Kumpulan Cerita Rakyat/Asal Usul Watu Ulo

Pantai Watu Ulo merupakan salah satu pantai yang berada di pesisir Selatan Jawa tepatnya di Kabupaten Jember. Terdapat cerita rakyat yang tumbuh di wilayah tersebut.

Deskripsi

sunting

Dahulu kala, di daerah selatan Jember berdirilah kadipaten yang dikelilingi hutan lebat bernama Ardi Kencana yang dipimpin oleh Prabu Palpana, yang masih termasuk kerabat keturunan bangsawan Kerajaan Majapahit. Prabu Palpana memerintah dengan adil dan bijaksana. Ia sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya. Tak heran jika ia disanjung oleh rakyatnya. Rakyat hidup makmur dari hasil bumi dan hutan, membuat mereka hidup tenteram. Sementara itu, jauh di sebuah gua di dalam hutan, terdapat seekor naga sakti yang sedang bertapa. Naga tersebut merupakan penjelmaan dari pengawal Ratu Laut Selatan yang dikutuk karena melanggar perintah. Ia telah berubah menjadi naga yang bertapa selama sepuluh tahun. Setelah masa pertapaannya usai, naga tersebut merasa sangat lapar. Semua hewan yang ada di hutan dimakannya. Penduduk desa sekitar hutan itu lama-lama menjadi heran, pasalnya hewan buruan yang dulu melimpah kini seakan-akan lenyap.

Penduduk desa tersebut belum mengetahui jikalau terdapat seekor naga yang sedang kelaparan. Karena semua hewan di hutan hampir habis dimakannya, naga kemudian mendekati rumah penduduk. Ia mencuri ternak peliharaan warga. Sesudah itu, naga tersebut juga mulai mengincar anak-anak, hingga para penduduk sadar akan kekacauan yang sedang terjadi. Para penduduk kemudian mengutus salah satu dari mereka untuk pergi ke kerajaan melaporkan perihal yang terjadi kepada Prabu Palpana. Prabu Palpana sangat terkejut mendengar laporan itu dan segera memerintahkan para prajurit untuk menumpas naga besar tersebut. Para prajurit berangkat ke hutan tempat tinggal naga. Mereka berusaha keras untuk membunuh naga, tetapi gagal.Bahkan, banyak di antara mereka yang terluka parah. Prabu Palpana sangat murka mengetahui keberingasan naga itu. Ia kemudian memutuskan untuk menemui Wiku Darmaji (Wiku Damaryati), seseorang resi yang sangat sakti, meskipun penasihat raja mengingatkan untuk mempertimbangkannya terlebih dahulu karena watak dari Wiku Darmaji tersebut. Lalu, berangkatlah Prabu Palpana ke tempat kediaman Wiku Darmaji. Wiku Darmaji terkesan melihat kerendahan hati sang Raja. Oleh karena itu, ia tidak menolak dan menyanggupi diri untuk membantu rajanya mengatasi naga pengacau tersebut.

Wiku Darmaji langsung berangkat ke hutan itu. Si Naga melihat kedatangan Wiku Darmaji. Ia kemudian langsung berlari menyembunyikan diri sampai di pantai. Di tepi pantai, naga itu berteriak-teriak minta tolong pada Ratu Laut Selatan. Sesaat kemudian Ratu Laut Selatan muncul. Ia terlihat cantik dan anggun. Gelombang laut yang bergulung-gulung ke arah pantai, menyibak ketika hendak menerpa tubuh sang Ratu. Si Naga kemudian mengadu kepada Sang Ratu. Tetapi Ratu Laut Selatan memberikan syarat kepada Si Naga supaya menambah masa pertapaannya selama 40 hari 40 malam di sekitar pantai tersebut. Si Naga mengeluh panjang tetapi akhirnya ia pergi mencari tempat untuk melanjutkan pertapaannya.

Di pusat kerajaan, Prabu Palpana masih gusar karena naga itu belum tertangkap. Ia kemudian melakukan siasat bersama Wiku Darmaji. Wiku Darmaji mengusulkan untuk segera menemui Si Naga di tempat pertapaannya di dekat pantai. Kemudian Prabu Palpana bersama pasukannya berangkat menuju pantai Laut Selatan dan menemukan lokasi persembunyian Si Naga. Di sana naga tersebut tampak sedang bertapa. Ekornya memanjang berlenggok-lenggok. Sang naga terlelap, matanya terpejam menyisakan napasnya saja. Prabu Palpana kemudian menghunuskan pedangnya lalu mengayunkannya ke leher sang naga dan juga memutus ekor naga dari badannya. Sesaat setelah leher dan ekor naga terputus, sang prabu melemparkan kepala naga itu melayang jauh ke arah timur. Kemudian kepala itu mendarat di Pantai Grajagan, Banyuwangi. Prabu Palpana juga melempar ekor sang naga ke arah barat lalu ekor itu terjatuh di Pacitan. Begitu Prabu Palpana membuang kepala dan ekor naga, terjadi peristiwa aneh. Seorang gadis cantik jelita namun berkaki naga keluar dari tubuh sang naga, sang gadis menatap sang prabu dan berkata: "Prabu, aku berterimakasih kepadamu sebab engkau telah membebaskanku dari hukuman Sang Ratu Pantai Selatan. Aku memohon agar engkau merawat tempat sebaik-baiknya untuk dilestarikan". Sesaat setelah sang gadis pengawal ratu Pantai Selatan tersebut selesai berbicara kepada Prabu Palpana, si gadis langsung menerjunkan diri ke dalam ombak. Seiring berjalannya waktu, tubuh naga tersebut berangsur-angsur mengeras dan berubah menjadi batu dan dikenal sebagai "Watu Ula" yang berarti "Batu Ular (Naga)". Tempat tersebut kini dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai tujuan rekreasi dan membawa keuntungan terhadap warga sekitar pantai tersebut.