gu Memisahkan Langit dari Bumi
  • Nv Wa Menciptakan Manusia
  • Nv Wa Menambal Langit yang Berlubang
  • Hou Yi Memanah Matahari
  • Kua Fu Mengejar Matahari
  • Jing Wei Mereklamasi Laut
  • Shen Nong Mencicipi Obat-Obatan
  • Gun dan Yu Mengatasi Banjir

Kitab Puisi Shijing

sunting

Kumpulan puisi pertama di Tiongkok, berisi 305 buah puisi, dari zaman Dinasti Zhou hingga zaman Musim Semi dan Musim Gugur. Konon, semua puisi ini merupakan lirik lagu yang dapat dinyanyikan pada waktu itu.

Kita ini merupakan awal mula kejayaan puisi di Tiongkok, dan akar puisi Tiongkok.

Puisi Chu Ci

sunting

Jenis puisi baru yang diciptakan di negara Chu mengandung ciri khas yang sangat unik. Chu Ci (dibaca Ju Je), dikenal pula sebagai "puisi ratapan", banyak menggunakan cerita mitos dan dongeng, kata-kata dan gaya penulisannya sangat indah, mengandung daya imajinasi yang unik, dan mengungkapkan ekspresi perasaan penyair dengan bebas.

Penulis-penulis puisi jenis ini diwakili oleh Qu Yuan, penyair dari negara Chu, yang merupakan salah satu penyair besar yang paling dihormati di Tiongkok. Setiap tahun pada perayaan Peh Cun, rakyat Tionghoa selalu memperingati kematian Qu Yuan dengan membungkus (dan memakan) bacang, perlombaan perahu naga, dan sebagainya.

Penulisan puisi gaya Chu Ci membuka jalan yang baru bagi perkembangan sastra di Tiongkok.

Institusi Musik Dinasti Han

sunting

Institusi Musik (Yue Fu) awalnya merupakan lembaga musik di Dinasti Han, yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan, mimilih syair-syair dan lagu-lagu rakyat, lalu melengkapiniya dengan musik. Intisari dari Yue Fu adalah kumpulan lagu dan balada rakyat Dinasti Han. Sebagian besar lagu-lagu Yue Fu berbentuk puisi cerita yang mencerminkan suka-duka rakyat sebenarnya.

Kumpulan puisi Yue Fu memiliki suasana kehidupan yang kental dan tak kalah pentingnya ditinjau dari prestasi kesenian yang dihasilkannya. Ia berpengaruh langsung dan mendalam bagi perkembangan puisi generasi berikutnya.

Lagu Rakyat Dinasti Selatan dan Utara

sunting

Lagu rakyat Dinasti Selatan dan Utara adalah sekumpulan lagu rakyat yang tercipta setelah kumpulan puisi dan lagu Yue Fu Dinasti Han. Sebagian besar merupakan lagu cinta, menggambarkan kehidupan cinta yang tulus dan murni. Sebagian juga menceritakan cerita peperangan, misalnya Balada Mulan yang menjadi terkenal berkat film animasi Amerika Serikat. Sebagian lain juga menggambarkan pemandangan, kehidupan masyarakat, dan watak yang gagah berani.

Lagu rakyat Dinasti Selatan dan Utara diwarisi hingga hari ini kira-kira 500 buah. Sebagian besar lagu rakyat diciptakan oleh suku minoritas Tiongkok.

Lagu rakyat Dinasti Selatan dan Utara pada perkembangannya berpengaruh besar terhadap penyair-penyair Dinasti Tang.

Puisi Dinasti Tang

sunting

Budaya Dinasti Tang merupakan puncak budaya Tiongkok. Khususnya pengembangan puisi klasik di masa Dinasti Tang mencapai masa kejayaannya. Ada 48.900 buah karya puisi Dinasti Tang yang tercipta dan terwariskan sampai sekarang. Lebih dari 2.300 penyair Dinasti Tang meninggalkan namanya dalam sejarah. Yang paling terkenal di antaranya adalah Li Bai sang "Dewa Penyair", dan Du Fu sang "Penyair Suci". Selain itu ada pula Wang Wei, Bai Juyi, Li He, Li Shangwen, Du Mu, dll.

Metode yang digunakan adalah realisme dan romantisme, berbentuk puisi Jue Ju, puisi Lu Shi, dan ada juga puisi "kayak modern" yang indah dan rapi.

Sampai hari ini, puisi Tang masih digemari dan dibaca oleh banyak orang, bahkan dihafalkan oleh kanak-kanak. Buku antologi 300 Puisi Dinasti Tang merupakan bacaan umum yang sangat disukai oleh para pembaca Tiongkok maupun luar negeri. Peribahasa "Dengan memahami 300 Puisi Dinasti Tang", orang yang kurang pandai mencipta puisi pun mahir menghafalnya", ternyatalah rasa cinta orang Tionghoa terhadap puisi Dinasti Tang.

Sanjak Dinasti Song

sunting

Sanjak adalah semacam puisi kata-kata klasik. Karena bisa dinyanyikan dengan diiringi musik, maka ia disebut pula "Kata-Kata Lagu"; karena panjang pendeknya tidak beraturan, maka dikenal pula sebagai "Kalimat Panjang Pendek". Sanjak mempunyai bermacam-macam nama melodi "Ci'pai", seperti Xijiang Yue, Manjiang Hong, Rumeng Ling, dll. Sanjak Song dan Puisi Tang memiliki kedudukan yang sama pentingnya dalam sejarah kesusastraan Tiongkok. Penyair-penyair yang terkenal antara lain Su Shi, Li Qingzhao (penyair wanita), Xin Qiji, Lu You, dll.

Hingga hari ini, sanjak Song masih digemari oleh masyarakat. 300 Sanjak Song adalah bacaan wajib bagi banyak keluarga, bahkan banyak lagi sanjak dari karya-karya itu yang kembali ditulis, dinyanyikan secara luas dan turun-temurun.

Opera Dinasti Yuan

sunting

Setelah berkembang cukup lama, opera lokal Tiongkok mencapai masa Opera Yuan pada masa Dinasti Yuan. Opera ini menggabungkan musik, tarian, pertunjukan, dan drama menjadi satu, menjadi bentuk opera yang lebih matang.

Berkembangnya opera Yuan membuat Dinasti Yuan menjadi zaman keemasan bagi perkembangan opera Tiongkok. Pada masa itu lebih dari 200 dramawan opera dan lebih dari 700 karya opera yang tercatat. Guan Hanqing adalah dramawan yang paling ternama dan paling produktif di antaranya; ia menciptakan lebih dari 60 karya opera, di antaranya ada 18 yang masih dipertunjukkan secara turun-temurun hingga hari ini. Selain itu ada pula Wang Shifu, Ma Zhiyuan, Bai Pu, Zheng Guangzu, Ji Junxian, dll.

Banyak sekali drama dari karya opera yang sudah dipentaskan sampai sekarang ini, bahkan dibuat menjadi film dan sinetron, yang memberikan pengaruh yang sangat luas di masyarakat.

Novel Dinasti Ming dan Qing

sunting

Penulisan novel klasik Tiongkok mencapai puncak kejayaannya pada zaman Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Empat karya besar di antaranya dikenal sebagai karya sastra yang mewakili zaman tersebut:

  • Kisah Tiga Kerajaan (San Guo Yan Yi)
  • Kisah Batas Air / 108 Pendekar Liang Shan (Shui Hu Zhuan)
  • Perjalanan ke Barat / Sun Wukong (Xi You Ji)
  • Impian Wisma Merah (Hong Lou Meng)

dan masih banyak karya terkenal lainnya, seperti Kisah Aneh Liaozhai (Liaozhai Zhi Yi) yang sudah tersebar ke seluruh dunia, menjadi bagian dari karya sastra dunia.

Karya-karya tersebut telah diterjemahkan dan dibuat menjadi berbagai film, film seri, buku, komik, permainan video, dll. yang sangat digemari oleh pemirsa seluruh dunia.

Empat Cerita Rakyat Terkenal di Tiongkok

sunting
  • Kisah Meng Jiang Nv (Kisah Nyonya Meng Jiang)
  • Kisah Bai Niang Zi dan Xu Xian (Legenda Siluman Ular Putih)
  • Kisah Niu Lang dan Zhi Nv (Gembala Sapi dan Gadis Penenun)
  • Kisah Liang Shanbo dan Zhu Yingtai (Sampek Engtay)

Ilmu dan Teknologi Tiongkok Kuno

sunting

Sebagai salah satu peradaban tertua di dunia, ilmu dan teknologi Tiongkok Kuno sangatlah maju. Masyarakat Tiongkok yang ulet dan cerdas memberikan banyak kontribusi dalam bidang penemuan dan penciptaan. Yang paling terkenal di antaranya adalah empat penemuan besar, yaitu kompas, kertas, pencetakan, dan mesiu.

Kompas

sunting

Sejak Zaman Negara Berperang, rakyat Tiongkok telah menemukan cara menentukan arah utara dan selatan, dengan alat bernama Si Nan. Si Nan dibuat dengan menggunakan sendok halus dari magnet dan piring dari tembaga yang berukir petunjuk arah. Arah yang ditunjuk kepala sendok adalah "utara".

Pada masa Dinasti Song, orang menggabungkan jarum kompas magnet buatan dengan piring petunjuk arah, dan terciptalah Luo Pan. Pada masa tersebut, kompas sudah mulai digunakan dalam pelayaran, dan bahkan diperkenalkan ke Eropa melalui pedagang Arab.

Penemuan kompas berpengaruh vital bagi pelayaran sehingga sejarah pelayaran dunia memasuki era baru. Pada masa awal Dinasti Ming, Zheng He memimpin armada kapal berlayar tujuh kali ke dunia barat melewati Indonesia.

Penemuan kompas memampukan Abad Pelayaran dan Penjelajahan, penemuan Dunia Baru, pelayaran mengelilingi dunia, dan penjelajahan samudra-samudra di dunia.

Teknik Pembuatan Kertas

sunting

Pada masa awal Dinasti Han, seorang pejabat bernama Cai Lun melalui percobaan jangka panjang mengembangkan cara pembuatan kertas yang lebih unggul dibandingkan teknik-teknik sebelumnya. Dia menggunakan kulit pohon, kain perca, jaring ikan, dan bermacam-macam serat tumbuhan sebagai bahan dasar, dimasak dengan air, ditumbuk menjadi bubur, lalu disebarkan merata di atas tirai tipis untuk dikeringkan, dengan demikian terciptalah kertas yang tipis. Kertas semacam ini mudah digunakan, murah, sehingga mudah diterima oleh masyarakat.

Sejak saat itu, teknik pembuatan kertas terus-menerus disempurnakan. Bambu, jerami, ampas tebu, dll. juga menjadi bahan pembuat kertas. Karena bahan yang digunakan tidaklah sama, maka kertas juga memiliki perbedaan dalam jenis dan penggunaannya. Kertas xuan adalah kertas kualitas tinggi yang terkenal di seluruh dunia, digunakan untuk penulisan kaligrafi dan seni lukis.

Teknik pembuatan kertas menyebar ke negara-negara lainnya dan memberikan banyak kemudahan dalam penyimpanan dan pertukaran informasi. Penemuan ini memiliki arti yang sangat besar bagi perkembangan peradaban dunia.

Teknik Percetakan

sunting

Pada masa Dinasti Sui dan Dinasti Tang, dikembangkanlah teknik cetak dengan cara mengukir pelat cetak. Walaupun cara ini lebih cepat daripada menyalin buku secara manual, namun membuat pelat cetak ukir dalam jumlah besar untuk mencetak sebuah buku tetaplah merepotkan. Pada masa Dinasti Song, Bi Sheng, seorang penemu dari kalangan rakyat biasa menemukan teknik cetak karakter lepas setelah melakukan banyak percobaan. Dia mengukir karakter di atas kotak-kotak kecil dari tanah liat yang dibakar di dalam api sehingga mengeras menjadi karakter-karakter lepas. Saat mencetak buku, karakter-karakter lepas ini disusun menurut manuskrip, dan setelah selesai disusun lalu digunakan untuk mencetak. Setelah selesai mencetak, karakter-karakter ini dilepas untuk digunakan lagi di kemudian hari. Teknik pencetakan ini tidak hanya ekonomis, tapi juga menghemat waktu, sehingga membawa percetakan memasuki era baru.

Teknik ini, seperti penemuan lainnya, akhirnya pun menyebar ke seluruh dunia hingga ke Barat dan memulai Revolusi Percetakan yang mempercepat perkembangan dan pertukaran informasi dan budaya di berbagai negara di dunia. Teknik cetak karakter lepas merupakan sumbangan besar Tiongkok bagi dunia.

Bubuk Mesiu

sunting

Pembuatan bubuk mesiu awalnya ditemukan oleh pendeta-pendeta agama Tao membuat pil. Di kemudian hari, masyarakat mengikuti formula ini meracik salpeter (kalium nitrat), belerang, dan arang menjadi bubuk mesiu. Pada masa Dinasti Tang, cara pembuatan bubuk mesiu ini sudah tercatat. Petasan dan kembang api adalah barang yang pertama dibuat setelah penemuan bubuk mesiu. Baru pada akhir Dinasti Tang dan masa Dinasti Song bubuk mesiu mulai digunakan untuk keperluan militer untuk senjata seperti senapan lantak, meriam, dlsb.

Setelah penemuan ini tersebar ke Barat, bubuk mesiu digunakan untuk menciptakan berbagai senjata, selain itu juga digunakan secara luas dalam berbagai proyek, seperti membuka gunung, memperbaiki jalan, menggali sungai, dlsb. Penggunaan bubuk mesiu mendorong datangnya Revolusi Industri.

Ganshi Xingjing

sunting

Pada zaman Musim Semi dan Musim Gugur dan Zaman Negara Berperang, ilmu astronomi telah sangat maju. Ahli astronomi saat itu mengamati 37 kali gerhana matahari, 33 di antaranya dapat dibuktikan dengan penghitungan modern.

Ganshi Xingjing merupakan gabungan dua karya Tianwen Xingzhan (Posisi Astronomi Bintang) oleh Gan De, dan Tianwen (Astronomi) oleh Shi Shen. Buku ini merupakan karya astronomi paling awal di dunia. Buku ini mencatat pergerakan dan timbul tenggelamnya 5 planet terdekat dengan bumi, mencatat 800 buah nama bintang, dan memastikan posisi 121 buah bintang. Gan De menemukan satelit Jupiter dengan menggunakan mata telanjang. Shi Shen menemukan bahwa gerhana matahari dan bulan merupakan fenomena saling menutupi antar benda angkasa. Hal ini pada masa itu merupakan sesuatu pengamatan yang tidak mudah dan sangat berharga.

Di kemudian hari, banyak astronom menggunakan data yang tercantum dalam Ganshi Xingjing saat mengukur posisi dan pergerakan matahari, bulan, dan bintang. Karena itu, Ganshi Xingjing memiliki kedudukan yang penting dalam sejarah ilmu astronomi dunia.

Seismograf

sunting

Zhang Heng adalah seorang ilmuwan Dinasti Han yang membuat seismograf pertama (sebuah alat yang dapat mengukur posisi terjadinya gempa), yang dinamai seismograf Houfeng di ibukota kerajaan. Struktur bagian dalam dari seismograf ini dibentuk dengan sangat cermat dan teliti. Pada saat terjadinya gempa di suatu arah tertentu, satu dari delapan naga tembaga yang menghadap ke delapan penjuru akan membuka mulutnya dan menjatuhkan bola tembaga ke katak tembaga di bawahnya, sehingga dapat diketahui arah terjadinya gempa bumi.

Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah manusia menggunakan alat pengukur untuk mengetahui adanya gempa bumi di dunia. Selain seismograf, Zhang Heng juga menciptakan berbagai alat-alat teknologi lainnya.

Bilangan Pi

sunting

Zu Chongzhi adalah matematikawan, astronom dan ahli pembuatan mesin terkenal dari zaman Dinasti Selatan dan Utara. Atas dasar penelitian sebelumnya, ia menggunakan metode pemecahan lingkaran, dengan uji coba perhitungan sebanyak lebih dari seribu kali, ia menyimpulkan bahwa bilangan pi adalah bilangan di antara 3,1415926 dan 3,1415927. Selain itu, Zu juga menghitung rasio yang mendekati pi adalah 355/113, sehingga rasio ini dinamakan milv.

Penemuan ini membawa perhitungan bilangan pi di dalam ilmu matematika memasuki suatu tahap yang baru.

Teknik Pembuatan Tekstil

sunting

Huang Daopo hidup pada masa Dinasti Song dan Dinasti Yuan. Ia mempelajari teknik menanam kapas dan memintal kapas dari suku Li, dan kemudian menyebarluaskan dan memodernkan alat pemintal yang ada, sehingga meningkatkan efektivitas dan produktivitas pembuatan tekstil. Ia menciptakan alat pemintal berbentuk pedal, dan memadukan teknik pemintalan suku Li dan suku Han sehingga berhasil membuat banyak barang-barang tekstil seperti selimut dan sebagainya yang memiliki aneka ragam motif.

Jam Matahari dan Jam Air Tembaga

sunting

Pada masa Dinasti Qin dan Dinasti Han jam matahari sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Jam matahari adalah sebuah piringan bulat yang di atasnya terukir 12 karakter perhitungan waktu, yaitu zi, chou, yiin, mao, chen, si, wu, wei, shen, you, xu, hai, dan di tengah-tengah jam ditancapkan sebuah jarum dari tembaga. Di bawah sinar matahari, bayangan jarum tembaga akan bergerak seiring pergerakan matahari. Bayangan jarum bergerak hingga karakter ukuran tertentu, menandai hari telah mencapai waktu yang ditandai. Dengan demikian perhitungan waktu menjadi jauh lebih akurat daripada menggunakan posisi bulan, matahari, dan bintang di langit.

