Kosa Jiwa: Halaman Teknis

Penyusun sunting

Wikibuku ini dibuat oleh Anta Samsara, pegiat kesehatan jiwa di Indonesia, antasamsara.online@gmail.com, +62 819 19 0000 92.

Alasan Penamaan sunting

Kośa atau, ejaan alternatifnya, kosha[1], adalah sebuah kata dalam Bahasa Sansekerta yang berarti "khazanah, perbendaharaan".[1] Kata ini juga berarti "kamus" karena kata tersebut digunakan sebagai judul dari berbagai kitab perbendaharaan kata, antara lain, yang sangat mahsyur yaitu Amarakosha, sebuah kamus sinonim yang terbit pada abad ke-5, abad ke-8, atau abad ke-9 Masehi di India, yang ditulis oleh Amarasimha[2]. Dalam hal ini, judul Amarakosha itu sendiri secara harfiah berarti "perbendaharaan kata yang ditulis oleh Amarasimha"[3].

Kitab perbendaharaan kata tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa Kuna yang beredar mulai abad ke- 9 Masehi. Sejak saat itu, kata kosa dan kosakata identik dengan kata dan pemilihan kata dalam berbagai bahasa di Nusantara.

Dengan demikian kata kosa jiwa, yang menjadi judul dari kamus ini, secara harfiah berarti "perbendaharaan kata dalam bidang kesehatan jiwa".

Kosakata yang digunakan dalam definisi sunting

 
Ebers Papyrus (sekitar tahun 1550 SM), adalah kitab dari zaman Mesir Kuna yang memiliki bab khusus berjudul The Book of Hearts (Kitab Jantung) yang membahas mengenai masalah kesehatan jiwa seperti depresi dan demensia. Bab tersebut secara jelas menyatakan fungsi jantung sebagai pengatur peredaran darah manusia. Adanya bab tersebut adalah bukti bahwa bangsa Mesir Kuna menganggap kesehatan fisik dan mental sebagai setara dan tidak terpisahkan.
  1. Kosakata yang digunakan untuk mendefinisikan istilah menggunakan peristilahan yang digunakan oleh naskah sumber (terutama NIMH dan jejaring Wikipedia) dan tidak bergantung kepada kosakata dalam naskah perundangan yang berlaku di Indonesia; dengan demikian maka frase mental disorder akan diterjemahkan menjadi gangguan jiwa atau gangguan kejiwaan, serta mental illness akan diterjemahkan menjadi penyakit jiwa dan penyakit kejiwaan, meskipun istilah penyakit jiwa dan penyakit kejiwaan tidak lagi didapati dalam peristilahan perundangan yang berlaku di Indonesia.
    • CATATAN: Dalam sebagian besar naskah-sumber yang berbahasa Inggris yang dipergunakan sebagai rujukan dalam penyusunan kamus ini, merupakan hal yang sangat tidak umum membedakan antara gangguan jiwa dengan masalah kejiwaan, meskipun kedua istilah ini dipergunakan dengan perbedaan yang cukup bermakna dalam perundangan yang berlaku di Indonesia.
  2. Kata mental dan jiwa serta kata-kata turunannya akan dipergunakan berganti-ganti sesuai dengan konteks definisi, karena terbukti dalam penyusunan kamus ini harus dipergunakan secara fleksibel untuk membentuk kalimat yang berterima secara tata bahasa. Dengan demikian dua kata yang terakhir ini (mental dan jiwa) dianggap punya makna yang sama dan dapat dipertukarkan. Meskipun di luar konteks pembuatan kamus ini, dapat dimaklumi bahwa sejumlah pihak yang sering mempergunakan istilah mental dan jiwa (dan kata-kata turunannya seperti kejiwaan dan penyakit mental) kerap menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok antara kata mental dan jiwa. Menurut mereka, kata jiwa dianggap punya latar yang spiritual dan dengan demikian tidak tepat jika dipergunakan dalam pembicaraan kesehatan jiwa, jika yang dimaksudkan adalah kesehatan jiwa yang punya kaitan dengan sisi biologis dan genetis.
    • CATATAN ETIMOLOGIS: Kata mental berasal dari akar Indo-Eropa mend- yang artinya "berpikir" (yang menurunkan kata men [tunggal: man] "lelaki"/"manusia"; dan mind "pikiran"). Sementara kata jiwa berasal dari Bahasa Sansekerta jiva, yang artinya "ruh manusia" (human soul).
  3. Sebagai kebiasaan kosakata dalam komunitas kesehatan jiwa di Indonesia, maka kata have, having (dan berbagai variasi tata bahasanya) a disorder/a symptom tidak diterjemahkan menjadi menderita (suatu gangguan/gejala), tapi diterjemahkan menjadi mengalami (suatu) gangguan/gejala, meskipun definisi tidak sedang membahas aspek pengalaman dalam gangguan jiwa.

