Siapa yang tidak tahu alun-alun, pedagang kaki lima, seorang anak yang merengek meminta gulali, pemuda-pemudi  nan kasmaran.Begitulah tapi menurutku alun-alun adalah saksi bisu yang menyimpan begitu banyak memori yang mungkin terlupakan.Seperti kursi taman yang ada di sekitar alun-alun ini  adalah awal yang manis kala pertemuan namun menjadi sesuatu yang menyimpan begitu banyak luka kala perpisahan.

Gambar alun-alun semarang
Gambar alun-alun semarang

Aku yang sudah berdiri hampir setengah jam menatap anak-anak yang sedang bermain kembang api sembari berdamai dengan tempat ini sebelum pergi meninggalkan kota ini dalam waktu yang cukup lama.Entah hanya halusinasi atau apalah hidungku menangkap aroma white musk seperti yang sering kau kenakan saat berkelana bersama ku.

Sore itu aku yang biasa duduk di keris cafe, sebuah cafe yang tidak jauh dari alun-alun Kota Semarang  sedang memandangi jendela sambil menikmati secangkir coklat panas, tak lama kemudian seseorang masuk dan sedikit mencuri perhatianku lantas dengan sopan dan penuh tekad aku memberanikan diri untuk mendekat dan izin untuk duduk di hadapan mu.Tentu saja suasana canggung adalah hal pertama yang menyelimuti pertemuan dua orang asing yang sedang berusaha mengakrabkan diri.

Tasya Sasmita Atmadja atau aku biasa memanggilnya tata seorang yang humoris, jahil, dan juga perfeksionis tiga kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya.Menurutku dia juga merupakan orang yang pandai mencairkan suasana dan memiliki wawasan yang luas sehingga sangat menyenangkan bertukar cerita dengannya.Dia juga memiliki keterampilan bermain Uno yang baik.