Tetapi jam matahari kehilangan fungsinya jika cuaca mendung atau malam hari. Kemudian diciptakanlah jam air tembaga yang menggunakan air dan pasir untuk menghitung waktu. Jam air yang paling awal hanya menggunakan sebuah periuk tembaga berisi air; di dasar periuk terdapat lubang dan di tengah periuk ditancapkan sebatang tongkat pengukur yang berukir tanda ukur. Setelah air menetes dari lubang, berdasarkan ketinggian tingkat air dapat ditentukan waktu sesuai dengan tanda ukur yang tertera di batang tongkat ukur. Tetapi akurasi jam air awal ini tidaklah terlalu baik.

Pada perkembangannya jam air berkembang menjadi empat buah jam air dalam satu set. Keempat buah jam air ini ditaruh secara bertumpuk di atas sebuah rak kayu bertingkat empat. Jam air dari yang paling atas bernama periuk matahari, periuk bulan, peruk bintang, dan periuk penerima air. Tiga periuk paling atas memiliki sebuah mulut tembaga di bagian bawahnya, dan di dalam periuk penerima air terdapat pengukur. Semakin banyak tingkatan jam air, perhitungan waktu akan semakin akurat.

Sempoa dan Perhitungan Manik

sunting

Sempoa tercipta berdasarkan penggunaan bilah penghitung dalam jangka panjang. Di masa kuno, orang menggunakan batangan kayu kecil yang disebut bilah kayu untuk melakukan penghitungan, dan penghitungannya disebut dengan penghitungan bilah kayu. Seiring perkembangan produksi, jumlah hal yang perlu dihitung semakin meningkat, penghitungan bilah kayu kecil mengalami keterbatasannya. Maka, terciptalah alat penghitung yang lebih modern, yaitu sempoa.

Sempoa berbentuk persegi panjang, keempat sisinya berbingkai kayu, di dalamnya terpasang batang-batangan kayu kecil dengan manik-manik kayu; setiap batangan kayu mewakili satu digit, dan di tengah-tengahnya terdapat sebatang balok penyangga horizontal yang memisahkan sempoa menjadi dua bagian. Di tiap paruh bagian atas terdapat dua buah manik-manik kayu, setiap manik mewakili angka lima. Di bagian bawah terdapat lima manik-manik kayu, setiap manik mewakili angka satu.

Masyarakat merangkum banyak rumus penghitungan seiring meluasnya penggunaan sempoa, yang jika ditambah dengan ketrampilan jari tangan, maka kecepatan penghitungan dengan sempoa jauh lebih cepat daripada penghitungan di atas kertas. Penghitungan sempoa juga disebut sebagai penghitungan manik, dan dapat melakukan penghitungan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, sehingga digunakan secara luas untuk menghitung berat, kuantitas, luas, volume, dll.

Seni Tradisional Tiongkok

sunting

Bangsa Tionghoa adalah bangsa kuno dengan budaya yang kental. Ragam seni tradisional Tiongkok sangat banyak sehingga dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, baik kaum terpelajar, selebritas, maupun rakyat ramai.

Di antara seni-seni ini ada musik rakyat yang merdu, opera daerah yang elok, halus dan mengharukan, lukisan tinta bak yang sederhana dan anggun, kaligrafi yang lembut tapi tegas. Semuanya memancarkan cahaya kebijaksanaan dan mengagumkan dunia.

Musik Tradisional

sunting

Sejak zaman dahulu, masyarakat Tiongkok telah memiliki beragam alat musik, dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu alat musik tiup (seruling, serunai, dll.), gesek (erhu, jinghu, banhu, dll.), petik (guzheng, dll.), dan pukul.

Musik tradisional sangat disukai oleh rakyat Tiongkok, karena pesona unik yang dimilikinya. Hampir setiap daerah memiliki grup kesenian musik rakyat. Mereka tidak jarang menerima undangan pementasan dari negara-negara lain.

Opera Peking dan Opera Daerah

sunting

Berdasarkan statistik terdapat lebih dari 360 macam opera daerah, di antaranya Pingju (Tiongkok utara dan timur laut, Hebei, Beijing, Tianjin), Yueju 越剧 (opera Shaoxing, Shanghai), Yuju (opera Henan), Huangmei Xi (opera daerah Anhui), Yueju 粤剧 (opera Guangdong), Chuanju (opera Shichuan), dll.

Opera Pekingn yang memiliki sejarah hampir 200 tahun merupakan ragam opera yang tersebar paling luas dan memiliki pengaruh paling besar di Tiongkok. Dalam pembentukannya, ia menyerap intisari berbagai opera daerah, adat-istiadat, kebiasaan, serta dialek lokal Beijing. Meskipun lahir di Beijing, tetapi Opera Peking tidak hanya merupakan opera daerah; rombongan opera yang mementaskan Opera Peking terdapat di banyak daerah di Tiongkok.

Daftar lakon Opera Peking sangat banyak, konon terdapat lebih dari 3.800 lakon. Saat ini tiga jenis sandiwara yang banyak dipentaskan adalah opera tradisional, sandiwara baru bertema sejarah, dan opera modern. Opera Peking sebagai intisari opera bangsa Tionghoa memiliki pengaruh yang besar di dalam dan luar negeri. Banyak warga asing yang khusus datang ke Tiongkok untuk mempelajari Opera Peking.

Kesenian Rakyat

sunting

Qu'yi (kesenian rakyat) merupakan gabungan dari berbagai macam kesenian percakapan dan nyanyian, berkembang dari sastra lisan rakyat kuno dan seni percakapan dan nyanyian. Quyi menggunakan gerakan tubuh dengan percakapan dan nnyanyian sebagai sarana artistik untuk bercerita, mengungkapkan perasaan dan pikiran, merefleksikan kehidupan bermasyarakat.

Saat ini terdapat lebih dari 300 ragam quyi yang populer di Tiongkok, termasuk di dalamnya adalah xiang sheng (dialog lawakan), da gu (genderang bas), kuai ban (deklamasi balada), er ren zhuan (duet tari-tari), tan ci (mendongeng), shuang huang (duet pelawak), dlsb. Di antara qu yi di atas, yang paling populer dan disukai oleh masyarakat adalah xian'sheng.

Xian'sheng adalah jenis seni melawak, yanga berkembang dari lelucon kuno dan lelucon rakyat. Xian'sheng modern muncul 100 tahun yang lalu di daerah Beijing dan Tianjin. Sarana pertunjukan xiang'sheng adalah berbicara, belajar, menggoda, dan bernyanyi. Sebagian besar isi xian'sheng adalah hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari, lelucon di kalangan rakyat, tokoh sejarah, cerita sejarah, permainan kata dan bahasa.

Catur Weiqi dan Xiangqi

sunting

Catur wei'qi, populer dalam bahasa Jepang dengan nama Go, adalah permainan catur yang paling tua di dunia. Biji catur wei'qi berwarna putih dan hitam, masing-masing 180 biji. Dalam permainan wei'qi terdapat puluhan ribu perubahan dan kemungkinan, sehingga suasananya menegangkan dan sengit. Karena kerumitannya, orang kuno memujinya sebagai permainan yang hanya bisa diciptakan oleh dewa.

Permainan wei'qi adalah olahraga otak. Dengan belajar wei'qi, orang bisa meningkatkan kemampuan nalar logika, membentuk perangai dan karakter ulet, tenang, dan berkepala dingin. Karenanya permainan ini masih disukai oleh masyarakat masa kini, dan banyak orang memainkannya pada waktu senggang. Saat ini permainan wei'qi dimainkan di lebih dari 40 negara di dunia. Di antaranya, pemain-pemain Tiongkok, Jepang, dan Korea memiliki taraf permainan yang paling tinggi.

Catur xiang'qi merupakan permainan perang yang diciptakan berdasarkan formasi perang dua pihak tentara yang berkonfrontasi. Di dalam xiang'qi terdapat dua pihak dengan masing-masing 32 biji catur yang terdiri dari satu orang jenderal, dua orang pejabat, dua biji catur gajah, dua biji catur kuda, dua biji catur kereta, dua biji catur meriam, dan lima orang prajurit. Cara melangkah biji catur xiang'qi tidak sama dengan biji catur barat. Tujuang permainan xiang'qi adalah menangkap biji catur jenderal lawan.

Setelah tahun 1949, catur xiang'qi termasuk dalam nomor resmi pertandingan olahraga nasional. Saat ini terdapat organisasi catur xiang'qi di lebih dari 40 negara di dunia.

Karakter bahasa Tionghoa atau han'zi adalah salah satu karakter tertua di dunia, dan juga merupakan karakter yang terbanyak digunakan oleh manusia. Jumlahnya kurang lebih 60.000 buah, di antaranya yang sering digunakan kurang lebih 6.000 buah. Karakter tertua yang ditemukan adalah karakter jia gu wen yang memiliki sejarah lebih dari 3.400 tahun.

Hanzi memiliki empat cara pembentukan utama, yaitu piktograf, ideograf, agregat logik, dan piktofonetik. Piktograf adalah yang paling sederhana, yakni dengan menggambar bentuk dari suatu objek yang dilihat, misalnya 月 (bulan), bentuknya mirip dengan bulan sabit. Ideograf membentuk karakter dengan menambah simbol pada karakter piktograf untuk membentuk arti baru, misalnya 刀 (pisau), diberi satu titik menjadi 刃 (mata pisau). Agregat logik adalah menggabungkan dua atau lebih karakter, sehingga membentuk arti gabungan keduanya, misalnya 日 (matahari) dan 月 (bulan) digabung menjadi 明 (terang). Piktofonetik adalah menggabungkan unsur yang menunjukkan arti dan unsur yang menunjukkan bunyi, misalnya 氵(unsur yang berarti air) dan 胡 (bunyi "hu") digabung menjadi 湖 (danau), yang memiliki arti yang berhubungan dengan air dan dibaca "hu".

Dalam rangka pemerataan pendidikan, sejak tahun 1949, pemerintah Tiongkok mulai menyederhanakan karakter-karakter tradisional Tionghoa (hanzi tradisional) sehingga guratannya lebih sedikit, dan lebih mudah dipelajari oleh semua orang. Hanzi sederhana saat ini merupakan karakter bahasa kerja yang digunakan dalam administrasi PBB. Karakter hanzi pernah dipinjam dan digunakan oleh negara Korea, Jepang, dan Vietnam dalam waktu yang lama. Dengan keunikannya dan daya hidupnya yang kuat, karakter hanzi tersebar semakin luas di dunia.

Kaligrafi

sunting

Kaligrafi atau shufa adalah seni menulis karakter hanzi tradisional Tionghoa yang memiliki gaya sangat unik dalam ribuan tahun penciptaan dan pengembangannya. Ada banyak gaya kaligrafi yang berkembang, di antaranya zhuan shu, li shu, kai shu, chao shu, dan xing shu.

Alat tulis dalam kaligrafi adalah kuas mao bi (mopit), tinta bak, batu tinta, dan kertas kaligrafi, yang juga disebut Empat Mestika Belajar.

Stempel Ukir

sunting

Stempel ukir atau zhuan ke adalah seni mengukir di atas bahan ukir berdasarkan kaligrafi atau lukisan yang ada. Stempel ukir merupakan seni tradisional unik Tiongkok yang memadukan kaligrafi dan ukiran yang memiliki nilai ganda yakni nilai fungsional dan artistik.

Stempel atau cap pada awalnya merupakan barang fungsional, yaiatu lambang kekuasaan, namun perlahan-lahan berpindah fungsi menjadi barang kesenian. Bahan stempel ukir adalah kristal, giok, emas, tanduk binatang, gading, bambu, kayu, batu-batuan, dlsb. Batu-batuan yang paling disukai adalah batu qing tian, shou shan, chang hua, ba lin, dlsb.

Lukisan Tiongkok

sunting

Lukisan Tiongkok dibuat dengan menggunakan kuas, tinta bak, dan zat warna, dan dilukis di atas kain sutra atau kertas xuan, yakni kertas kaligrafi kualitas tinggi dari Xuancheng, Anhui. Berdasarkan temanya, lukisan Tiongkok dibagi menjadi lukisan tokoh, lukisan pemandangan, dan lukisan bunga dan burung. Berdasarkan tekniknya, lukisan Tiongkok dibagi menjadi aliran lukisan gong bi (realisme yang mendetail) dan xie yi (mengutamakan garis besar dan ekspresi yang hidup).

Lukisan Tiongkok menitikberatkan jiwa, konsepsi artistik, menghargai "puisi dalam lukisan". Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa gaya lukisan Tiongkok seringkali memperlihatkan semangat agung dengan cara melukis yang matang dan lancar, memiliki sisi gagah berani di satu pihak, dan sisi halus, elok dan indah di pihak lain. Dalam sebuah hasil karya lukisan Tiongkok, selain gambar, masih perlu dilengkapi dengan puisi kaligrafi dan stempel. Maka dari itu lukisan Tiongkok merupakan seni yang memadukan lukisan, puisi, kaligrafi, dan ukiran stempel.

Lukisan Tiongkok tidak hanya memperindah kehidupa mnausia, tetapi juga membawa sentimen elegan dan kenikmatan artistik kepada pemirsanya. Lukisan Tiongkok, pengobatan tradisional Tiongkok, dan opera Peking disebut sebagai "Tiga Saripati Kebudayaan Tiongkok"

Benda-Benda Peninggalan Budaya Tiongkok

sunting

Benda-benda peninggalan budaya Tiongkok yang sangat banyak jumlahnya kaya akan informasi sejarah dan budaya dan mencitrakan perjalanan perkembangan budaya Tiongkok. Seni dan teknik tingkat tinggi yang terkandung oleh benda-benda ini seringkali membuat kita terkagum-kagum.

Aksara Tulang Ramalan

sunting

Kebudayaan Sanxingdui

sunting

Bejana Simuwu

sunting

Pedang Raja Gou Jian dari Yue

sunting

Giok Liang Zhu

sunting

Lentera Istana Changxin

sunting

Pasukan Terakota

sunting

Genta Zenghouyi

sunting

Pakaian Giok Benang Emas

sunting

Kuda Menderap Perunggu

sunting

Lonceng Besar Yongle

sunting

Gua Mogao

sunting

Arsitektur Tiongkok Kuno

sunting

Bangunan adalah salah satu simbol penting peradaban manusia. Di bidang ini, rakyat Tiongkok memiliki kebijakan dan kreativitas yang luar biasa. Mulai dari istana yang penuh emas berikilau hingga rumah rakyat yang beraneka ragam model dan warnanya; dari paviliun yang sarat dengan nuansa puisi dan lukisan hingga jembatan kuno dan pagoda yang khas dan unik.

Istana Kaisar

sunting

Juga disebut sebagai rumah kaisar, istana kaisar menunjukkan kedudukan kaisar yang tak tertandingi dan wibawa kaisar sebagai penguasa tertinggi. Rancangan arsitektur istana Tiongkok sangat menuntut keanggunan, kemegahan, kemewahan, dan keindahan.

Rancangan istana umumnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan adalah tempat bagi kaisar menyelesaikan urusan kenegaraan, bagian belakang merupakan tempat tinggal kaisar, permaisuri dan para selir. Penataan bangunan istana menggunakan metode simteri poros tengah, kedua sisi bangunan rapi dan simetris. Pekarangan yang berlapis-lapis dan balairung bertingkat-tingkat memperlihatkan bangunan istana kaisar yang rapi, agung, dan megah.

Saat ini bangunan istana kuno yang paling utuh adalah Museum Gu Gong (Istana Kuno) yang terletak di Kota Terlarang di Beijing. Istana Kuno ini adalah kompleks bangunan kayu terbesar di dunia yang pernah didiami oleh 24 kaisar Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Balairung Tai He (Kedamaian) di dalamnya adalah balairung kayu terbesar di Tiongkok, dibangun di atas tiga tingkat fondasi marmer putih. Penyangga batu dan tangga di keempat sisi fondasi istana itu diukir naga batu dan berbagai macam ornamen yang indah dan halus.

Istana Kuno bukan hanya sebuah istana yang megah, mewah, dan indah, tetapi juga merupakan sebuah museum seni arsitektur.

Kuil dan Pagoda

sunting

Arsitektur Taoisme disebut gong (istana) atau guan (kuil). Kuil, pagoda, dan gua batu disebut sebagai tiga arsitektur besar agama Buddha. Arsitektur Buddhis di Tiongkok telah mengalami penyesuaian dengan budaya Tiongkok. Pintu gunung di depan jalan utama, di sebelah kiri dan kanan pintu utama terdapat menara lonceng dan gendang; bagian depan adalah balairung Tian Wang (Raja Langit), bagian belakang adalah balairung Da Xiong Bao (Pusaka Agung), lebih ke belakang lagi adalah gedung penyimpanan kitab, di sebelah kiri dan kanan adalah kamar para biksu, ruang makan, dan bangunan lainnya.

Penataan keseluruhan kuil, struktur balairung, pembuatan atap, dan lain-lainnya meniru istana kerajaan. Bangunan megah dan agung berwarna keemas-emasan mencerminkan karakteristik khusus arsitektur Budhisme Tiongkok. Kebanyakan kuil Buddhis didirikan di tengah-tengah gunung yang jauh dari keramaian. Empat gunung utama Buddhis di Tiongkok yaitu Gunung Wutai, Gunung Emei, Gunung Jiuhua, dan Gunung Putuo adalah pusat arsitektur kuil yang terkenal sejak dahulu kala, misalnya Kuil Foguang, Kuil Nanchan, dlsb.