Petunjuk Pemakaian Kamus sunting

Unsur yang Menjadi Judul Lema sunting

Unsur yang menjadi judul lema (butir masukan, entri) dalam kamus ini adalah kosakata yang ada kaitannya dengan kesehatan jiwa, yang bentuknya berupa kata. Yang dimaksud dengan kata adalah kata dasar seperti pulih dan gejala, kata berimbuhan seperti gangguan dan kecemasan, kata yang terbentuk dari dua kata tunggal atau lebih seperti gejala positif dan gangguan stres pasca-trauma, kata tunggal serapan dari bahasa-bahasa asing (termasuk kata dasar dan kata berimbuhannya) seperti psikosis dan psikotik, bentuk terikat (yaitu unsur yang selalu hadir bersama unsur kata lainnya) seperti swa- dan hiper-, berbagai singkatan seperti CBT, dan akronim (yaitu singkatan yang diucapkan selayaknya kata biasa) seperti difabilitas.

Unsur yang berupa kata ulang, baik yang berupa kata ulang utuh maupun kata ulang sebagian, akan dijadikan judul lema jika artinya bukan hanya jamak dari kata pembentuknya. Maka kata gejala-gejala dan kecemasan-kecemasan tidak akan dimuat sebagai judul lema, sementara kata pulau-pulau Langherhans dan tetirah akan merupakan sebuah entri dalam kamus ini.

Susunan Lema sunting

 
William Battie (1703-1776) dari Rumah Sakit St. Luke, London, dianggap termasuk konseptor paling awal penggolongan diagnosis gangguan kejiwaan lewat risalah panjangnya, A Treatise on Madness (1758).
  1. Judul lema (judul entri, butir masukan) yang merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan huruf tebal tegak. Judul lema yang merupakan kosakata dalam bahasa asing atau bahasa daerah ditulis dengan huruf tebal kursif.
  2. Padanan asing dari judul lema dituliskan dengan huruf tebal kursif dan ditaruh dalam kurung (...); misalnya:
    • koping
    • (coping)
    • kemampuan untuk menangani masalah.
  3. Penggunaan kata atau contoh kata/kalimat akan diletakkan di antara kurung siku kursif [...] dengan contoh kata/kalimat secara keseluruhan dalam huruf tegak, sementara kata atau unsur kata yang menjadi judul lema dituliskan dengan huruf kursif; misalnya:
    • dual-
    • (dual)
    • (unsur kata yang punya makna yang sama dengan bi- dan dwi-) dua; ganda.
    • [dual diagnosis = diagnosis ganda].
  4. Etimologi atau pemerian sejarah kata akan diletakkan pada bagian akhir atau mendekati akhir dari suatu lema dengan penanda kurung siku tegak [...]; misalnya:
    • adaptif
      • (adaptive)
      • ks. sesuai (selaras) dengan lingkungan di sekitarnya.
      • [dari Bahasa Inggris adapt "menyesuaikan diri dengan lingkungan" +‎ -ive akhiran penanda kata sifat].
    • adaptasi
      • (adaptation)
      • kb. penyesuaian diri dengan lingkungan.
      • [dari Bahasa Latin adaptō “aku cocok, sesuai, termodifikasi, aku selaras terhadap"].

Kelas Kata sunting

Meskipun merupakan kamus istilah, namun karena dalam penyusunannya ditemukan bahwa penggolongan ke dalam kelas kata merupakan hal yang dapat menentukan pemahaman, maka hal tersebut disajikan dalam kamus ini. Adapun yang dimaksud dengan kelas kata adalah golongan kata yang menunjukkan fungsi kata tersebut secara tata bahasa dalam kalimat.

Karena kamus ini adalah untuk masyarakat awam maka kamus ini terpaksa menjauhkan peristilahan yang disarankan oleh Pusat Bahasa untuk digunakan dalam berbagai format kamus. Dengan demikian istilah-istilah seperti nomina, adjektiva, preposisi, dan sebagainya tidak akan digunakan, namun akan digunakan istilah sehari-hari. Dan agar hemat ruang maka akan digunakan singkatannya. Adapun penggolongan kelas kata dan singkatannya, beserta definisi dan contoh sederhananya masing-masing sebagai berikut:

  1. kata benda, disingkat sebagai kb, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai nomina; yaitu kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, misalnya rumah adalah kata benda karena tidak mungkin dikatakan tidak rumah, biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari kalimat.
  2. kata sifat, disingkat sebagai ks, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai adjektiva; yaitu kata yang menerangkan kata benda dan secara umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat, misalnya kata tinggi dan tebal.
  3. kata kerja, disingkat sebagai kk, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai verba; yaitu kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan, misalnya kata berlayar dan menjemur.
  4. kata keterangan, disingkat sebagai kket, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai adverbia; yaitu kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata keterangan lainnya, atau kalimat secara keseluruhan, misalnya kata sangat, lebih, tidak.
  5. kata hubung, disingkat sebagai khub, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai konjungsi atau konjungtor, yaitu kata atau ungkapan yang menjadi penghubung antarkata, antarfrasa, antarkalimat, atau antar-anak-kalimat, misalnya kata dan, karena, dan meskipun demikian.
  6. kata depan, disingkat sebagai kdep, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai preposisi, yaitu kata yang biasa terdapat di depan kata benda, misalnya di, ke, dari, dan dengan.
  7. kata sandang, disingkat sebagai ksand, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai artikula atau artikel, yaitu unsur yang dipakai untuk membatasi atau memodifikasi kata benda, misalnya the dalam bahasa Inggris dan sang, si, dan para dalam Bahasa Indonesia.
  8. kata bilangan, disingkat sebagai kbil, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai numeralia, yaitu kata atau gabungan kata yang menunjukkan bilangan atau jumlah, misalnya puluh, abad, dan kelimabelas.
  9. kata seru, disingkat sebagai kser, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai interjeksi, yaitu kata yang mengungkapkan seruan perasaan atau pikiran, misalnya oh, lho, atau amboi.
  10. kata ganti, kata yang berfungsi menggantikan yang lain. Kata ini terdiri atas:
    • kata ganti orang, disingkat sebagai kgo, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai pronomina persona, yaitu kata yang menggantikan kedudukan orang, misalnya ia dan engkau.
    • kata ganti tanya, disingkat sebagai kgt, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai pronomina penanya atau pronomina interogativa, yaitu kata yang menggantikan jawaban yang diajukan dalam sebuah pertanyaan, misalnya apa dan mengapa.
    • kata ganti tunjuk, disingkat sebagai kgtj, dalam kamus-kamus lain sering disebut sebagai pronomina demonstrativa, yaitu kata yang digunakan untuk menggantikan sesuatu yang tengah ditunjuk, misalnya ini, itu, dan tersebut.
  11. bentuk terikat (bound morpheme), disingkat sebagai bter, yaitu bentuk bahasa yang dapat bergabung bersama unsur kata lain untuk membentuk sebuah kata yang baru, misalnya agora dan fobia yang membentuk kata agorafobia "takut terhadap kerumunan orang". Jika bentuk terikatnya bersifat menghubungkan dua kata maka akan disebut sebagai interfiks (tidak disingkat), misalnya -o- dalam Java(n)ologi.
  12. imbuhan atau afiks, yaitu bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar untuk membentuk kata baru; yang terdiri atas:
    • awalan atau prefiks, disingkat sebagai awl, yaitu imbuhan yang dirangkaikan di depan kata, misalnya meN- dalam mendalam dan ter- dalam terdalam.
    • sisipan atau infiks, disingkat sebagai sis, yaitu imbuhan (-el-, -er-, -em-, dan sebagainya) yang disisipkan di dalam kata.
    • akhiran atau sufiks, didingkat sebagai akh, yaitu imbuhan yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, misalnya -an, -kan, dan -i.

Jika sebuah label kelas kata juga bermaksud menerangkan info tambahan dari kosakata tersebut, maka penyingkatan biasanya ditiadakan, contohnya:

  • adiktif
  • (addictive)
  • (kata sifat dari adiksi) bersifat menimbulkan kecanduan; berpotensi menimbulkan kecanduan.

Cara Pelafalan Bunyi Kata sunting

Pelafalan kata akan mengikuti sistem sebagai berikut:

  1. Panduan pelafalan kata akan dipisah-pisahkan sesuai suku kata yang diucapkan ketika melafalkan kata, misalnya ekstra /éks tra/, empati /ém pa ti/, Adlerian /ad lé ri yan/.
  2. Jika judul lema merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang memerlukan penjelasan dalam pelafalan bunyi katanya, maka simbol yang dipergunakan untuk bunyi kata tersebut adalah sebagai berikut:
    • Yang berupa bunyi vokal, yaitu:
      • /é/ (e teleng) seperti dalam kata ambivalensi /am bi va lén si/, amnesia /am né si ya/.
      • /ə/ (e pepet) seperti dalam kata cemas /cə mas/, lepas /lə pas/.
      • /ӧ/ (e bundar) seperti dalam kata Sunda baheula /ba hӧ la/, lieur /li yӧr/.
    • Yang berupa paduan bunyi konsonan, yaitu:
      • /ŋ/ (melambangkan bunyi paduan huruf ng dalam Bahasa Indonesia) seperti dalam kata barang, kenang
      • /ñ/ (melambangkan bunyi paduan huruf ny dalam Bahasa Indonesia) seperti dalam kata nyanyi /ña ñi/, sunyi /su ñi/.  
  3. Kosakata asing untuk sementara ini tidak dicantumkan cara pelafalan katanya, berhubung bunyi bahasa asing yang beragam-ragam memerlukan pemerian lambang bunyi yang sukar untuk dilambangkan dengan sistem yang sederhana.

