Premis

sunting

Kula si kura-kura selalu dibicarakan oleh hewan-hewan lain. Mereka menganggap Kula sebagai sosok yang aneh karena selalu menyendiri dan tidak suka berbaur. Padahal sebenarnya ada alasan dibalik sikap Kula tersebut. Dan alasan tersebut berhubungan dengan Lala si mayfly.

  1. Kula si kura-kura
  2. Tatak si katak
  3. Ipung si capung
  4. Baba si laba-laba
  5. Lala si lalat mayfly

Lokasi

sunting

Sungai

Cerita Pendek

sunting

Dugaan

sunting

Semua hewan-hewan yang tinggal di dekat sungai kenal Kula si kura-kura sebagai sosok yang selalu kesepian. Dia senang kemana-mana sendirian. Dia tidak memiliki teman dan juga tidak mau berbaur dengan hewan-hewan lainnya. Ipung si cipung dan Baba si laba-laba selalu membicarakan Kula sebagai sosok yang aneh.

“Mungkin dia punya pribadi yang aneh, makanya nggak ada yang mau bermain dengannya,” kata Baba sore itu. Saat Ipung datang berkunjung setelah seharian sibuk mencari serangga-serangga kecil yang bisa dimakan.

“Mungkin saja. Kula juga selalu berada di dalam rumahnya. Dia seperti nggak ingin mengobrol dengan siapa-siapa,” tambah Ipung. “Pernah waktu itu Titi ingin mengajaknya bicara, tapi dia malah memasukkan kepalanya ke dalam rumahnya. Titi jadi kesal sekali.” Ipung teringat cerita Titi si Merpati beberapa hari yang lalu.

Di sisi lain, mendengar hewan-hewan yang terus membicarakan Kula dengan buruk, Tatak si katak jadi merasa kasihan kepada Kula. Walaupun mereka tidak terlalu dekat, tetapi dulu Tatak pernah mengobrol dengan Kula dan juga Lala.

Tiba-tiba Tatak jadi ingat Lala.

“Eh Tatak, kamu mau kemana?” Ipung menyadari keberadaan Tatak.

Tatak tersadar dari lamunannya. Yah, dia ketahuan menguping, pikir Tatak. “Aku tadi kebetulan lewat dan nggak sengaja dengar obrolan kalian tentang Kula, Pung.” Tatak pun mau tidak mau ikut bergabung dengan Ipung dan Baba.

“Wah, kalau begitu kamu punya info lain tentang Kula nggak Tak?” Baba bertanya. Baba diketahui memang suka sekali bergosip. Padahal bergosip bukanlah kegiatan yang bermanfaat menurut Tatak. Membicarakan hewan lain apalagi memburuk-burukan mereka di belakang hanya akan memunculkan permusuhan dan kesalahpahaman.

Tatak terlihat sedikit ragu. Dia tahu informasi lain tentang Kula. Informasi yang Ipung, Baba maupun hewan lain tidak tahu.

“Ayo lah Tak, jangan pelit-pelit dong!” bujuk Ipung, menyadari kalau Tatak memang punya informasi tentang Kula tapi tidak mau membaginya.

Sebuah kebenaran

sunting

“Hmm… Sebenarnya…” Tatak tergagap. Dia masih ragu, apakah dia harus memberitahu mereka? Tapi jika dia tidak mengatakan informasi ini, Ipung dan Baba serta hewan lain akan terus membicarakan Kula dengan buruk. “Kula seperti itu karena ada alasannya.”

Ipung dan Baba menjadi bersemangat ketika mendengar itu. Mereka benar-benar tukang gosip!

“Wah, apa tuh Tak? Kasih tau dong!”

“Iya Tak! Kula kenapa? Dia punya rahasia ya?”

Tatak menatap Ipung dan Baba sambil geleng-geleng. “Sebenarnya dulu Kula punya sahabat yang sangat dekat.”

“Sahabat dekat?” Ipung dan Baba kaget. “Masa sih, Tak?” tanya mereka tidak percaya.