Pagoda berasal dari India, yang arti awalnya adalah "makam", masuk ke Tiongkok pada Dinasti Han, adalah tempat yang digunakan oleh para biksu agung untuk mengubur abu jenazah setelah mereka meninggal. Pagoda Tiongkok adalah hasil perpaduan seni arsitektur Tiongkok dan India. Pagoda Tiongkok beraneka ragam, mulai dari persegi empat, persegi enam, persegi delapan, bundar, dan bentuk-bentuk lainnya. Berdasarkan bahannya, pagoda dapat digolongkan menjadi pagoda kayu, pagoda batu bata, pagoda batu, pagoda besi, pagoda tembaga, pagoda berglasir. Tingkat pagoda biasanya berjumlah ganjil, terdapat 5 hingga 13 tingkat pada umumnya. Pagoda-pagoda kuno ini merefleksikan sejarah panjang Tiongkok dan ketrampilaln arsitektur tingkat tinggi.

Taman klasik yang terdapat di berbagai tempat di Tiongkok memiliki pemandangan yang indah dengan arsitektur yang unik dan khas sehingga taman-taman itu menjadi objek wisata yang ingin dikunjungi oleh pengunjung dalam dan luar negeri. Ciri khas taman Tiongkok yang paling unik adalah sangat mementingkan alam. Pada waktu membangunt aman, desainer kuno pandai memadukan keindahan alam dengan bangunan buatan sehingga orang dapat menikmati puncak gunung ajaib, batu aneh, aliran air, permukaan danau, bunga, rumput wangi seperti bertamasya di dalam lukisan.

Taman klasik Tiongkok dalam penataannya masih memiliki karakteristik tersirat, berubah, dan rumit. Ciri khas lainnya adalah perpaduan antara seni lukis, puisi, dan taman menjadi satu. Misalnya ada papan bertulis, kuplet yang ditempel pada tiang gerbang, balok bergambar, tiang penyangga berukir, dll. pada arsitektur taman, sehingga membentuk gaya unik seni taman klasik Tiongkok.

Pada pokoknya taman klasik Tiongkok dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu taman keluarga raja di utara dan taman rumah pribadi di selatan. Taman utara seringkali menggunakan materi alam dan emnghimpun intisari arsitektur dari berbagai tempat. Taman jenis ini antara lain Yi He Yuan (Istana Musim Panas), Taman Bei Hai, vila perisitirahatan musim panas Chengde, dll. Taman selatan biasanya tidak besar, tetapi dengan kecerdikan dalam penataan, di dalam taman terdapat gunung, sungai, danau, sehingga pemandangannya berubah-ubah, alami, dan tenang.

Jembatan

sunting

Jembatan adalah salah satu bagian penting dalam arsitektur kuno Tiongkok. Selama ribuan tahun, bangsa Tionghoa telah membangun puluhan ribu jembatan yang indah, megah, dan unik. Jembatan-jembatan ini membentang dari gunung dan sungai, memudahkan transportasi, menghias sungai dan pegunungan, dan menjadi salah satu lambang kebudayaan Tiongkok kuno.

Jembatan Ba yang dibangun pada Dinasti Han adalah jembatan berpilar batu yang tertua di Tiongkok. Dengan panjang 386 m dan 64 lubang jembatan, Jembatan Ba adalah jembatan batu lengkung besar berongga banyak yang tertua, terbesar, dan dengan luas rentangan terpanjang di Tiongkok. Dewasa ini Jembatan Kuno Ba telah direnovasi dan memiliki wajah yang baru, dengan pemandangan di sekelilingnya yang lebih indah lagi.

Masih banyak jembatan kuno Tiongkok yang terkenal, misalnya Jembatan Zhaozhou di Hebei, Jembatan Lugou di Beijing, Jembatan Pin'an di Fujian, Jembatan Luoyang di Quanzhou, Jembatan Jiuqu di Hangzhou, Jembatan Baodai di Suzhou, Jembatan Yudai di Beijing, dll.

Seni dan Kerajinan Tangan Tiongkok

sunting

Seni dan kerajinan tangan Tiongkok memiliki sejarah yang sangat panjang. Tembikar yang dibuat pada masa neolitikum oleh masyarakat primitif bisa dikatakan sebagai barang kerajinan tangan yang paling awal. Peralatan perunggu dinasti Shang dan Zhou, peralatan berpernis dari masa Negara-Negara Berperang, barang tenunan sutra dari dinasti Han dan Tang, sulaman dari dinasti Song, cloisonne (klawsone) dan porselen dari dinasti Ming dan Qing dan lain-lainnya terkenal di dunia karena keunikan dan keindahannya.

Seni dan kerajinan tangan tradisional Tiongkok dibuat dengan teknik yang unik dan keterampilan tingkat tinggi, tidak hanya memiliki gaya bangsa dan ciri khas setempat yang menonjol, tetapi juga bermacam-macam jenisnya. Sejak dahulu kala seni dan kerajinan tangan Tiongkok sudah tersebar ke seluruh dunia dan menunjukkan keanggunan mereka kepada dunia.

Tiongkok adalah negara pertama yang memproduksi sutra. Menurut legenda, istri Kaisar Huangdi yang bernama Lei Zu menemukan teknik pemeliharaan ulat sutra, penggulungan filamen kepompong, dan teknik menenun sutra. Arkeolog berpendapat bahwa teknik penenenunan sutra memiliki sejarah lebih dari 4.000 tahun. Sejak zaman dahulu kala, sutra telah menjadi bahan utama pakaian kaum bangsawan istana dan barang komoditi penting perdagangan antarkerajaan.

Jenis sutra Tiongkok kuno beraneka ragam. Sejak 2.000 tahun yan glalu, diplomat terkenal dinasti Han yaitu Zhang Qian membuka "Jalur Sutra" menuju Asia Barat, Eropa, dan wilayah lainnya. Sutra Tiongkok yang indah dan mewah mulai dibawa masuk ke negara-negara Barat. Orang Barat sangat menyukai sutra Tiongkok.

Tiongkok terkenal sebagai "Negara Sutra" karena hal ini. Sutra memperindah hidup kita, dan mendorong persahabatan antara Tiongkok dan negara-negara lain di dunia.

Tembikar Triwarna

sunting

Tembikar triwarna dinasti Tang adalah tembikar warna-warni berglasir yang populer pada dinasti Tang. Warna glasir tembikar ini terdiri dari kuning, coklat kemerahan, hijau, hijau kebiruan, ungu terong gelap/terang yang cemerlang dan indah. Disebut tembikar tiga warna, karena biasanya warna yang paling utama adalah kuning, hijau, dan coklat kemerahan.

Pada proses pembuatannya, glasir mengalir secara alami, sehingga menghasilkan berbagai macam perubahan yang rumit dan ajaib. Oleh karena itu tidak ada dua tembikar yang sama persis.

Jenisnya sangatlah banyak, namun dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tembikar tokoh, binatang, dan perkakas. Tokoh terdiri dari pejabat, jendral, wanita bangsawan, seniman, dll. Binatang terdiri dari kuda, unta, sapi, kambing, singa, dsb. Perkakas terdiri dari bejana, alat tulis, perabot, dlsb.

Di masa dinasti Tang, tembikar triwarna jarang digunakan sebagai barang pajangan, melainkan sebagai barang bekal kubur. Tembikar triwarna diproduksi dan digunakan oleh pejabat di daerah bagian tengah Tiongkok.

Porselen dan Kerajinan Jingtai

sunting

Sejak dahulu kala orang Barat menghubungkan Tiongkok dengan porselen, karena teknik pembuatan porselen berasal dari Tiongkok. Porselen dikembangkan dari tembikar sejak dinasti Shang, yaitu lebih dari 3.000 tahun yang lalu.

Perkembangan teknik pembuatan porselen Tiongkok mengalami kemajuan sangat pesat sejak zaman dinasti Han Timur. Kemudian, sejak dinasti Song, seladon dari Tiongkok mulai dijual jauh hingga ke berbagai negara di dunia. Misalnya di Museum Istanbul, Turki, tersimpan lebih dari 1.000 buah seladon dari dinasti Song, Yuan, dan awal Ming.

Setelah dinasti Yuan, industri porselen dari kota Jingdezhen di provinsi Jiangxi berkembang dengan pesat, hingga kota Jingdezhen disebut sebagai "(ibu)kota porselen" Tiongkok.

Zheng He, pelaut terkenal Tiongkok dari dinasti Ming, pernah tujuh kali memimpin armada kapal besar mengarungi lautan dan samudra hingga berbagai negara di Asia, Afrika, dan tempat-tempat lainnya. Di antara barang-barang yang dibawa selama pelayarannya, ada porselen biru dan putih dalam jumlah yang besar.

Porselen Tiongkok tidak hanya merupakan barang keperluan sehari-hari yang indah, tetapi juga merupakan barang seni yang berharga. Sejak dinasti Han, dinasti Tang, hingga saat ini, porselen Tiongkok telah banyak dijual keluar Tiongkok, bersamaan dengan itu, teknik pembuatan porselen Tiongkok juga perlahan-lahan tersebar ke seluruh dunia.

Kerajinan Jingtai atau Cloisonné (pengucapan bahasa Prancis: [klwazɔne]) adalah teknik kuno untuk mendekorasi objek logam. Dalam beberapa abad terakhir, enamre vitreous juga telah digunakan selain tatahan potongan batu permata, kaca dan bahan lainnya yang sudah digunakan selama periode yang lebih tua. Objek yang dihasilkan juga sama disebut cloisonné. Hiasan dibentuk dengan terlebih dahulu menambahkan partisi atau disebut cloisons ke objek logam dengan menggunakan solder untuk memasukkan atau menempelkan kabel perak, emas atau setrip tipis pada bagian ujungnya. Bekasnya tetap terlihat dalam potongan yang sudah jadi, memisahkan partisi yang berbeda dari email atau tatahan yang sering terdiri dari beberapa warna. Objek enamel cloisonné dikerjakan dengan menggunakan bubuk enamel yang dibuat menjadi pasta setelah itu dibakar dalam tanur.

Pada zaman dahulu, teknik cloisonné sebagian besar digunakan untuk membuat perhiasan dan perlengkapan kecil untuk pakaian, senjata atau benda-benda kecil serupa yang dihiasi dengan desain geometris atau skematik dengan dinding cloison yang tebal. Pada abad ke-14 teknik email ini telah menyebar ke Tiongkok yang disebut Jingtailan ((Kerajinan Berwarna) Biru (dari era) Jingtai), digunakan untuk membuat wadah yang jauh lebih besar seperti mangkuk dan jambangan. Teknik ini masih umum digunakan di Tiongkok hingga saat ini dan objek email cloisonné bergaya Tiongkok telah diproduksi di Barat sejak ke-18.

Kipas adalah alat untuk menghilangkan panas dan mendapatkan udara sejuk. Di musim panas yang menyengat, kipas membawa kesejukan bagi kita. Sejak zaman dahulu kala, kipas Tiongkok telah memiliki keanggunan artistik dan langgam khas bangsa Tiongkok. Kira-kira pada masa dinasti Shang dan Zhou lebih dari 3.000 tahun yang lalu, di Tiongkok telah ada kipas.

Jenis kipas Tiongkok sangatlah banyak: ada kipas kertas, kipas sutra, kipas daun palem, kipas bulu, kipas bambu, dll. Bentuk kipas juga beraneka ragam: ada bentuk persegi, bundar, ada juga bentuk mirip bunga plum, bunga haitang, bunga matahari, dlsb.

Membubuhkan puisi dan lukisan pada kipas merupakan ciri khas kipas Tiongkok. Sejak zaman dahulu kala, banyak ahli kaligrafi dan pelukis terkenal di Tiongkok yang menulis dan menggambar pada kipas, sehingga banyak meninggalkan karya yang mengagumkan.

Kipas lipat adalah kipas yang paling banyak dijumpai di Tiongkok. Hangzhou merupakan tempat pembuatan kipas lipat yang paling terkenal di Tiongkok. Tulang kipas lipat Hangzhou sering terbuat dari material yang berharga. Kipas kertas hitam, kipas kayu cendana, kipas gading, merupakan saripati kerajinan kipas terkenal tidak hanya di Tiongkok, tetapi juga di dunia.

Layang-Layang

sunting

Menurut legenda, 2.000 tahun yang lalu layang-layang diciptakan oleh rakyat Tiongkok. Pada masa Lima Dinasti, layang-layang dibuat dengan kertas yang direkatkan dan diterbangkan dengan menggunakan benang.

Di kemudian hari, orang kuno memasang senar sutra pada bagian kepala kertas, saat angin meniup dawai sutra akan mengeluarkan suara seperti alat musik guzheng. Sejak kemunculannya, layang-layang juga pernah digunakan untuk urusan kemiliteran dan layanan komunikasi.

Bentuk layang-layang Tiongkok sangatlah banyak, ada yang berbentuk binatang, yang paling sering ditemui adalah layang-layang berbentuk burung walet, kupu-kupu, dan elang. Selain itu ada juga yang berbentuk tokoh mitologis, seperti Sun Wukong, ada yang berbentuk untaian panjang kelabang, atau naga.

Bermain layang-layang sangat populer di banyak negara di dunia. Rakyat Tiongkok tidak hanya menganggap bermain layang-layang sebagai permainan yang menarik dan aktivitas olahraga yang menyehatkan, tetapi juga sering menggantung layang-layang yang indah di dinding untuk dinikmati.

Lentera Hias

sunting

Setiap pesta lampion pada malam Cap Go Meh, Imlek, dan perayaan lainnya, setiap rumah di Tiongkok akan menggantung lentera hias. Rangka lentera Tiongkok terbuat dari bambu, kayu, atau logam, lalu ditempel kertas atau sutra. Sebagian lentera dilukis gambaran yang bertema kisah kuno atau masa kini, ada juga yang ditempel karya seni [{#Guntingan Kertas|guntingan kertas]].

Jenis lentera Tiongkok sangatlah banyak, misalnya lentera merah tahun baru, lentera dengan guntingan kertas yang berputar ketika lentera dinyalakan, lentera ayam jantan yang disukai anak-anak, lentera singa, lentera ikan mas, lentera bunga teratai, lentera sawi putih, lentera keranjang bunga dan tumbuhan lainnya.

Dewasa ini, ketika tahun baru Imlek, di Tiongkok masih diselenggarakan berbagai macam festival lentera yang memamerkan lentera tradisional dan lentera modern. Selain itu, di kota Harbin (/Ha-er-pin/) di utara Tiongkok setiap musim dingin menyelenggarakan festival lentera es.

Sulaman

sunting
 
Sulaman paravent (layar) sutra
 
Sulaman Su dengan motif kucing

Sulaman adalah kesenian tradisional Tiongkok yang memiliki sejarah lebih dari 3.000 tahun. Orang Tiongkok menyulam di atas kain sutra, satin, dan katun dengan menggunakan benang sutra atau katun. Jenis sulaman Tiongkok sangat banyak: Sulaman Su dari Jiangsu, Sulaman Xiang dari Hunan, Sulaman Yue dari Guangdong, dan Sulaman Shu dari Sichuan disebut sebagai "Empat Sulaman Paling Terkenal" di Tiongkok.

Seniman Sulaman Su dapat menggunakan lebih dari 40 teknik menyulam, lebih dari seribu benang berwarna untuk menyulam berbagai macam bunga, burung, binatang, dan gambar taman. Hasil karya Sulaman Su yang halus, gambarnya yang indah, terlebih sulaman yang bergambar kucing dengan mata yang jernih, bulu yang kusut masai seperti nyata, dapat dikatakan sebagai saripati karya sulaman.

Sulaman Xiang memiliki ciri khas dan konsep artistik lukisan Tiongkok. Pepatah Tiongkok berbunyi "Su menyulam kucing, Xiang menyulam singa dan macan". Sulaman singa dan macan merupakan produk tradisional Sulaman Xiang.

Sulaman Yue memiliki warna yang mencolok dan gambar yang rapi. Tema yang terbanyak adalah naga dan burung feniks. "Ratusan Burung Menghadap Feniks", "Penyekat Sembilan Naga" merupakakn hasil karya Sulaman Yue yang bermutu tinggi.

Sulaman Shu memiliki lebih dari seribu teknik menyulam. Tidak hanya bunga, burung, ikan, dan serangga yang disulam, tetapi juga pemandangan dan manusia. Hasil karya Sulaman Shu yang terkenal adalah "Bungan Teratai dan Ikan Gurame", "Ayam Jantan dan Bunga Jengger Ayam"[1], dlsb.

Sulaman dapat digunakan sebagai hiasan, pakaian, selimut, bantal, seprai, dan juga dapat digunakan sebagai barang seni dan barang hiasan mewah, oleh sebab itu maka sulaman sangat disukai oleh masyarakat Tiongkok.

Batik Tiongkok dan Belacu Biru

sunting

Batik Tiongkok dan belacu biru adalah kerajinan tangan pencelupan tekstil tradisional Tiongkok. Cara pembuatan batik pun sama dengan pembuatan batik di Indonesia. Batik Tiongkok dibagi menjadi dua macam, yaitu warna tunggal dan warna banyak. Beberapa etnis bahkan menggunakan empat hingga lima warna sehingga hasil buatannya berwarna-warni dan hidup. Banyak suku bangsa Tiongkok menyukai batik dan membuatnya sebagai pakaian, seprei, selimut, kerudung kepala, tali selempang, dlsb.