Langgam bahasa sunting

Langgam bahasa akan diletakkan dalam tanda kurung, tidak dicetak tebal dan tidak disingkat sehingga akan dapat dengan mudah diketahui, misalnya (sastrawi) adalah kosakata yang biasa digunakan dalam karya sastra, lirik lagu, dan sebagainya. Sementara langgam (non-formal) adalah bentuk bahasa yang biasa dipergunakan dalam percakapan lisan. Karena sebagian besar kosakata yang dimuat dalam kamus ini adalah peristilahan ilmiah, maka label (formal) tidak akan dicantumkan sama sekali.

Rujuk silang sunting

Karena menggunakan sistem yang ada di Wikibuku, maka rujuk silang menggunakan cara yang sangat mudah, untuk mengakses hal yang dirujuk silang maka memerlukan klik atau ketukan pada tautan dimaksud saja, misalnya:

  • mood
  • [Bahasa Inggris]

atau:

  • pemulihan
  • (recovery)

Sistem Penunjukkan Kepustakaan yang Dikutip sunting

 
Karl Kahlbaum (1828-1899) -- bersama dengan Ewald Hecker (1843–1909) -- adalah psikiater yang banyak menyumbang peristilahan bagi kesehatan jiwa modern, seperti distimia, siklotimia, katatonia, dan hebefrenia.

Sebagai rujukan, karena referensi dari NIMH merupakan landasan-landasan yang sangat dasariah dalam proyek Memahami Kesehatan Jiwa: untuk Masyarakat Awam, maka rujukan-rujukan dari NIMH tersebut tidak akan ditunjukkan secara spesifik sebagai referensi yang dikutip.

Rujukan kepada sistem Wikimedia, termasuk Wikipedia, Wikibuku, dan Wiktionary dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris akan ditunjukkan dengan menggunakan sistem di bawah ini. Namun karena jejaring Wikimedia merupakan sebuah sistem yang seringkali saling-terkait, adalah tidak mungkin menunjukkannya secara terperinci. Maka dalam hal ini perujukan hanya akan menunjuk pada acuan yang paling berpengaruh saja dalam pembentukan redaksional definisi dimaksud; yaitu rujukan yang memiliki kedekatan paling mirip dari segi susunan kalimatnya dengan definisi dalam Kosa Jiwa.

Adapun sistem penunjukkan rujukan bagi definisi-definisi yang dikutip akan mengikuti aturan seperti sebagai berikut:

Untuk kepustakaan yang digunakan dalam sebuah definisi, maka akan diperlakukan seperti catatan akhir (endnotes) dalam jejaring Wikibuku, misalnya:

  • deteriorasi, kemunduran, kemerosotan, atau penurunan mutu atau fungsi. Gangguan jiwa tertentu dapat mengakibatkan deteriorasi seperti skizofrenia.1

Maka akan dapat terlihat pada Catatan Akhir:

  • 1"Glosarium" dalam Thong, Denny. 2011. Memanusiakan Manusia: Menata Jiwa, Membangun Bangsa. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 415-428.

Rujukan yang sifatnya daring juga akan diperlakukan secara sama namun dari tautannya akan menunjukkan secara langsung dari mana tepatnya definisi tersebut diambil, misalnya::

  • agitasi (agitation): perasaan seperti jengkel, kesal, atau gelisah yang disebabkan oleh suatu provokasi atau sedikit atau tidak adanya provokasi. Kondisi ini bisa menjadi suatu tanda dari kondisi medis atau kejiwaan.2

Maka akan terlihat pada Catatan Akhir:

Daftar Pustaka sunting

Secara umum rujukan yang dipergunakan dalam penyusunan definisi-definisi dalam kamus ini adalah:

Catatan Kaki sunting

  1. 1,0 1,1 "Kośa" dan "kosha". Monier Williams. A Sanskrit-English Dictionary: Etymologically and Philologically Arranged with Special Reference to Greek, Latin, Gothic, German, Anglo-Saxon, and Other Cognate Indo-European Languages. Oxford at The Clarendon Pers. London: 1872.
  2. "Amarakosha". Wikipedia Bahasa Inggris. https://en.wikipedia.org/wiki/Amarakosha. Diakses pada tanggal 23 September 2020 pukul 00.37 WIB.
  3. "Amarakosha". Hassan Shadily. Ensiklopedi Indonesia. Ichtiar Baru-van Hoeve. Jakarta: 1990.