“Iya, Kula punya sahabat. Namanya Lala,” jawab Tatak sembari juga mengingat-ingat kebersamaannya yang sebentar dengan Lala dulu. “Aku nggak terlalu dekat dengan Lala dan Kula, tapi mereka berdua dekat sekali. Aku hanya nimbrung sekali disaat mereka nongkrong di tepi sungai.”

“Terus? Apa hubungan Lala dengan Kula?” tanya Ipung penasaran.

“Jangan-jangan Kula melakukan hal yang buruk sehingga Lala pergi dan meninggalkan Kula…” tebak Baba. “Bener nggak, Tak?” dia memastikan.

Tatak langsung menggeleng. “Nggak! Kula itu baik, nggak seperti yang kalian pikirkan, tau!”

Tapi Ipung dan Baba tidak mau percaya begitu saja dengan perkataan Tatak. “Apa buktinya kalau Kula itu baik?”

“Kula sebenarnya punya hati yang lembut. Hanya saja, semenjak Lala pergi, Kula jadi sangat sedih dan mengurung diri…”

Ipung dan Baba saling bertatapan heran. “Memangnya si Lala kemana, Tak?”

Tatak menghela napas. Dia kembali ingat hari dimana dia melihat Kula terdiam menatap sungai. Dia melamun dan terlihat memikirkan sesuatu yang sangat sedih. Tatak bisa merasakan kalau Kula begitu sedih sore itu.

“Lala adalah seekor lalat mayfly,” ujar Tatak dengan sendu. “Lalat mayfly cuma punya umur hidup selama dua puluh empat jam.”

“Jadi…” Ipung mendadak kehabisan kata-kata.

“Benar, Kula kehilangan Lala setelah menghabiskan waktu selama dua puluh empat jam bersama. Sebelumnya, Kula juga pernah berteman dengan lalat mayfly lain. Jadi, Kula sudah kehilangan sahabat dekatnya beberapa kali. Sementara Kula adalah kura-kura yang punya umur hidup selama puluhan bahkan sampai ratusan tahun. Kalian bisa bayangkan kan, betapa sedihnya Kula harus terus hidup sementara sahabat-sahabatnya terus menerus pergi?”

Mendengar itu, Ipung dan Baba terdiam. Mendadak mereka merasa sangat bersalah karena telah menuduh Kula yang tidak-tidak.

“Alasan Kula tidak mau bicara dan berbaur dengan yang lain adalah karena dia masih sedih akan kepergian Lala. Dan juga dia tidak mau berteman karena dia takut kehilangan sahabat lagi.”

“Maaf Tak… Kami nggak tau kalau ternyata Kula mengalami hal seperti itu…” Ipung menunduk sedih. Baba pun juga demikian.

“Itu sebabnya kenapa aku selalu kesal setiap mendengar teman-teman lain membicarakan hal buruk tentang Kula, karena bukan itulah yang sebenarnya terjadi.”

“Maaf Tak, sebenarnya kami yang selalu memulai pembicaraan tentang Kula dengan teman-teman lainnya. Kami jadi ikut sedih memikirkan Kula…”

Tatak tersenyum, berusaha menenangkan Ipung dan Baba. “Kalian seharusnya nggak minta maaf ke aku. Kalian harusnya minta maaf ke Kula. Ayo, kita ke tempat Kula sekarang. Sekalian kita ajak Kula main. Semoga saja dengan begitu, Kula bisa pelan-pelan membuka diri kembali dan mau berteman dengan kita.”

Mendengar saran Tatak, Ipung dan Baba mengangguk setuju. “Boleh, Tak! Ayo!”

Mereka pun segera pergi menemui Kula di tepi sungai. Ipung dan Baba menjelaskan apa yang terjadi kepada Kula, dan alangkah terkejutnya mereka kalau ternyata selama ini Kula juga tahu kalau dia selalu dibicarakan oleh hewan-hewan lain.

“Tapi nggak apa-apa. Yang penting kalian sudah sadar dan meminta maaf,” kata Kula setelah Ipung dan Baba minta maaf.

Akhirnya, Ipung dan Baba pun menjadi teman dekat Kula. Begitu juga dengan Tatak dan hewan-hewan lainnya. Dan Kula pun perlahan-lahan melupakan kesedihannya akan kepergian Lala.

TAMAT