Belacu biru merupakan kain katun bergambar yang berwarna biru dan putih. Belacu biru dibuat dengan mencelup ke cairan berwarna biru nila. Ada kain cetak biru dengan dasar putih, ada juga yang kain cetak putih berdasar biru. Pola gambarnya biasanya adalah bunga dan tumbuh-tumbuhan, manusia, dan cerita legenda. Kain belacu biru kebanyakan digunakan sebagai bahan pakaian, selimut, gorden, tirai, tali pinggang, dlsb.

Guntingan Kertas

sunting

Guntingan kertas adalah seni menggunting atau mengukir pola atau gambar pada kertas berwarna merah atau warna lainnya dengan menggunakan gunting atau pisau ukir. Seni guntingan kertas Tiongkok memiliki sejarah kurang lebih 2.000 tahun, dan merupakan barang kerajinan tangan rakyat Tiongkok yang sangat lazim dijumpai.

Ada banyak orang asing yang menyukai seni guntingan kertas Tiongkok karena bentuknya yang elok, halus, dan memiliki daya tarik yang khas, yang membuat orang merasakan kentalnya napas kehidupan dan suasana kegembiraan serta kebahagiaan.

Guntingan kertas Tiongkok kebanyakan dibuat oleh wanita pedesaan. Mereka menggunting dan mengukir berbagai macam pola berupa hal-hal yang diperhatikan, disukai, dan diidamkan oleh kaum petani, seperti unggas, ternak, tanaman, bunga dan burung, anak-anak, cerita opera tradisional, gambar keberuntungan, dlsb. Guntingan kertas Tiongkok dibagi menjadi dua macam, yaitu guntingan kertas warna tunggal dan guntingan kertas warna-warni. Guntingan kertas tiap daerah memiliki gaya yang tidak sama karena setiap etnis memiliki kebiasaan hidup yang berbeda.

Guntingan kertas sering digunakan pada saat perayaan tahun baru Imlek atau hari raya lainnya. Jenis guntingan kertas sangat banyak, ada bunga jendela, bunga pintu, bunga dinding, bunga plafon, bunga kebahagiaan, bunga lampion, dan ada juga yang memakai pola sulaman. Guntingan kertas yang cantik dan warnah yang cemerlang membawa kebahagiaan dan kegembiraan. Kini guntingan kertas Tiongkok telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Ukiran Giok

sunting

Ukiran giok adalah salah satu jenis ukiran yang paling kuno di Tiongkok. Sejak masa akhir neolitikum, masyarakat Tiongkok telah memiliki peralatan mengukir giok. Pada masa dinasti Shang dan Zhou, pembuatan giok telah menjadi sebuah profesi. Barang-barang giok menjadi perkakas upcara dan barang hiasan.

Batu giok selalu dianggap sebagai barang berharga, dan pada masa lampau giok dianggap sebagai lambang sifat baik dan keanggunan sikap seorang budiman. Giok pada hakekatnya adalah batu yang berkualitas tinggi. Jenisnya bermacam-macam, ada giok putih, giok kuning, batu yaspis, akik, batu pirus, batu teratai, dlsb.

Dalam proses pembuatan ukiran giok, seniman mengukir batu giok menjadi barang kerajinan tangan yang indah dengan desain yang cermat dan pemolesan yang berulang-ulang berdasarkan warna alami dan bentuk alami bahan giok yang berbeda.

Bentuk ukiran giok beraneka ragam, pada pokoknya berupa tokoh, perkakas, burung dan binatang, bunga dan tumbuh-tumbuhan, serta barang besar lainnya. Selain itu, ada juga peniti, cincin, stempel, perhiasan, dan barang kecil lainnya.

Daerah penghasil ukiran giok di Tiongkok adalah Beijing, Shanghai, Guangzhou, Liaoning, Jiangsu, Xingjiang, dan tempat-tempat lainnya. Ukiran giok Tiongkok memiliki reputasi yang tinggi di dunia.

Batu Singa

sunting

Singa dianggap sebagai binatang keramat oleh masyarakat Tionghoa dan disebut sebagai raja binatang. Singa yang dikur dari batu dapat ditemukan di mana-mana di Tiongkok. Karena masyarakat Tionghoa menganggap singa sebagai lambang keberuntungan, keberanian, dan kewibawaan, maka saat membangun istana, kediaman pejabat, rumah, dan makam, mereka selalu suka menggunakan batu yang diukir menjadi berbagai macam model singa untuk diletakkan pada pintu masuk sebagai pengusir iblis dan menghindarkan yang jahat, sekaligus sebagai penjaga pintu gerbang. Dewasa ini, batu singa juga diletakkan di pintu depan jalan-jalan ramai perkotaan, bank, pertokoan, dan taman.

Biasanya sepasang singa batu tersebut adalah pasangan singa jantan dan singa betina. Bagaimana cara menbedakannya? Mudah saja. Biasanya singa jantan di kaki kanannya menginjak bola sulaman, yang melambangkan kekuatan, dan terletak di sebelah kiri pintu, sedangkan singa betina di kaki kirinya terdapat anak singa kecil, yang melambangkan kemakmuran anak cucu keluarga, dan terletak di sebelah kanan pintu. Konon singa suka bermain dengan mutiara yang bersinar dalam kegelapan, sehingga seringkali mulut singa batu mengulum sebuah bola bundar yang berputar.

Dalam sejarah Tiongkok, Beijing merupakan ibukota dari lima dinasti feodal, oleh karenanya di dalam dan luar kota Beijing terdapat berbagai macam tempat peninggalan batu singa. Di antara batu singa di depan pintu Tian An Men adalah yang terbesar, batu singa di luar pintu Taman Zhongsan yang tertua, dan batu singa di Jembatan Lugou yang terbanyak.

Batu singa di Beijing sebagian besar dipahat pada masa dinasti Ming dan Qing, dan terlihat agak jinak. Jika hendak menikmati batu singa yang gagah dan kuat dari dinasti Han dan Tang, perlulah pergi ke kota kuno Tiongkok, misalnya Xi An.

Empat Mestika Belajar

sunting

Sejak zaman dahulu, orang membutuhkan kertas, tinta (bak), kuas (mopit), dan batu tinta untuk menulis. Keempat benda ini kemudian dinamai Empat Mestika Kamar Belajar (atau Empat Harta Pembelajaran).

Kertas Xuan merupakan salah satu kertas yang tergolong unik, karena memiliki warna putih bersih, berserat rapat dan merata, halus dan lembut, dan dapat menyerap air tinta, sehingga ketika tinta bak menyentuh permukaan kertas, maka ia dengan cepat menyerapnya. Hal ini menjadi ciri has yang menggambarkakn keunikan dari kaligrafi dan lukisan Tiongkok. Kertas Xuan memiliki day apenyimpanan yang lama, sehingga walaupun telah disimpan sangat lama, ia tetap tidak rusak atau robek, tidak berubah warna, dan tidak mudah dimakan rayap. Oleh karena itu masih banyak kaligrafi dan lukisan Tiongkok berusia ratusan bahkan ribuan tahun yang memiliki kondisi yang masih baik.

Para seniman kaligrafi dan lukis Tiongkok sejak dahulu sangat memperhatikan kualitas dari tinta yang digunakan. Tinta bak terbaik Tiongkok diproduksi di Huizhou. Tinta Hui ini sudah diproduksi sejak zaman dinasti Tang, lebih dari seribu tahun yan glalu. Di dalamnya dicampurkan obat Tiongkok dan wangi-wangian yang mahal.

Kuas mopit sudah diproduksi dan digunakan di Tiongkok selama ribuan tahun lamanya. Bahan asli yang digunakan adalah bulu binatang dan bambu. Untuk membuat sebuah mopit yang berkualitas baik, diperlukan lebih dari 70 langkah, mulai dari memilih bulu satu demi satu dari ribuan bulu kambing, bulu kelinci, dan bulu musang, kemudian digabungkan melalui langkah-langkah yang spesifik, sehingga menjadi mopit yang berkualitas terbaik.

Batu tinta adalah alat untuk mengaduk tinta. Batu tinta yang baik dapat menghasilkan tinta dengan cepat, dan tinta yang dihasilkannya juga tidak mudah mengering ataupun membeku. Selain itu batu tinta yang berharga juga merupakan benda seni yang bernilai tinggi sehingga menjadi salah satu benda yang sering diberikan sebagai hadiah.

Kertas, bak, mopit, dan batu tinta mempunyai peranan penting di dalam perkembangan budaya Tionghoa, terlebih di bidang kaligrafi dan seni lukis klasik Tiongkok.

Adat-Istiadat Tiongkok

sunting

Kehidupan rakyat Tiongkok yang beraneka ragam memiliki banyak kebiasaan dan adat-istiadat yang sangat menarik. Budaya dan adat-istiadat Tiongkok amat berbeda dengan budaya bangsa lain. Tidak hanya dalam pernikahan, tapi juga upacara bayi satu bulan (man yue), tahun baru Imlek, 12 shio, dan sebagainya.

Keunikan budaya Tiongkok ini menggambarkan harapan rakyat Tiongkok terhadap kehidupan yang bahagia dan damai sejahtera.

Marga dan Nama Tionghoa

sunting

Untuk membedakan klan yang satu dengan klan yang lain, masyarakat Tiongkok menggunakan marga sebagai unsur pembeda. Marga Tiongkok berasal dari beberapa hal berikut:

  1. Masyarakat matrilineal menggunakan nama ibu sebagai nama marga
  2. Nama binatang yang disembah sebagai nama marga
  3. Nama daerah atau negara yang dihadiahkan oleh penguasa, sebagai nama marga
  4. Tingkatan jabatan nenek moyang sebagai nama marga
  5. Anugerah gelar oleh penguasa sebagai nama marga
  6. Letak dan posisi tempat tinggal sebagai nama marga
  7. Nama pekerjaan sebagai nama marga
  8. Nama lain dari nenek moyang sebagai nama marga

Marga Tiongkok dapat terdiri dari satu karakter, disebut nama marga tunggal, atau dua (atau lebih) karakter, disebut nama marga ganda. Hingga saat ini masih belum ada data akurat mengenai jumlah marga Tiongkok, namun kurang lebih ada 3.500 nama marga, 100 di antaranya paling sering dijumpai. Tiga nama marga paling umum adalah Li (Lie), Wang (Ong), dan Zhang (Tio).

Nama rakyat Tiongkok juga memiliki tardisi dan keunikan tersendiri dan diletakkan di belakang nama marga. Nama panggilan ada yang terdiri dari satu karakter, dan ada juga yang terdiri dari dua karakter. Selain itu, dalam keluarga besar, pemberian nama harus memperhatikan urutan tingkatan generasi, sehingga pada umumnya nama orang-orang yang dari satu marga dan satu generasi yang sama, misalnya di antara saudara kandung dan saudara sepupu, mengandung satu karakter yang sama (nama marga, nama tingkatan generasi, nama pribadi).

Apabila dibandingkan dengan nama orang zaman sekarang, nama orang zaman dahulu kala lebih kompleks, terutama untuk orang yang memiliki suatu jabatan dan pendidikan. Selain memiliki nama panggilan, mereka juga memiliki nama lain (alias), dan juga nama sebutan pribadi.

Pada umumnya nama orang Tionghoa mengandung sesuatu arti dan menunjukkan suatu harapan. Ada nama yang mengandung waktu dan tempat kelahiran, gejala alam, ataupun harapan moral akan moral yang baik. Selain itu ada juga nama yang mengandung suatu harapan akan kesehatan, panjang umur, dan kebahagiaan.

Pemberian nama untuk pria sangat berbeda dengan pemberian nama untuk wanita. Kebanyakan nama pria mengandung arti kegagahan, keberanian, keteguhan, dan kekuatan, sedangkan nama wanita pada umumnya mengandung arti kelembutan dan keindahan. Hingga sekarang, para orang tua masih tetap berharap untuk memberikan nama yang indah dan unik, serta mengandung arti yang baik kepada anak-anaknya.

Dua Belas Shio

sunting

Di kalangan rakyat Tiongkok, terdapat tradisi kelahiran seorang anak akan memiliki satu macam binatang sebagai shionya. Shio merupakan cara tradisional rakyat Tiongkok untuk menghitung usia dan menamai tahun.

Cara masyarakat Tiongkok kuno menamai tahun adalah dengan menggabungkan nama tahun kaisar dengan "batang langit dan cabang bumi". Cara ini memiliki catatan yang jelas mulai tahun 841 SM hingga saat ini. Satu siklus terdiri dari 60 tahun dengan nama berbeda-beda, yang kemudian berulang setiap 60 tahun. Kemudian sejak dinasti Han Timur (25-220 SM), masyarakat Tiongkok menggunakan 12 macam binatang, yaitu: tikus, kerbai, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi, untuk dipadukan dengan 12 "cabang bumi" sehingga terbentuklah 12 shio, yang digabungkan dengan 5 elemen, sehingga terbentuk siklus 60 tahun.

Manyue dan Zhuazhou

sunting

Perayaan bayi genap berumur satu bulan (man yue) dan upacara zhua zhou adalah perayaan khas di Tiongkok. Dalam perjalanan usia seorang anak, kedua upacara ini memiliki makna yang sangat penting.

Hari ketika anak berusia genap satu bulan sejak dilahirkan, keluarga biasanya akan mengundang sanak saudara untuk memperingatinya bersama-sama. Menurut tradisi Tiongkok, rumah pada hari ini akank dipenuhi kegembiraan dan suasana perayaan, sehingga perayaan dirayakan dengan sangat meriah. Tetapi beberapa tahun belakangan ini, ada-istiadat ini perlahan-lahan tak begitu populer lagi di perkotaan, terutama di kalangan pasangan muda. Terlepas dari itu, anak genap berumur sebulan tetap menjadi hari yang menggembirakan dan perlu dirayakan oleh setiap keluarga.

Zhua zhou (/cua co/) memiliki arti bayi genap berusia satu tahun. Sebelum merayakan dengan makan mie panjang umur pada siang hari, diletakkan kitab, alat tulis, tinta bak, kertas, batu tinta, sempoa, uang koin, buku dagang, perhiasan, bunga, bedak, makanan, mainan, dll., atau jika anak perempuan, maka diletakkan sekop, sendok, peralatan minum, gunting, penggaris, peralatan jahit, benang sulam, contoh pola, peralatan sulam, lalu anak akan digendong oleh orang dewasa dan didudukkan tegak. Tanpa dibimbing atau diberi petunjuk dari orang tua atau orang lain, sang anak dibiarkan memilih sesuatu sesuai dengan keinginannya. Berdasarkan pilihan yang diambil oelah anak, akan diprediksi aspirasi dan minat serta profesi sang anak di masa yang akan datang dan masa depan anak tersebut.

Upacara Pernikahan

sunting

Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting di dalam kehidupan manusia. Pernikahan Tiongkok merupakan adat yang sangat menarik. Pernikahan Tiongkok harus mengadakan perjamuan yang besar, serta bersujud sebagai tanda hormat kepada orang tua. Pernikahan tradisional Tiongkok dirayakan mengikuti adat dengan penuh meriah, agung, dan suasana kegembiraan, tata caranya lengkap dengan memakai baju berwarna merah, karena warna merah melambangkan keberuntungan dan kegembiraan, dan dekorasi ruangan unik. Tetapi di zaman modern, tata cara pernikahan ini sudah sangat jarang ditemui lagi, terutama di kota-kota besar.

Tandu pengantin adalah salah satu tata cara yang penting dalam pernikahan Tiongkok tradisionial. Pengantin wanita duduk di tandu pengantin, dan ditandu dari rumahnya sendiri ke rumah suaminya. Pada umumnya tandu pengantin ditandu empat orang atau delapan orang. Ada dua jenis tandu, yaitu tandu naga dan tandu burung foniks. Orang yang mengikuti regu tandu pengantin biasanya terdiri dari lebih dari sepuluh orang, ada para pemikul gong, pembawa payung dan kipas. Upacara pengangkatan tandu ini berlangsung dengan khidmat.

Di dalam pernikahan Tiongkok tradisional, wajah pengantin wanita harus ditutupi dengan kain merah. Dengan ditemani teman wanita dan dituntun oleh kain sutera berwarna merah yang dipegang oleh pengantin pria, perlahan-lahan pengantin wanita memasuki tandu pengantin. Perjalanan menuju rumah suaminya tidak dapat terlepas dari kemeriahan. Para penandu akan dengan sengaja menggoyangkan tandu ke kiri dan ke kanan., membuat pengantin wanita yang duduk di dalamnya tidak dapat duduk dengan stabil, sehingga kadang-kadang pengantin pria harus meminda dengan hormat kepada orang banyak untuk tidak menggoyangkan tandu tersebut. Hal ini membuat orang-orang tertawa dengan seninag, sehingga menambah kemeriahan suasana pernikahan.

Tata cara terpenting dari pernikahan Tiongkok tradisional adalah upacara penyembahan. Pengantin pria dan wanita berjalan ke depan meja persembahan langit dan bumi. Pada waktu upacara penyembahan kepada langit dan bumi, pengantin pria dan wanita berdiri sejajarh di depan meja persembahan, pria di kanan, wanita di kiri. Pemimpin upacara akan memimpin dengan berseru, "Pertama, pengantin menyembah kepada langit dan bumi. Kedua, pengantin bersujud kepada orang tua. Ketiga, pengantin saling hormat satu sama lainnya." Berdasarkan adat-istiadat masyarakat Tionghoa, pengantin pria dan wanita baru dapat dikatakan suami-isteri yang sah apabila mereka sudah melakukan upacara penyembahan kepada langit dan bumi, maka upacara penyembahan sangatlah dipentingkan.

Setelah menyelesaikan penyembahan, pengantin pria dan wanita akan memasuki kamar pengantin. Berdasarkan adat-istiadat masyarakat, sesudah pengantin memasuki kamar pengantin, teman-teman dan sanak saudara segenerasi dengan pengantin akan berkumpul di dalam kamar pengantin dan bercanda mengenai hubungan suami-isteri. pada saat ini, meskipun candaan mereka agak berlebhian, pengantin pria dan wanita juga tidak akan marah, melainkan mencari akal untuk menghadapi candaan tersebut, karena tujuan dari candaan teman-teman dan sanak saudara mereka hanyalah untuk meramaikan dan memeriahkan suasana kamar pengantin.

Empat Binatang Spiritual

sunting

Orang zaman kuno di Tiongkok menganggap bahwa kirin, foniks, kura-kura, dan naga adalah empat binatang sakti dan bijaksana, maka disebut sebagai Empat Binatang Spiritual yang merupakan lambang keberuntungan. Sebenarnya, kecuali kura-kura, tiga binatang lainnya adalah binatang dalam legenda yang merupakan makhluk khayalan saja.

Kirin dalam legenda adalah makhluk bertubuh mirip rusa dan berperisai sisik di seluruh tubuhnya. Di kepalanya terdapat sebuah tanduk yang ujungnya tumbuh daging berbentuk bola. Kaki kirin mirip kaki kuda dengan ekor mirip ekor sapi. Kirin dianggap sebagai binatang yang berkebajikan dan berbudi. Para kaisar dari generasi ke generasi selalu menganggap kirin sebagai lambang kejayaan dan kedamaian kerajaan

Burung foniks atau burung hong yang bermahkota bulu yang indah, berbulu sayap yang berwarna-warni adalah makhluk legenda lambang keberuntungan perbapudan keunikan berbagai macam burung. Burung foniks disebut raja burung dalam legenda Tiongkok, dan adalah lambang keberuntungan, kedamaian, dan kebersihan pemerintahan. Bersama naga, burung foniks dianggap sebagai lambang kekuasaan dan kewibawaan kaisar. Mahkota foniks, kereta foniks, dan barang-barang lain yang berhubungan dengan foniks hanya boleh digunakan oleh keluarga raja dan dewa. Tetapi lama-kelamaan foniks menjadi binatang keberuntungan di kalangan rakyat biasa juga. Terutama pada upacara pernikahan tradisional Tiongkok, foniks telah menjadi hiasan busana pengantin perempuan yang melambangkan keberuntungan dan kegembiraan.

Kura-kura merupakan satu-satunya binatang yang nyata dari empat binatang spiritual. Masyarakat tidak hanya menganggap kura-kura sebagai lambang kesehatan dan panjang umur, tetapi juga menganggapnya sebagai binatang yang memiliki kesaktian yang dapat meramal masa depan. Di masa kuno, sebelum penyelenggaraan kegiatan besar, seorang juru tenung akan membakar tempurung kura-kura, kemudian meramal keberuntungan atau kesialan berdasarkan retakan pada tempurung kura-kura. Maka, masyarakat menganggap kura-kura sebagai "kura-kura suci" atau "kura-kura sakti".

Naga dianggap sebagai makhluk dewa tertinggi di Tiongkok dan binatang keberuntungan terbesar. Masyarakat mengenal benar citra naga, tetapi tidak ada yang tahu wujud naga sesungguhnya. Naga memiliki kepala sapi, tanduk rusa, mata udang, cakar elang, badan ular, ekor singa, dan tubuhnya yang panjang dipenuhi dengan sisik (tapi tidak memiliki sayap seperti naga Barat). Wujud naga merupakan gabungan dari berbagai macam binatang. Dalam bayangan masyarakat, naga dapat berjalan di darat, menjelajahi air, terbang di awan, penuh dengan kekuatan luar biasa yang tiada habisnya. Naga melambangkan kekuasaan dan kewibawaan. Rakyat juga menganggap naga sebagai perwujudan moral kebajikan dan kekuatan. Oleh karena itu, di mana-mana di Tiongkok dapat ditemui wujud naga. Naga sebagai binatang keberuntungan terbesar dari empat binatang spiritual telah menjadi lambang bangsa Tionghoa. Seluruh orang Tionghoa di berbagai belahan dunia menganggap dirinya sebagai keturunan naga.

Lambang dan Gambar Keberuntungan

sunting

Berbagai macam gambar yang memiliki makna keberuntungan sangat populer di kalangan rakyat Tiongkok. Setiap tahun baru, hari raya, atau hari sukacita tiba, masyarakat menggunakan gambar-gambar keberuntungan ini untuk mendekorasi kamar dan barang-barang untuk menyatakan cita-cita pencapaian hidup yang bahagia dan sejahtera.

Gambar keberuntungan Tiongkok sudah ada sejak dinasti Zhou lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Tema gambar keberuntungan sangatlah luas. Beberapa yang paling sering dijumpai adalah karakter "shuang xi", "shou", "fu shou shuang quan", "si he ru yi", dll. "Shuang xi" (/shuang si/) atau kebahagiaan ganda memiliki arti datangnya keberuntungan besar. Gambar ini sering digunakan pada saat mengadakan upacara pernikahan.

"Shou" (panjang umur) dan "fu shou shuang quan" (/fu shou shuang jien/) memiliki makna kebahagiaan dan panjang umur. "Si he ru yi" (/se he ru i/) dibentuk dari empat buah karakter "ru yi" (sesuai keinginan), melambangkan kelancaran dalam segala hal. "Wu fu peng shou" (/u fu beng shou/) (lima kebahagiaan memegang panjang umur) terdapat 5 kelelawar (fu, homonim dari "kebahagiaan") yang mengitari karakter "shou" (panjang umur). Yang dimaksud lima kebahagiaan adalah panjang umur, kaya berwibawa, sehat walafiat, bermoral baik, dan meninggal secara damai.

Pekan Raya Kuil

sunting

Pekan raya kuil adalah aktivitas masyarakat yang konon berawal dari pemujaan dewa tanah kuno, kemudian perlahan-lahan berubah menjadi semacam pasar pertukaran barang di kalangan rakyat dan tempat pertunjukan budaya.

Biasanya pekan raya kuil diadakan di dalam kuil dan di lapangan kosong dekat kuil pada tahun baru Imlek, atau hari raya, atau hari tertentu. Pada saat pekan raya kuil, para petani dan pedagang membawa hasil pertanian, produk lokal, dan berbagai macam barang antik, barang-barang giok, bunga, burung, ikan, serangga yang dikumpulkan dari berbagai tempat ke pekan raya kuil untuk diperdagangkan. Pengrajin dari berbagai macam kalangan menjual barang kerajinan tangan dan makanan khas. Seniman rakyat membuat panggung untuk mempertunjukkan tarian, lagu, dan sandiwara rakyat (termasuk nyanyian balada, lawak atau dagelan, bercerita, berbicara diiringi keprak, dan sebagainya). Masyarakat dengan gembira bergegas datang untuk berdagang, menonton pertunjukan, mencicipi panganan, keramaian yang tiada tara.

Dewasa ini di Beijing pekan raya kuil diadakan setiap perayaan tahun baru Imlek. Pekan raya kuil di Beijing masih mempertahankan berbagai macam adat-istiadat tradisional, misalnya menunggang keledai, mengelilingi arena pekan raya, menembak lubang uang di pekan raya kuil. Barang yang dijual di pekan raya kuil juga memiliki kekhasan daerah utara Tiongkok, misalnya mainan diabolo, kincir angin, golok, tombak, pedang, dan mainan-mainan lainnya. Manisan "bing tang hu lu", minuman tepung sorgum yang diseduh menjadi bubur, dan panganan lainnya yang sangat digemari oleh masyarakat.

Barongsai dan Tari Naga

sunting

Barongsai atau tarian singa diperkirakan berasal dari zaman Dinasti Selatan dan Utara. Pada Dinasti Tang, kesenian barongsai telah berkembang menjadi pertunjukan nyanyian dan tarian kolosal yang berjumlah lebih dari 100 orang.

Di Tiongkok, tarian barongsai adalah sebuah cabang olahraga tradisional yang juga merupakan sebuah seni budaya tradisional. Dari daerah utara hingga daerah selatan, dari perkotaan hingga pedesaan, barongsai selalu dapat ditemui pada perayaan tahun baru atau upacara perayaan besar lainnya. Rakyat menganggap bahwa barongsai dapat mengungkapkan kegembiraan mereka dengan baik, dan dapat menambah keramaian suasana secara sempurna. Barongsai paling populer di daerah Guangdong. Penampilan singa yang digunakan dalam pertunjukan sangat perkasa, gerakannya kuat dan gagah, ekspresinya berubah-ubah, masyarakat Guangdong menyebutnya dengan "Singa kebangkitan".

Rakyat Tiongkok memuja singa seperti memuja totem. Di kalangan rakyat terdapat banyak legenda mengenai singa, kedudukannya hanyalah di bawah naga, oleh karena itu barongsai juga memiliki tidak sedikit nuansa mistik. Masyarakat percaya bahwa singa merupakan binatang keberuntungan, sedangkan barongsai dapat membawa nasib baik sehingga pada setiap perayaan atau saat tahun baru tiba selalu ada barongsai untuk memeriahkan suasana, dan memohon keberuntungan atau kelancaran.

Barongsai yang khusus digunakan pada perayaan untuk mendapat kebahagiaan dan menyambut keberuntungan diturunkan dari generasi ke generasi, dari kegiatan hiburan traidsional rakyat pada masa kuno menjadi olahraga yang menyehatkan tubuh. Kemeriahan tari naga dan barongsai sering ditemui di film-film Tiongkok.

Perayaan Tahun Baru Imlek

sunting

Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 bulan pertama penanggalan tahun Tiongkok. Perayaan Imlek merupakan perayaan yang paling penting dan paling meriah di dalam perayaan tradisional Tiongkok. Selain itu, perayaan Imlek dinamai Perayaan Musim Semi, karena bertepatan dengan berakhirnya musim dingin dan dimulainya musim semi.

Dalam merayakan Imlek, rakyat Tiongkok mengikuti banyak tradisi. Persiapan perayaan Imilek dimulai tanggal 23 bulan keduabelas, setiap keluarga harus membersihkan rumahnya, membeli barang-barang keperluan perayaan Imlek, menempelkan hiasan di jendela, menggantungkan lukisan di dinding, menulis pantun musim semi, membuat kue tahun baru dan berbagai jenis makanan, menyiapkan segalanya untuk memasuki tahun yang baru.

Malam Imlek di Tiongkok juga disebut "chu xi" (ju si). Malam Imlek ini merupakan malam berkumpulnya anggota keluarga. Mereka duduk bersama dan menikmati makan malam yang berlimpah. Mereka sambil bercanda sambil berbincang-bincang hingga fajar tiba. Salah satu hidangan yang disantap adalah kue keranjang.

Sesudah malam Imlek sampailah tanggal pertama tahun baru. Sejak hari ini orang-orang akan berkunjung ke rumah sanak saudara atau teman-teman untuk mengucapkan selamat tahun baru yang disebut "bai nian" (/pai nien/). Ini merupakan tradisi yang sangat penting pada saat tahun baru Imlek. Ucapan selamat serta harapan untuk kebahagiaan, kesehatan, dan sebagainya biasanya disampaikan pada kunjungan "bai nian" ini.

Bermain petasan adalah kegiatan yang paling disukai anak-anak pada saat tahun baru Imlek. Menurut legenda yang beredar di masyarakat, petasan dapat digunakan untuk mengusir roh-roh jahat, karena itu setiap tahun dimulai dari malam Imlek, orang-orang akan menyalakan petasan secara terus-menerus. Bunyi petasan bersama indahnya bunga api akan menambah kemeriahan suasana Imlek.

Pada perayaan Imlek, di banyak daerah di Tiongkok akan diadakan pekan raya kuil. Di pekan raya kuil akan dipertontonkan pertunjukan barongsai dan tari naga yang meriah. Selain itu juga ada berbagai macam barang kesenian dan makanan kecil yang menarik beribu-ribu orang untuk datang merayakan perayaan Imlek bersama.

Walaupun tradisi-tradisi pada beberapa puluh tahun terakhir ini sudah mengalami perubahan yang besar, tetapi perayaan tahun baru ini sudah mengalami perubahan yang besar, tetapi perayaan tahun baru Imlek selalu merupakan perayaan yang paling penting bagi rakyat Tiongkok dan orang Tionghoa di seluruh dunia, sedangkan kegiatan bermain petasan dan makan pangsit merupakan dua kegiatan penting dalam hari raya ini.

Selain itu, biasanya perayaan Imlek juga berdekatan waktunya dengan masa bunga plum (mei hua) berbunga. Bunga plum menjadi salah satu bunga yang paling disukai dalam budaya Tiongkok. Bunga plum merupakan simbol musim dingin dan pertanda musim semi. Bunga plum adalah salah satu bunga yang paling disukai di Tiongkok dan sering digambarkan dalam seni dan puisi Tiongkok selama berabad-abad. Bunga ini sangat disukai karena dianggap mekar paling cemerlang di tengah salju musim dingin, bahkan pada saat-saat terdingin dalam setahun. Oleh karena itu, bunga plum melambangkan ketangguhan, ketekunan dan harapan, serta keindahan, kemurnian, dan kefanaan hidup.

Karena mekar di musim dingin, bunga plum dianggap sebagai salah satu dari "Tiga Sahabat Musim Dingin", bersama dengan pinus, dan bambu. Bunga plum juga dianggap sebagai salah satu dari "Empat Gentlemen" dalam seni Tiongkok, bersama dengan anggrek, krisan, dan bambu. Selain itu bunga plum juga adalah salah satu "Bunga Empat Musim", yang terdiri dari anggrek (musim semi), teratai (musim panas), dan krisan (musim gugur) dan bunga plum (musim dingin). Pengelompokan ini terlihat berulang kali dalam estetika seni, lukisan, sastra, dan desain taman Tiongkok.

Perayaan Cap Go Meh

sunting

Perayaan Cap Go Meh atau perayaan lampion adalah salah satu perayaan tradisional Tiongkok yang dirayakan setiap tanggal 15 (Cap Go) bulan pertama penanggalan Tiongkok. Pada hari tersebut, rakyat Tiongkok memiliki tradisi menikmati keindahan lampion dan makan ronde.

Tradisi ini sudah dimulai dari dinasti Han, lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Suasana pada festival lampion sangat meriah, di mana-mana digantung lampion yang berwarna-warni. Pada malam hari, orang-orang akan menikmati keindahan lautan lampion ini, seperti lampion istana yang berwarna-warni, lampion berbentuk tembok, lampion manusia, bunga, dan binatang, lampion yang dapat berputar, lampion mainan, dan sebagainya. Ada pula yang menulis teka-teki di atas lampion, membuat orang-orang berebut untuk menebaknya.

Tradisi makan ronde pada perayaan Cap Go Meh juga merupakan adat tradisional Tiongkok. Makanan ronde sudah ada sejak zaman dinasti Song (960-1279). Ronde terbuat dari tepung ketan yang dibentuk menjadi bola kecil, di dalamnya diisi dengan gula dan biji buah-buahan (atau kacang), kemudian direbus hingga matang. Ronde ini sangat lezat rasanya, biasanya dimakan dengan kuah hangat. Rakyat Tiongkok memiliki tradisi makan ronde pada malam bulan purnama pertama dalam setahun agar semua hal yang dikerjakan berhasil, keluarga mereka selalu bersatu, harmonis, bahagia, dan rukun senantiasa.

Perayaan Ceng Beng

sunting

Perayaan Ceng Beng atau Qing Ming (/jing ming/) adalah salah satu dari 24 perayaan dalam penanggalan tahun Tiongkok. Perayaan Ceng Beng dirayakan pada bulan ketiga, pada musim semi, saat cuaca sangat cerah dan udaranya sejuk bersih.

Pada perayaan Ceng Beng, masyarakat memiliki kebiasaan untuk membersihkan kuburan dan berziarah ke makam nenek moyang. Rakyat Tiongkok memiliki tradisi menghormati orang yang lebih tua, termasuk orang yang sudah meninggal. Oleh karena itu, setiap tahun pada hari Ceng Beng, anggota keluarga di Tiongkok akan pergi membersihkan kuburan dan berziarah. Mereka akan membersihkan rumput liar dan menambahkan tanah baru pada kuburan leluhur, membakar dupa dan kertas uang, memberikan sesaji di depan kuburan untuk menyatakan kerinduah dan penghormatan mereka kepada nenek moyangnya, sehingga hari Ceng Beng juga disebut Hari Membersihkan Kuburan, atau Hari Ziarah.

Pada saat Ceng Beng, pohon-pohon mulai bertunas, daun pohon dedalu di tepi sungai mulai tumbuh, di mana-mana terlihat tanaman yang berwarna hijau. Ini merupakan saat yang tepat untuk berpiknik ke luar kota. Rakyat Tiongkok di zaman dulu ada yang memiliki tradisi berjalan-jalan ke luar kota pada hari Ceng Beng. Sewaktu itu mereka mematahkan ranting dedalu dan memakainya di kepala. Hal ini dipercaya oleh rakyat Tiongkok dapat mengusir roh-roh jahat dan bencana, sehingga mereka memakai ranting dedalu di kepala sebagai doa bagi keselamatan dan kebahagiaanya.

Dewasa ini cara pemakaman mengalami perubahan yang besar di Tiongkok. Kremasi telah menggantikan cara penguburan yang telah tidak dianjurkan lagi di Tiongkok (karena menghabiskan lahan). Kuburan di Tiongkok semakin lama semakin sedikit. Walaupun demikian, tradisi menghormati nenek moyang dan berpiknik ke luar kota pada hari Ceng Beng adalah adat tradisional Tiongkok. Setiap hari Ceng Beng, orang-orang masih menggunakan banyak cara untuk menghormati nenek moyangnya, dan mereka tetap pergi ke luar kota menghirup udara yang segar, dan menikmati keindahan langit biru, tumbuh-tumbuhan hijau, dan bunga-bunga segar.

Perayaan Peh Cun

sunting

Perayaan Peh Cun atau Duan Wu (/twan u/) dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan tahun Tiongkok. Pada saat perayaan ini, rakyat Tiongkok akan makan bakcang/bacang dan mengadakan perlombaan perahu naga. Konon kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk memperingati Qu Yuan (/Ji Yuan/), seorang penyair besar Tiongkok kuno yang sangat mencintai negaranya.

Pada tanggal 5 bulan 5 tahun 278 SM, Qu Yuan bunuh diri dengan melompat ke sungai Miluo, karena negaranya (Chu) ditaklukkan negara Qin. Ketika rakyat mendengar berita bahwa Qu Yuan telah bunuh diri di sungai, banyak orang yang mendayung perahunya ke sungai Miluo untuk mencari jenazahnya, tetapi jenazahnya tidak pernah ditemukan. Kemudian rakyat melemparkan makanan ke dalam sungai untuk memberi makan ikan, agar hewan-hewan sungai tidak memakan jenazah Qu Yuan. Hal ini kemudian menjadi sebuah tradisi selama lebih dari 2.000 tahun. Kemudian masyarakat mengganti tradisi melempar makanan ke dalam sungai dengan memakan bakcang yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus daun tumbuhan.

Hingga dewasa ini, perlombaan perahu naga tidak hanya dilakukan pada perayaan Peh Cun, tetapi sudah tersebar luas ke berbagai negara di dunia, bahkan sudah menjadi salah satu nomor lomba pada perlombaan olahraga. Di perdesaan Tiongkok, perlombaan perahu naga sudah menjadi salah satu kegiatan olahraga tradisional. Masyarakat menganggap merebut kejuaraan pada perlombaan perahu naga sangatlah penting, sehingga ada pepatah yang mengatakan "lebih baik gagal panen setahun daripada kalah perlombaan perahu naga".

Perayaan Tiong Ciu

sunting

Perayaan Tiong Ciu atau Zhong Qiu (/cong jiu/) diadakan setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan tahun Tiongkok. Penurut penanggalan Tiongkok, bulan ketujuh, kedelapan, dan kesembilan adalah bulan musim gugur. Tepat pada tanggal 15 bulan 8 adalah pertengahan musim gugur, sehingga perayaan yang diadakan pada tanggal tersebut, rakyat Tiongkok memiliki kebiasaan menikmati indahnya bulan purnama sambil memakan kue bulan. Perayaan Tiong Ciu disebut juga Festival Pertengahan Musim Gugur dan Festival (Kue) Bulan.

Pada musim gugur udara tidak terlalu panas, dan di langit jarang terlihat awan-awan yang bergumpal, sehingga cuaca sangat baik dan cerah untuk melihat bulan yang sangat indah dan terang. Malam tanggal 15 setiap bulan di penanggalan tahun Tiongkok selalu merupakan malam bulan purnama, karena kalender Tiongkok merupakan kalender lunar (bulan). Rakyat Tiongkok menganggap bulan purnama sebagai lambang persatuan dan keharmonisan keluarga, sehingga hari ini juga disebut sebagai Hari Berkumpul Keluarga.

Berdasarkan adat-istiadat tradisional Tiongkok, sambiili menikmati keindahan bulan purnama, rakyat Tiongkok sambil menikmati makanan kecil seperti kuaci, buah-buahan, kue bulan, dsb. Karena kue bulan berbentuk bulat, maka ia juga digunakan sebagai lambang persatuan keluarga, sehingga ada yang menyebutnya sebagai Kue Berkumpul. Kue bulan beraneka ragam jenisnya, dan cara pembuatannya berbeda-beda di tiap daerah. Ada yang rasanya manis, ada yang asin, ada yang berisi daging, ada yang berisi sayuran. Selain itu, ada yang menambahkan cetakan tulisan atau gambaran di permukaan kue bulan, sehingga kue bulan bukan saja enak dimakan, tetapi juga enak dipandang.

Musim gugur merupakan musim panen. Pada malam Perayaan Tiong Ciu, semua anggota keluarga duduk bersama dengan penuh sukacita karena keberhasilan panen dan berkumpulnya anggota keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang tidak dapat berkumpul bersama, maka ia akan menengadah ke bulan dan merindukan keluarga dan kampung halamannya.

Dua Puluh Empat Waktu Matahari

sunting
Posisi matahari
 Bujur langit    Posisi   Tanggal
Musim semi
315° Lichun 4-5 Feb.
330° Yushui 18-19 Feb.
345° Jingzhe 5-6 Mar.
Chunfen 20-21 Mar.
15° Qingming 4-5 Apr.
30° Guyu 20-21 Apr.
Musim panas
45° Lixia 5-6 Mei
60° Xiaoman 21-22 Mei
75° Mangzhong 5-6 Jun.
90° Xiazhi 21-22 Jun.
105° Xiaoshu 7-8 Jul.
120° Dashu 22-23 Jul.
Musim gugur
135° Liqiu 7-8 Ags.
150° Chushu 23-24 Ags.
165° Bailu 7-8 Sep.
180° Qiufen 23-24 Sep.
195° Hanlu 8-9 Okt.
210° Shuangjiang 23-24 Okt.
Musim dingin
225° Lidong 7-8 Nov.
240° Xiaoxue 22-23 Nov.
255° Daxue 7-8 Des.
270° Dongzhi 21-22 Des.
285° Xiaohan 5-6 Jan.
300° Dahan 20-21 Jan.

Menurut cara penamaan tahun penanggalan tahun Tiongkok, setiap bulan memiliki dua waktu matahari, sehingga dalam setahun terdapat 24 waktu matahari. Waktu matahari hanya ada pada penanggalan tradisional Tiongkok. Masyarakat Tiongkok kuno dalam beraktivitas sehari-hari eprlahan-lahan menyadari bahwa waktu yang diperlukan oleh bumi berevolusi satu kali mengelilingi matahari adalah 365,25 hari, dan berdasarkan hubungan timbal-balik antara manusia dan bumi membagi satu tahun menjadi 24 bagian yang menunjukkan perubahan musim dan iklim. Dengan cara ini, setiap 15 hari adalah satu waktu matahari.

Waktu matahari pada setiap bulan 1-6 (Januari-Juni) selalu jatuh antara tanggal 6-21. Waktu matahari pada setiap bulan 7-12 (Juli-Desember) selalu jatuh antara tanggal 8-23. Berikut adalah urutannya:

  1. Li chun / Tahun Baru Imlek (awal musim semi)
  2.  Yu shui / Cap Go Meh (air hujan) - mulai turunnya hujan
  3.  Jing zhe (kekau serangga) - serangga mulai bangun setelah hibernasi
  4. Chun fen (ekuinoks musim semi)
  5.  Qing ming / Ceng Beng (cerah dan terang) - tibanya musim semi
  6.  Gu yu (hujan padi) - air hujan bertambah banyak, sangat baik untuk pertumbuhan padi-padian
  7. Li xia (awal musim panas)
  8.  Xiao man (kecil berisi) - bibit tanaman yang masak di musim panas telah mulai berisi
  9.  Mang zhong (membersihkan semak) - gandum telah mulai masak
  10. Xia zhi (titik balik musim panas) - siang paling panjang
  11.  Xiao shu (sedikit panas) - menunjukkan tingkat kepanasan cuaca
  12.  Da shu (panas terik) - masa paling panas dalam setahun
  13. Li qiu (awal musim gugur)
  14.  Chu shu (batas panas) - cuaca panas akan segera berlalu
  15.  Bai lu (embun putih) - memberitahu datangnya embun, cuaca dingin akan segera datang
  16. Qiu fen / Tiong Ciu (ekuinoks musim gugur)
  17.  Han lu (embun dingin) - embun semakin berat, cuaca sangat dingin
  18.  Shuang jiang (masa turunnya embun beku) - datangnya kabut dan embun beku
  19. Li dong (awal musim dingin)
  20.  Xiao xue (salju kecil) - tibanya musim salju
  21.  Da xue (salju besar) - besar kecilnya volume salju
  22. Dong zhi (titik balik musim dingin) - malam paling panjang
  23.  Xiao han (dingin ringan) - menunjukkan tingkat kedinginan cuaca
  24.  Da han (dingin besar) - masa paling dingin dalam setahun

Ekuinoks musim semi dan gugur merupakan dua hari dalam setahun yang memiliki panjang siang dan malam yang sama. Dalam budaya Tionghoa, perayaan dikaitkan dengan peristiwa pertanian, agama, dan politik. Hari titik balik musim dingin atau dongzhi merupakan akhir musim panen, dan dirayakan dengan berkumpul bersama keluarga. Makanan yang dihidangkan adalah tangyuan (ronde) dalam kuah manis yang melambangkan keutuhan keluarga dan kemakmuran.

24 waktu matahari memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertanian di Tiongkok. Dalam pembagian satu tahun menjadi 4 musim, setiap musim dibagi menjadi 6 posisi Matahari (qi) yang masing-masing lamanya 15 hari. Dari total 24 posisi Matahari, 12 posisi Matahari disebut zhongqi dan 12 posisi Matahari disebut jieqi. Setiap posisi Matahari diberi nama yang melambangkan fenomena alam dan musim.

Sistem 24 posisi Matahari dipakai sebagai pedoman untuk menyesuaikan kalender dengan pergerakan musim, termasuk penentuan bulan kabisat. Bulan diberi nomor urut mengikuti urutan zhongqi. Sebagai patokan adalah titik balik musim dingin (dongzhi) yang ditetapkan selalu pada bulan 11, dan ekuinoks musim semi yang selalu jatuh pada bulan 2.

Untuk memudahkan masyarakat mengingat, terciptalah lagu 24 waktu matahari:

春雨惊春清谷
夏满芒夏暑相连
秋处露秋寒霜降
冬雪雪冬小大寒
每月两节不变更
最多相差一两天
上半年来六、廿一
下半年是八、廿三

chūn yǔ jīng chūn qīng gǔ tiān,
xià mǎn máng xià shǔ xiāng lián,
qiū chù lù qiū hán shuāng jiàng,
dōng xuě xuě dōng xiǎo dà hán.
měi yuè liǎng jié bù biàn gēng, (Dua periode per bulan tetap tidak berubah)
zùi duō xiāng chā yī liǎng tiān (Jaraknya paling lama satu atau dua hari)
shàng bàn nián lái liù, niàn yī (Di paruh pertama tahun, antara tanggal 6 dan 21)
xià bàn nián shì bā, niàn sān (Paruh kedua tahun, antara tanggal 8 dan 23)

(masing-masing suku kata dicetak tebal di bawah ini)

Musim Bulan Imlek Jieqi Zhongqi
Musim semi Bulan 1 Lichun Yushui
Bulan 2 Jingzhe Chunfen
Bulan 3 Qingming Guyu
Musim panas Bulan 4 Lixia Xiaoman
Bulan 5 Mangzhong Xiazhi
Bulan 6 Xiaoshu Dashu
Musim gugur Bulan 7 Liqiu Chushu
Bulan 8 Bailu Qiufen
Bulan 9 Hanlu Shuangjiang
Musim dingin Bulan 10 Lidong Xiaoxue
Bulan 11 Daxue Dongzhi
Bulan 12 Xiaohan Dahan

Kehidupan Rakyat Tiongkok

sunting

Rakyat Tiongkok sangat mencintai kehidupan, dan kehidupannya berkarakteristik unik. Masakan Tiongkok yang lezat dewasa ini dapat dinikmati di setiap tempat di dunia. Selain itu, baju tradisional Tiongkok juga semakin lama semakin digemari ioleh dunia fesyen di dunia.

Seni kehidupan rakyat Tiongkok dapat terlihat dalam segala aspek kehidupan.

Busana Tradisional Tiongkok

sunting

Cheongsam/congsam atau qi pao (/ji bao/) asal-usulnya dari pakaian wanita suku Manchuria (dinasti Qing). Ia digelari sebagai busana (wanita) klasik tradisional Tiongkok. Gaya busana congsam tidak hanya sesuai dengan karakteristik khusus busaya harmonis Tiongkok, tetapi juga menunjukkan kekhasan ornamen yang kental akan budaya Tiongkok. Selain itu, congsam dapat membuat pemakainya tampak lebih langsing sehingga terpancar kerapian, keanggunan, dan kecantikan. Oleh karena itu, congsam sangat menonjol dibandingi dengan busana-busana tradisional lain bangsa Tionghoa.

Busana klasik tradisional untuk laki-laki Tiongkok adalah chang pao (/jang bao/) dan ma gua (/ma kwa/) yaitu jubah dan jaket tanpa kerah yang asal-usulnya dari pakaian pria suku Manchuria. Busana ini sering disebut sebagai Busana Tang (Tenglang), karena nama lain orang Tionghoa adalah orang Tang (dari dinasti Tang), atau sering disebut Tenglang.

Hanfu juga disebut sebagai Hanzhuang ataupun Huafu adalah busana tradisional bangsa Han yang berasal dari dinasti Han. Busana hanfu telah dikenakan selama berabad-abad sepanjang era kekaisaran masa Dinasti Tiongkok dan memiliki sejarah yang panjang dan memiliki model dan variasi yang kaya. Pada zaman modern kini hanfu dikenakan sebagai busana adat tradisional Tionghoa oleh para peminat busana hanfu ataupun penggiat Sejarah Tiongkok, serta pada perayaan-perayaan istimewa Tionghoa, seperti perayaan Tahun Baru Imlek ataupun pernikahan adat.

Makanan Tiongkok

sunting

Makanan Tiongkok terkenal akan keanekaragamannya serta keunikannya dalam warna, aroma, rasa, dan bentuk yang mempesona. Setiap wilayah di Tiongkok yang luas memiliki cuaca, kebiasaan hidup, dan jenis tumbuhan yang berbeda-beda, yang menyebabkan cita rasa makanan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Orang daerah selatan Tiongkok menyukai makanan tawar, dan lebih banyak makan nasi, sedangkan orang daerah utara Tiongkok sebaliknya, mereka menyukai makanan yang kaya rasa, dan lebih banyak makan bakmi serta bakpao (man tou).

Orang Sichuan menyukai makanan pedas seperti hotpot, orang Shanxi menyukai makanan yang asam. Cita rasa yang berbeda inilah yang kemudian membentuk keunikan makanan di setiap daerah Tiongkok. Ada empat kategori masakan ternama di Tiongkok, yaitu masakan Lu, Chuan, Huaiyang, dan Yue. Keempat kategori masakan ini terkenal dengans ebutan Empat Kategori Masakan Ternama di Tiongkok.

Hidangan Lu disebut juga masakan Shandong. Masakan ini terkenal dengan cara masak seperti bakar, goreng, tumis, dsb. Masakan ini juga sangat memperhatikan komposisi kuah sayur dan kuah kental. Ayam panggang Dezhou dan ikan gurame asam manis merupakan masakan klasik yang terkenal dari kategori ini.

Hidangan Yue disebut juga masakan Guangdong dan Hong Kong. Bahan yang digunakannya sangat bervariasi, selain itu warna masakan dan jenis masakan juga sangat beraneka ragam, karena dipengaruhi oleh orang-orang Barat yang datang ke daerah ini. Masakan ini terkenal dengan rasanya yang segar dan lezat. Lauk-pauk yang terkenal dari kategori ini adalah bakpao isi udang, babi panggang, dlsb.

Hidangan Chuan disebut juga masakan Sichuan. Masakan ini terkenal dengan rasanya yang pedas, kental, dan minyak yang banyak. Lauk-pauk yang terkenal dari kategori ini adalah daging tumis rebung jamur, daging kacang sayur, mapo tahu, dlsb.

Hidangan Huaiyang adalah gabungan masakan yang berasal dari daerah sekitar sungai Huaihe, seperti Jiangsu, Yangzhou, Zhenjiang, dan Huai An. Masakan ini sangat menekankan pemilihan bahan makanan, besar kecilnya api yang digunakan, serta keindahan penampilan masakan yang dihasilkan. Menu yang terkenal adalah ayam pengemis Hangzhou, bebek asin, bakso besar, nasi goreng Yangzhou, dlsb.

Para wisatawan yang berkunjung ke Beijing biasanya wajib mencicipi bebek panggang Beijing. Selain wilayah-wilayah di atas, masing-masing provinsi di Tiongkok juga memiliki hidangan khas dan unik masing-masing.

Teh Tiongkok

sunting

Rakyat Tiongkok sangat menyukai minum teh, dan mereka juga sering menjamu teman dan tamu dengan hidangan teh, sehingga daun teh menjadi kebutuhan pokok di dalam kehidupan rakyat Tiongkok.

Pohon teh berasal dari Tiongkok. Pada zaman dahulu, setelah rakyat Tiongkok menemukan pohon teh, mereka pada mulanya menggunakan daun teh sebagai obat, kemudian baru menjadikannya sebagai minuman. Berdasarkan metode pembuatannya, daun teh dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu teh hijau, teh merah/hitam, teh wulong, teh bunga, dll. Setiap jenis teh ini dapat dibagi menjadi banyak jenis lagi.

Teh hijau adalah teh yang tidak mengalami proses fermentasi. Ia memiliki daun hijau muda. Teh hitam adalah teh yang mengalami proses fermentasi, sehingga air teh yang dihasilkan dari proses penyeduhan berwarna merah kehitaman. Teh wulong adalah teh yang mengalami semi-fermentasi. Daun tehnya lebar, besar, dan kasar, sedangkan air tehnya berwarna kuning keemasaan.

Teh bunga adalah jenis teh yang hanya ada di Tiongkok. Daun teh dicampur dengan aroma bunga-bunga yang berbau wangi. Teh melati dari Fujian adalah jenis teh bunga yang sangat terkenal. Minum teh tidak hanya dapat menghilangkan rasa haus, tapi juga dapat menghilangkan rasa lelah dari tubuh dan membantu pencernaan, mencegah terkena sebagian penyakit. Apabila minum teh dilakukan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, dapat bermanfaat baik bagi kesehatan tubuh.

Arak Tiongkok

sunting

Para arkeolog Tiongkok pernah menemukan keramik peralatan minum arak yang berumur lebih dari 4.000 tahun di Tiongkok. Hal ini membuktikakn bahwa rakyat Tiongkok sudah lebih dari 4.000 tahun minum arak. Oleh karena itu, cerita berkaitan dengan arak sangat banyak dalam sejarah Tiongkok.

Tiongkok adalah negara yang terkenal dengan tata kramanya. Rakyat Tiongkok di dalam menjalankan sesuatu harus memperhatikan peraturan dan tata krama. Di dalam hal minum arak, banyak tata kramanya juga. Misalnya, apabila kita ingin menyatakan rasa hormat kepada atasan atau orang yang lebih tua di pesta, maka orang yang lebih muda atau memiliki jabatan lebih rendah akan berinisiatif lebih dulu mengangkat gelas araknya. Sebelum meminum arak, kedua orang tersebut harus menempelkan gelas araknya (tos / gan bei) yang berarti hubungan yang dekat. Gelas orang yang lebih muda atau memiliki jabatan lebih rendah tidak boleh lebih tinggi dari lawan minumnya. Orang yang berinisiatif lebih dahulu mengangkat gelasnya juga harus menghabiskan araknya untuk menunjukkan ketulusan dan kesungguhan hatinya.

Suasana minum arak orang Tionghoa biasanya sangat meriah dan harmonis. Semua orang sambil bercanda sambil berbincang-bincang. Kadang-kadang untuk menambah kemeriahan suasana, rakyat Tiongkok memainkan permainan yang berhubungan dengan minum arak. Permainan yang berbeda memiliki peraturan yang berbeda pula. Orang yang berpartisipasi di dalam permainan arak ini, apabila kalah harus minum arak. Pada zaman dahulu kala, permainan arak ini pada umumnya dilakukan dengan lomba membuat puisi.

Sehabis minum arak lalu minum teh akan dapat mengurangi kemabukan.

Tempat Tinggal Rakyat Tiongkok

sunting

Wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar, iklim dan cara hidup yang berbeda di tiap daerah menyebabkan bentuk dan gaya rumah rakyat Tiongkok yang sangat berbeda juga.

Tempat tinggal rakyat Tiongkok yang paling khas adalah "si he yuan" (/se he yuen/) di Beijing, rumah "tu lou" (/du lo/) di Fujian dan Guangdong, tenda di padang rumput Mongolia Dalam, rumah gua di dataran tinggi barat daya Tiongkok, dan berbagai rumah suku minoritas Tiongkok lainnya.

Si he yuan adalah kediaman bergaya pekarangan yang dikelilingi oleh rumah di keempat sisinya. Pintu gerbang si he yuan biasanya terdapat di sudut tenggara atau barat laut. Rumah di sisi utara merupakan rumah utama tempat tinggal pemiliknya. Di sisi barat dan timur dibangun kamar-kamar yang ditempati oleh generasi yang lebih muda. Rumah di sisi selatan adalah tempat kediaman pembantu, gudang, dlsb. Di tengah-tengah si he yuan terdapat koridor yang digunakan sebagai jalan dan tempat duduk-duduk. Si he yuan yang sederhana memiliki satu pekarangan, sedangkan yang agak kompleks memiliki tiga pekarangan. Kediaman orang kaya biasanya tersusun dari beberapa si he yuan y ang berjajar. Dinding rumah yang menghadap ke jalan biasanya tidak memiliki jendela, oleh karenanya lingkungan di si he yuan tertutup dan tenang, sangat cocok sebagai tempat tinggal.

Tu lou (gedung tanah) adalah rumah kediaman suku Hakka (orang Khek) di tenggara Tiongkok. Untuk berjaga-jaga terhadap serangan, maka dibangunlah tempat kediaman raksasa yang dinamai tu lou ini. Sebuah tu lou dapat menampung puluhan keluarga yang berjumlah ratusan orang Hakka. Tu lou biasanya berbentuk lingkaran, namun ada juga yang berbentuk persegi. Gedung tu lou tersusun dari dua atau tiga lingkaran. Lingkaran luar tingginya belasan meter dan memiliki seratus hingga dua ratus kamar yang merupakan tempat tinggal. Lingkaran kedua memiliki dua tingkat, biasanya adalah kamar tamu. Di bagian tengah terdapat balai nenek moyang (gedung serba guna) yang dapat menampung beberapa ratus orang untuk melakukan kegiatan bersama. Di dalam kompleks tu lou terdapat sumur, kamar mandi, toilet, dlsb, sehingga seperti sebuah kota kecil. Tu lou Hakka yang besar, tinggi, dan unik rancangan dan pembangunannya memadukan segi akademis, fungsional, dan keindahan, merupakan sebuah istanan tanah yang besar dan megah.

Masyarakat yang tinggal di dataran tinggi tanah kuning (loess) di bagian hulu Sungai Kuning di Tiongkok utara menggunakakn tanah yang padat untuk membangun kediaman yang sangat unik, yaitu rumah gua. Rumah gua dibedakan menjadi beberapa macam, seperti gua tanah, gua batu, dan gua bata. Rumah gua tanah merupakan rumah di lereng gunung yang digali menjadi rumah gua. Rumah gua semacam ini hangat saat musim dingin dan sejuk saat musim panas, dan memiliki kemampuan mempertahankan kehangatan dan meredam suara yang sangat baik. Gua batu dan gua bata dibuat dari batu atau batu bata yang dibangun menjadi bentuk gua terlebih dahulu, kemudian di atasnya ditutup dengan lapisan tebal tanah kuning, sehingga penampilannya baik dan strukturnya kuat. Karena dalam proses pembangunannya tidak digunakan baja dan semen, biayanya relatif murah. Seiring dengan perkembangan zaman, teknik pembangunan rumah gua juga terus diperbaharui sehingga rumah gua di dataran tinggi tanah kuning yang hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas juga semakin nyaman dan indah.

Kereta Kuda, Tandu, dan Sepatu Kain

sunting

Alat transportasi yang paling penting di masa Tiongkok kuno adalah kereta kuda. Kereta yang paling awal menggunakan tenaga manusia, disebut sebagai angkong (kereta beroda dua yang ditarik orang). Di kemudian hari, masyarakat mulai menggunakan kerbau dan kuda untuk menarik kereta, disebut dengan pedati. Kereta kuda digunakan oleh kaum bangsawan pada masa kuno untuk berpergian dan berperang. Sedangkan kereta kerbau biasanya digunakan untuk mengangkut barang. Di masa Tiongkok kuno, baik kereta kuda maupun kereta kerbau merupakan alat transportasi yang sangat penting.

Tandu dapat dikatakan sebagai alat transportasi unik yang hanya ada di Tiongkok, utamanya dipanggul oleh manusia. Berdasarkan jenisnya, terdapat tandu pejabat, tandu rakyat, tandu pernikahan, dlsb. Berdasarkan bahan yang digunakan, terdapat tandu bambu, kayu, rotan, dll.

Sebenarnya sebagian besar rakyat pada masa kuno tidak mampu menggunakan kereta kuda, juga sangat sedikit yang menggunakan tandu, biasanya mereka berjalan kaki dengan mengenakan sepatu kain. Pembuatan sepatu kain sangat menekankan ketelitian dan kecermatan. Alas sepasang sepatu kain biasanya menggunakan 20 lapis kain lebih yang dijahit dengan tangan, dan menghabiskan benang sepatu sepanjang 20 meter lebih, dengan seribu kali lebih jahitan, dan memakan waktu 2-3 hari untuk menyelesaikannya. Sepati kain empuk dan nyaman dipakai sangatlah berguna sewaktu berjalan kaki sehari-hari ataupun berpergian. Tentu saja, saat ini di kota-kota di Tiongkok hanya sedikit orang yang tetap menggunakan sepatu kain, kereta kuda, maupun tandu.

Pengobatan Tradisional Tiongkok

sunting

Rakyat Tiongkok sejak zaman dahulu kala sudah tahu menggunakan obat-obatan herbal untuk mengobati luka dan penyakit, dan untuk menjaga kesehatan. Saat ini pengobatan tradisional Tiongkok (TCM / Traditional Chinese Medicine) sudah tersebar ke banyak tempat di dunia.

Berdasarkan legenda yang tersebar di masyarakat, zaman dahulu Shen Nong pernah mencicipi ratusan tanaman untuk mengenal fungsi dan kegunaan. Kitab kedokteran Huangdi Neijing (/huang ti nei cing/) yang sejauh ini merupakan kitab yang terkuno memberi dasar teori ilmu kedokteran tradisional Tiongkok dengan rumusannya yang cukup sistematik tentang pengalaman pengobatan yang dipraktekkan sebelum Zaman Musim Semi dan Musim Gugur.

Bahan utama obat tradisional Tiongkok berasal dari tumbuh-tumbuhan, tetapi ada juga yang berasal dari binatang dan mineral. Material ini diolah secara khusus sehingga menjadi resep yang dapat diminum atau dijadikan obat luar. Kitab farmasi yang terkenal, Shennong Bencaojing (/shen nong pen jao cing/), mencatat 365 jenis tanaman obat yang ada saat itu. Dokter pada zaman Dinasti Selatan dan Utara kemudian menambah 365 jenis tanaman obat lagi ke dalamnya.

Dokter ternama dinasti Ming, dokter Li Shizhen, menyelesaikan karyanya yang berjudul Bencao Gangmu (/pen jao kang mu/) yang terdiri dari 52 jilid dan mencatat kurang lebih 1.900 jenis tanaman obat, dan mengandung lebih dari 1.000 gambar tanaman obat, lebih dari 11.000 resep obat-obatan yang hampir tiga perempatnya dikumpulkan dan dibuat oleh dokter Li sendiri. Buku ini kemudian menjadi salah satu buku panduan dalam pengobatan tradisional Tiongkok.

Teknik Akupuntur dan Pembiusan

sunting

Teknik akupunktur memiliki sejarah ribuan tahun di Tiongkok. Pada zaman Tiongkok kuno, banyak sekali dokter ternama yang menggunakan teknik akupunktur dalam mengobati berbagai penyakit. Sejak zaman dahulu kala, mereka sudah mengobati banyak sekali penyakit yang rumit dan susah disembuhkan.

Pada tahun 1207, seorang ahli akupunktur dari dinasti Song yang bernama Wang Weiyi menciptakan dua buah patung berbentuk manusia yang terbuat dari tembaga yang memiliki titik-titik yang digunakan dalam pengobatan akupunktur. Pada patung tesebut diukir 12 nadi dan 354 titik akupunktur yang dapat digunakan oleh orang-orang yang sedang mendalami ilmu akupunktur. Patung manusia ini merupakan patung pertama yang digunakan di dalam dunia kedokteran Tiongkok, dan juga merupakan prestasi yang terbesar dalam dunia akupunktur Tiongkok.

Saat ini, teknik tradisional akupunktur ini tidak hanya digunakan secara luas di Tiongkok untuk menyembuhkan berbagai penyakit, tetapi juga telah tersebar di seluruh dunia.

Teknik pembiusan adalah tenik yang menggunakan obat-obatan atau tusukan jarum untuk membuat seluruh atau sebagian tubuh manusia kehilangan kesadaran dalam jangka waktu tertentu. Di dalam dunia kedokteran, teknik ini umumnya digunakan dalam operasi. Penemu teknik pembiusan yang pertama adalah tabib dinasti Han Timur bernama tabib Hua Tuo.

Bahasa Tionghoa, Putonghua, dan Bahasa Daerah

sunting

Bahasa Han atau Bahasa Tionghoa adalah bahasa yang digunakan oleh suku Han di Tiongkok. Bahasa ini memiliki sejarah aksara lebih dari 3.000 tahun yang cukup matang. Bahasa Tionghoa adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Puluhan juta perantau dan keturunan Tionghoa yang tersebar di berbagai belahan dunia juga menggunakan bahasa Tionghoa dan macam-macam dialek bahasa Tionghoa sebagai bahasa ibu mereka.

Bahasa Tionghoa baku disebut pu tong hua (/bu dong hwa/) "bahasa umum", atau bahasa Mandarin, atau guo yu (/kuo i/) "bahasa negara", atau hua yu (/hwa i/) "bahasa Hua", adalah bahasa utama yang digunakan rakyat Tiongkok dan salah satu dari 6 bahasa resmi yang digunakan oleh PBB. Lafal pu tong hua menggunakan standar lafal bahasa daerah di Beijing, dan menggunakan bahasa daerah utara sebagai dasar serta model bahasa umum modern sebagai standar tata bahasa. Pu tong hua memudahkan komunikasi antar daerah dan suku yang berbeda di Tiongkok.

Tiongkok memiliki jumlah penduduk yang besar, sehingga sekalipun semua orang menggunakan bahasa Tionghoa, tapi dialek yang digunakan di tiap daerah tidaklah sama. Saat ini bahasa Tionghoa dikategorikan menjadi tujuh dialek besar, yaitu dialek Utara, dialek Wu, dialek Xiang, dialek Gan, dialek Hakka, dialek Min, dan dialek Yue. Di antaranya, dialek Utaram memiliki peneybaran terbesar dan pengguna paling banyak. Dialek Hakka, Min (Hokkian), Yue (Kantonis), juga banyak digunakan oleh perantau Tionghoa dan keturunan Tionghoa di luar negeri, termasuk Indonesia.

Dialek bahasa Tionghoa sangatlah rumit. Perbedaan antardialek terdapat pada tiga bagian, yaitu lafal, kosakata, dan tata bahasanya; di antaranya perbedaan lafalnya yang paling jauh antara satu sama lainnya. Jika penduduk setiap daerah berbicara dengan dialeknya sendiri-sendiri maka akan menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi.

Sejak awal masyarakat Tiongkok telah menyadari bahwa komunikasi dalam masyarakat seharusnya menggunakan satu macam bahasa bersama (lingua franca). Karena bahasa Tionghoa baku bermanfaat dalam pertukaran budaya dan penyampaian informasi antarsuku dan penduduk di tiap daerah, maka pemerintah Tiongkok sangat memperhatikan penyebarluasan bahasa Tionghoa baku dan mendorong rakyat untuk belajar bahasa Tionghoa baku.

Ideologi Tradisional Tiongkok

sunting

akyat Tiongkok mementingkan keselarasan antara manusia dan alam. Dalam ideologi tradisional Tiongkok, "kesatuan antara manusia dan alam" adalah sebuah topik yang sangat terkenal. Ideologi tradisional Tiongkok lebih menekankan peningkatan kemampuan pribadi, "pembinaan diri dan penyempurnaan budi pekerti"; mereka lebih mementingkan kesadaran akan kebijaksanaan, tetapi tidak terlalu memperhatikank penalaran logika.

Dapat dikatakan, Tiongkok memiliki satu sistem ideologi utuh yang mempengaruhi Tiongkok selama ribuan tahun. Bagian paling penting yang membentuk sistem ini adalah ideologi Konfusianisme yang diprakarsai oleh Kong Zi dan Meng Zi, Taoisme yang diprakarsai oleh Lao Zi dan Zhuang Zi, serta ideologi Buddhisme. Di antaranya, Konfusianismelah yang berpengaruh paling besar dan paling kuat di Tiongkok.

Konfusianisme

sunting

Konfusius atau Kong Zi (551-479 SM) adalah seorang warga Negara Lu. Beliau adalah seorang pemikir dan pendidik besar bangsa Tiongkok pada masa akhir Zaman Musim Semi dan Musim Gugur, serta pencetus ajaran Konfusianisme.

Nenek moyang Konfusius adalah bangsawan, keturunan dari keluarga raja dinasti lampau. Saat beliau masih kecil, ayahnya meninggal dunia, dan snetelah itu kondisi keluarganya perlahan-lahan mengalami kemerosotan. Meskipun miskin saat muda, tapi Konfusius bertekad untuk belajar. Beliau pernah berkata: "Di antara tiga orang yang berjalan, niscaya ada satu yang bisa menjadi guruku."

Di kemudian hari, beliau mulai mengajar. Total murid yang pernah diterimanya lebih dari 3.000 orang, di antaranya banyak anak dari keluarga kurang mampu. Ini mengubah tradisi sebelumnya, yaitu hanya anak-anak dari keluarga bangsawan yang bisa mendapatkan pendidikan. Pada masa tuanya, Konfusius menyusun buku-buku sehingga banyak literatur kuno yang dapat dilestarikan. Buku-buku seperti Shi Jing, Shang Shu, Zhou Yi, dll. yang kita temui sekarang ini semuanya disusun oleh Konfusius.

Banyak ideologi Konfusius yang sangat berharga meskipun dinilai dari standar zaman sekarang. Misalnya, Konfusius memperkaya arti "ren" (kebajikan). Di pandangannya, untuk mencapai tahapan kebajikan, seseorang haruslah memperhatikan dan mencintai sesama; beliau juga berpendapat bahwa "orang yang budiman harmonis dengan yang lain, meskipun berbeda orangnya", artinya dalam hubungan antar manusia haruslah mengakui perbedaan antar pribadi, janganlah menggunakan standar tunggal dalam mengukur pihak lain, dengan demikian barulah bisa mencapai masyarakat yang harmonis dan stabil.

Dalam masalah pendidikan, Konfusius menganjurkan menggunakan cara mengilhami untuk mendorong kemandirian pemikiran murid, murid haruslah mempunyai pandangan sendiri saat belajar ilmu-ilmu dari buku, dlsb.

Sikap dan ucapan Konfusius dikumpulkan oleh murid-muridnya dalam buku yang berjudul Lun Yu (/luen i/), dan ideologi Konfusius juga dipelajari dan disebarluaskan oleh generasi-generasi berikutnya sehingga menjadi bagian paling penting yang membentuk ideologi tradisional Tiongkok, bahkan kemudian perlahan-lahan meluas hingga negara-negara sekeliling, sehingga membentuk lingkaran budaya Konfusianisme yang berpengaruh luas.

Konfusius adalah milik Tiongkok. Di Tiongkok setiap orang mengenalnya. Ideologi orang Tionghoa sedikit banyak juga terpengaruh oleh ideologi Konfusianisme. Konfusius adalah milik dunia juga. UNESCO mendaftarkannya sebagai salah satu dari 10 budayawan dunia.

Kitab Si Shu Wu Jing

sunting

Si Shu (/se shu/) (Empat Kitab) sudah ada sejak zaman dinasti Qin, hanya saja saat itu belum dikumpulkan menjadi satu. Si Shu terdiri dari Lun Yu Konfusius (/luen i/) (Kitab Sabda Suci), Meng Zi Mensius (/meng ce/), Da Xue (/ta sie/) (Ajaran Besar), dan Zhong Yong (/chong yong/) (Tengah Sempurna). Meng Zi adalah buku yang mencatat ideologi politik tokoh bernama Meng Ke. Sedangkan Da Xue dan Zhong Yong sebenarnya merupakan dua artikel dalam kitab Li Ji (/li ci/) (Catatan Tata Krama / Kitab Suci Kesusilaan), yang pada intinya mengajarkan bagaimana melakukan penelitian ilmiah dan bagaimana membina diri. Pada masa dinasti Song Selatan, seorang sarjana memisahkan kedua artikel tersebut dari Li Ji dan menjelaskannya lebih mendalam.

Keempat kitab itu menjadi materi dasar pengajaran Konfusianisme yang disebut "Si Shu Zhang Ju Ji zhu" (/se shu cang ci ci cu/) (Variorum Catatan Empat Kitab), disingkat "Si Shu".

Wu Jing (Lima Kitab) adalah lima klasika yang merujuk pada Zhou Yi (/chou i/) (Kitab Wahyu Perubahan), Shang Shu (Kitab Dokumen Sejarah), Shi Jing (/she cing/) (Kitab Sanjak Suci), Li Ji, dan Chun Qiu (/juen jiu/) (Kitab Musim Semi dan Musim Gugur).

Pada masa dinasti Ming dan Qing, semua soal ujian kerajaan diambil dari ayat-ayat Si Shu Wu Jing. Jawaban peserta ujian dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut haruslah sesuai dengan komentari dalam Variorum. Oleh karena itu Si Shu Wu Jing menjadi buku pelajaran yang paling penting bagi kaum terdidik. Dengan cara ini pula ideologi Konfusianisme yang terkandung di dalamnya menjadi pedoman bermasyarakat pada masa itu, bahkan hingga masa kini.

Lao Zi, Zhuang Zi, dan Taoisme

sunting

Pencipta ideologi Taoisme adalah Lao Zi yang hidup di periode akhir Zaman Musim Semi dan Musim Gugur. Lao Zi pernah bertugas sebagai pejabat penyusun sejarah di perpustakaan kerajaan dinasti Zhou. Meskipun Dao De Jing (/tao te cing/) (Kitab Moralitas), karya terkenal Lao Zi, hanya terdiri dari 5.000 kata lebih, tetapi berpengaruh sangat besar bagi generasi-generasi bangsa Tionghoa. Lao Zi menggunakan istilah "dao" (/tao/) untuk menjelaskan kelahiran dan perubahan yang terjadi di alam semesta. Beliau mengajarkan bahwa ideologi dan perilaku kita harus menaati aturan dan karakteristik "dao", sesuai dengan alam, menggunakan kelembutan untuk mengalahkan kekerasan, karena benda yang terlihat lemah lembut seringkali keras pada hakekatnya.

Ideologi Lao Zi kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh Zhuang Zi. Zhuang Zi pernah bertugas sebagai pejabat pengecatan di kerajaan Song. Dalam bukunya, Zhuang Zi mewarisi dan mengembangkan pandangan bahwa "dao adalah alam", dia berpendirian memadukan segala sesuatu yang ada di luar dengan diri sendiri, menyatukan kelahiran dan kematian, mengejar kebebasan dan pelampauan sisi rohania. Dikarenakan kemiripan antara ideologi Lao Zi dan Zhuang Zi, generasi berikutnya terbiasa menyebut mereka sebagai Lao Zhuang.

Buddhisme

sunting

Sejak zaman dinasti Han, agama Budha yang berasal dari India telah menyebar masuk ke Tiongkok, agama Budha dalam perkembangannya di Tiongkok terus-menerus mengalami penyesuaian dengan kondisi Tiongkok sehingga menjadi sistem agama yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat Tiongkok.

Masa dinasti Sui dan Tang adalah masa yang sangat penting dalam pembentukan agama Budha di Tiongkok. Pada masa ini, ideologi Buddhisme meningkat sangat pesat seiring dengan penyatuan negara, perkembangan ekonomi dan meningkatnya pergaulan budaya. Penguasa dinasti Tang menjalankan kebijakan politik keselarasan antara Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme. Di tengah proses asimilasi antara Buddhisme dan budaya tradisional Tiongkok, Buddhisme juga menyerap ideologi Konfusianisme dan Taoisme, sehingga membenetuk aliran Buddhisme yang berkeistimewaan Tiongkok. Di antaranya Zen (Sekte Chan / Dhyana) adalah salah satu aliran yang paling hidup. Filsafat analisis Buddhisme mengisi kekurangan ideologi tradisional Tiongkok yang hanya bergantung intuitif, sehingga budaya Tiongkok diperkaya.

Kebajikan Tradisional Tiongkok

sunting

Selama ribuan tahun rakyat Tiongkok menciptakan budaya dan sejarah yang gemilang, sekaligus membentuk konsepsi moral mereka sendiri. Di antara konsepsi moral ini terdapat intisari yang mendorong perkembangan dan kemajuan sosial, yaitu apa yang kita sebut sebagai kebajikan tradisional.

Kebajikan tradisional tersebut merupakan kekayaan spiritual rakyat Tiongkok, hingga hari ini masih memiliki nilai positif bagi rakyat Tiongkok. Nilai kebajikan tradisional semakin diyakini oleh rakyat di seluruh dunia dan memainkan peran penting dalam perkembangan peradaban manusia.

Berbakti Pada Orang Tua

sunting

Menghormati dan menjaga orang tua secara baik dipandang sebagai kewajiban yang tidak boleh ditolak oleh masyarakat Tiongkok. Dipercayai pula oleh masyarakat Tiongkok bahwa hanya mereka yang menjaga dan memperhatikan orang tuanya dengan cermat dan teliti di rumah dalam pergaulannya dapa jujur, menepati janji, bersyukur dan membalas budi pada orang lain. Banyak cerita tentang bakti pada orang tua yang diceritakan turun-temurun sejak zaman kuno Tiongkok, di antaranya misalnya "mencicipi sendiri minuman obat", "menyembunyikan jeruk untuk ibu".

"Mencicipi sendiri minuman obat" menceritakan tentang kaisar Han Wendi, yang terkenal karena baktinya pada orang tua. Tiga tahun selama sang ibunda sakit, kaisar Han Wendi sering tidak bisa tidur sepanjang malam, obat yang diminum sang ibunda selalu dicicipi terlebih dahulu oleh kaisar Han Wendi sendiri barulah diminumkan kepada sang ibunda. Selama 24 tahun pemerintahan kaisar Han Wendi, etika penguasa ditekankan, tata krama dan ritual digalakkan, pengembangan pertanian diperhatikan sehingga dinasti Han Timur stabil, jumlah penduduk bertambah banyak, ekonomi membaik dan berkembang. Masa pemerintahan kaisar Han Wendi dan kaisar Han Jiangdi yang makmur disebut sebagai "Era Wen Jing".

"Menyembunyikan jeruk untuk ibu" menceritakan tentang Lu Ji pada zaman Tiga Kerajaan (Samkok). Saat berumur 6 tahun, Lu Ji mengikuti sang ayah Lu Kang untuk menemui raja perang Yuan Shu. Yuan Shu menjamu mereka dengan jeruk. Lu Ji menyembunyikan dua buah jeruk. Ketika hendak pulang, jeruk tersebut menggelinding jatuh ke tanah, Yuan Shu tertawa dan berkata: "Ananda Lu adalah tamu di rumahku, perlukah menyembunyikan jeruk milik tuan rumah saat pulang?" Lu Ji menjawab: "Ibuku menyukai buah jeruk, saya ingin membawanya pulang untuk Ibu." Yuan Shu sangat terkejut melihat Lu Ji yang masih sangat kecil telah mengerti berbakti pada ibu.

Meskipun bagian cerita-cerita ini penuh imajinasi, tetapi penghargaan terhadap kebajikan bakti terhadap orang tua dipelajari dan diwariskan oleh masyarakat Tiongkok.

Menghormati yang Tua dan Mengayomi yang Muda

sunting

Menghormati yang tua dan mengayomi yang muda adalah tradisi baik masyarakat Tiongkok. Selama ribuan tahun, masyarakat selalu menjadikan prinsip ini sebagai norma perilaku dan kewajiban sosial. Meng Zi mengatakan: "Hormatilah orang tua orang lain seperti orang tua sendiri, sayangilah anak orang lain seperti anak sendiri." Di Tiongkok, orang yang melanggar moral etika ini tidak hanya akan dikritik oleh masyarakat, tetapi juga akan diganjar secara hukum apabila kasusnya berat.

Sejak masa dinasti Han, pemerintah telah berulang kali mengeluarkan perintah, mendorong, bahkan memberi hadiah untuk perilaku bakti dan hormat pada orang tua. Pada waktu itu, pemerintah membagikan semacam tongkat kepada orang lanjut usia yang berumur di atas 70 tahun. Orang tua yang menggunakan tongkat ini mendapat perlakuan dan penjagaan khusus di masyarakat. Pada masa kaisar Kangxi dan kaisar Qianlong dari dinasti Qing, diselenggarakan perayaan besar untuk menghormati orang tua. Kaisar sendiri mengadakan jamuan di istana untuk mengundang orang lanjut usia di atas 65 tahun; jumlah yang diundang setiap kalinya mencapai ribuan orang.

Dalam mencurahkan perhatian dan menyayangi generasi muda, masyarakat Tiongkok mengajar dengan rasa cinta, berdisiplin dengan kasih sayang, sehingga prosesnya memiliki rasa tanggung jawab moral yang sangat besar. Karya-karya mengenai mendidik anak yang diwariskan dari generasi lampau seperti Jie Zi Shu (/cie ce shu/) (Kitab Larangan untuk Anak), Jia Xun (/cia sin/) (Didikakn Rumah), dlsb. merupakan harta yang sangat berharga untuk pendidikan moral bangsa Tionghoa.

Tradisi menghormati orang tua dan mengayomi yang muda diwariskan dan disebarluaskan di masa modern ini. Saat ini, orang tua dan anak-anak di Tiongkok memiliki hari raya merekak sendiri, yaitu "Hari Menghormati Orang Tua", dan "Hari Anak". Hukum untuk melindungi wanita dan anak secara khusus ditetapkan oleh pemerintah. Warga negara harus melaksanakan kewajiban memelihara orang tua dan anak secara jelas tercantum dalam Undang-Undang Tiongkok.

Kebajikan tradisional ini menjamin harmoni keluarga dan kestabilan masyarakat di satu pihak, menyediakan dasar sosial yang kokoh bagi perkembangan rakyat Tiongkok di pihak lain.

Jujur dan Menepati Janji

sunting

Jujur adalah sejalan antara perkataan dan perbuatan, sama antara dalam hati dan wujud luar, setia serta adil. Menepati janji adalah tidak berpura-pura dan tidak menipu. Peribahasa "perkataan haruslah bisa dipercaya, perbuatan haruslah ada hasilnya", serta "perkataan yang telah diucapkan tidak dapat ditarik kembali", yang telah tersebar sejak beribu-ribu tahun yang lalu mencitrakan secara nyata sifat jujur dan menepati janji bangsa Tionghoa. Dalam sejarah ribuan tahun peradaban Tiongkok, masyarakat Tiongkok tidak hanya memuji dan mengagumi kejujuran dan menepati janji, tetapi juga berusaha keras menjalankannya.

Sejak 2.000 tahun yang lalu, Konfusius telah mengajarkan kejujuran kepada murid-muridnya. Menurut Konfusius, dalam belajar, apa yang kita ketahui secara jujur katakan kita tahu, apa yang tidak kita ketahui secara jujur katakan tidak tahu; ini adalah sikap belajar yang benar.

Di masa akhir dinasti Qin, adalah seorang yang bernama Ji Bu yang selalu menepati janji. Semua orang berkata "daripada mendapatkan ratusan kilo emas, lebih baik mendapatkan satu janji dari Ji Bu." Inilah asal mula peribahasa "sebuah janji bernilai ribuan emas". Di kemudian hari Ji Bu mengalami bencana, dan dengan bantuan dari temannya barulah dia bisa menghindari kecelakaan. Jelaskah bahwa jika ucapan seseorang dapat dipercaya, maka dengan sendirinya akan mendapatkan penghormatan, cinta, dan perlindungan dari semua orang.

Menghormati Guru dan Mementingkan Pendidikan

sunting

Mementingkan pendidikan, menghormati guru dan orang yang lebih tua merupakan tradisi kuno Tiongkok. Sejak zaman dahulu kala pendidikan ditempatkan pada kedudukan yang sangat penting oleh bangsa Tionghoa. Sejak 2.600 tahun yang lalu, pemikir Tiongkok telah mengatakan bahwa "Rencana terbaik untuk satu tahun adalah menanam gandum; rencana terbaik untuk sepuluh tahun adalah menanam pohon; rencana terbaik seumur hidup adalah membina manusia/mengembangkan orang yang berbakat." (Kalimat ini kemudian berkembang menjadi idiom "Dibutuhkan sepuluh tahun untuk mengembangkan pohon, dan seratus tahun untuk mengembangkan manusia", yang dengan jelas menekankan pentingnya pengembangan bakat dalam mengatur negara dan mencerminkan pandangan ke depan dan pandangan jauh ke depan para pemikir manajemen kuno)

Pemikiran "pendidikan harus didahulukank" dikemukakan dalam Xue Ji (/sie ci/) (Catatan Pembelajaran) yang merupakan karya pertama Tiongkok mengenai pendidikan, yang mengemukakan bahwa tugas utama negara adalah mendidik (pendidikan). Dinasti Zhou pada 3.000 tahun yang lalu mendirikan sekolah dengan skala dan tingkatan yang tidak sama berdasarkan pembagian daerah administratif dengan ditugaskan pejabat negara sebagai gurunya. Hingga periode Zaman Musim Semi dan Musim Gugur, Konfusius mendirikan sekolah swasta di kampung halamannya. Beliau juga mengemukakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa membeda-bedakan ia orang terhormat atau hina, kaya atau miskin.

Karena pendidikan sangatlah dipentingkan, maka di Tiongkok kaum terpelajar memiliki kedudukan sosial yang relatif tinggi. Orang-orang yang berpendidikan dan berbudaya sangatlah dihormati. Sejak zaman dahulu kala, baik kaum bangsawan maupun rakyat biasa selalu berusaha sekuat tenaga agar anak-anaknya dapat bersekolah dan menguasai pengetahuan.

Dipentingkannya pendidikan menentukan kedudukan guru di masyarakat. Di kalangan rakyat terdapat berbagai peribahasa hormat bagi guru, misalnya "Hormatilah guru tanpa membeda-bedakan ia orang terhormat atau hina, kaya atau miskin", dan "sehari menjadi guru, seumur hidup sebagai ayah". Sejak zaman kuno, mulai dari rakyat biasa hingga kaisar sangatlah menghormati guru. Di kuil Konfusius di Beijing terdapat banyak papan bertulisan yang ditulis oleh berbagai kaisar dinasti Qing yang mengungkapkan kekaguman dan penghomatan para kaisar terhadap pendidik terbesar zaman kuno ini.

Di Tiongkok penghormatan terhadap guru termanifestasi dalam berbagai aspek kehidupan sosial. Masyarakat menyebut guru dengans ebutan "guru yang berbudi". Dalam kehidupan sehari-hari juga mengutamakan dan menghormati guru. Dewasa ini, untuk menunjukkan pengharagaan terhadap guru, maka setiap tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Guru di Tiongkok.

Indeks

sunting

Pranala luar

sunting
 
Wikipedia memiliki artikel ensiklopedia mengenai: