Limau Untuk Bu Risa

Sinopsis

sunting

Karena sakit hati Bu Intan kepada Bu Risa yang tidak mau berbagi limau, membuatnya menaman pohon limau sendir. Namun, pohon limau tersebut membawa keberkahan tersendiri untuk Intan. Seperti apakah keberkahan yang didapat Intan melalui pohon limau tersebut?

Bu Intan

Meri

Bu Resi

Indah

Bu Mutia

Ninim Asih

Cerita

sunting

Pagi hari, Ibu Intan sudah sibuk di dapur untuk mempersiapkan jualannya. Semenjak suaminya meninggal, ia berjualan lapis legit untuk mencukupi kebutuhannya. Terlihat seorang gadis berlari menghampirinya.

" Emak! Emak! (ibu)" seru anak itu.

"Ada apa, Meri" melihat anaknya datang dengan wajah senang.

"Emak, pohon limau yang di tanam belakang kandang ayam sekarang berbuah lebat!" ucapnya semangat.

"Alhamdulillah, benar iti, meri? Senang hati emak dengarnya. Kita dapat rejeki mer" ujarnya senang.

"Iya, emak. Ayo kita lihat". sambil menuntun emak ke tempat pohon jeruk limau itu berada.

Mata emak berbinar melihat pohon jeruk limau itu, terlihat buahnya lebat dan siap untuk dipanen. Ia tidak berpikir karena sakit hati kepada Bu Risa yang tidak mau berbagi limau untuk acar belimau hingga membuatnya dan anaknya tidak bisa mengikuti acara tersebut. Sakit hati itu, membuat Intan bertekad untuk menanam jeruk limau sendiri dan malah mendatangkan rejeki. Di daerah Lampung saat ini banyak pohon jeruk limau yang tidak berbuah sehingga membuat harga lima di pasar mahal. Di tambah lagi, akan diadakan acara belimau yang membuat banyak orang gencar mencari limau. Acara Belimau selalu dinanti oleh masyarakat lampung. Sama halnya dengan Intan dan anaknya, ia selalu ingin ikut acara tersebut dan terbilang hanya dilakukan sekali dalam setahun. Belimau sendiri merupakan acara mensucikan diri dan hati sebelum menyambut bulan Ramadhan. Pada acara ini merupakan mandi bersama dengan menggunakan jeruk nipis atau limau sebagai bahannya. Acara ini merupakan tradisi yang terus di lestarikan oleh masyarakat lingkungan intan.

"Emak, aku dengar nanti sore akan diadakannya belimau. Aku berniat untuk menjualnya limau ini keliling, pasti laris" ucap Mer.

"Benar juga katamu, Mer. Mari kita petik limau ini. Ambil beberapa untuk kita dan simpan di rumah".

Meri melangkah ke dalam rumah mengambil tempat untuk menyimpan hasil memetik buah limau.

"Kau simpan ini ke dalam untuk acara limau kita nanti" ujar intan sambil memberikan tempat yang sudah terisi limau penuh.

"Emak, apa tidak kebanyakan ini" sambil menunjuk buah limau di tanganannya.

"Tidak apa. Nanti limau ini bisa kamu bagi dengan teman mu".

"Ah, iya. Indah pasti dia senang bisa ikut belimau nanti sore. Tidak sabar aku ingin memberikannya". Ucap meri semangat.

"Nah kalau sudah simpan itu, kamu bisa bawa ini untuk menjualnya berkeliling". perintah intan kepada anaknya.

"Emak, tidak apa-apakan masak sendiri. Aku akan menjual ini. Kalau emak lelah istirahlah nanti setelah habis berjualan biar meri yang memasak makan untuk acara belimau" ucapnya sambil menatap kasihan kepada ibunya.

"Tidak apa meri, emak masih kuat kok" ujar intan berusaha menyakinkan anaknya kalau ia masih mampu mengerjakannya.

"Ya sudah, emak. Meri pergi dulu" sambil mencium tangan intan.

Intan masih menatap punggung anaknya, ada rasa haru kali ini ia bisa ikut acara belimau. Dulu saat ia dan anaknya ingin mengikuti acara belimau rasanya mustahil karena terhalang biaya, melihat harga limau yang mahal. Intan pun memutuskan pergi ke dapur untuk melanjutkan membuat lapis legit dan memasak makanan untuk acara belimau nanti.

Meri melangkah kakinya ke rumah Bu Mutia. Ia paham kalau biasanya jam segini selalu ramai dengan perkumpulan ibu-ibu arisan ataupun bergosip.

"Limau!" Serunya sambil menghampiri perkumpulan ibu-ibu tersebut.

"Eh, Meri. Kamu punya limau? Dapat dari mana?" Ucap Bu Mutia penasaran.

"Emak menanam pohon limau di belakang rumah. Biar nanti kalau ada acara belimau bisa iku" jawab meri sedih karena mengingat dulu ia tidak pernah bisa ikut acara belimau.

"Ah, sudah jangan bersedih, Mer. Sekarang kamu bisa ikut acara belimau. Kata tetuah acaranya akan diadakan nanti sore" ujar Ninik Asih menghibur.

"Iya, Nik. Saya jual Limau ini, kira-kira ibu-ibu di sini pada mau beli untuk acara belimau nanti?" sambil memperlihatkan limau-limau yang ia bawa.

"Ya, pastinya mer. Mana limau punyamu bagus lagi dan masih segar. Seperti baru dipetik" ucap bu Mutia.

"Iya, Bu. Ini memang barusan dipetik dan terjamim kesegaran buahnya" Ujar Meri berusaha memperkenalkan dagangannya.

"Wah kalau gitu saya beli, Mer. Dapat diskon tidak ini" ucap Bu Mutia berusaha melakukan negosiasi pada meri.

"Siap,bu. Pokoknya ibu-ibu di sini saya kasih diskon deh!" seru meri membuat para ibu-ibu semangat memilah dan milih limau yang akan dibeli.

"Saya beli sekilo ya, mer. Keluarga saya banyak yang mau ikut acara belimau nanti" ujar ninik Asih sambil menyodorkan uang kepada meri.

"Saya juga, mer" ucap Bu Mutia.

Tidak terasa dagangan Meri ludes diborong ibu-ibu. Namun, saat di rumah bu Mutia tadi ia melihat tetangga samping rumahnya,yaitu bu Risa tidak membeli sendiri.

"Mungkin bu Risa sudah punya limau, untuk acara belimau nanti. Dia juga punya pohon limau di kebun, makanya tidak membeli daganganku" ucapnya pada diri sendiri dan melangkah masuk ke rumah.

Saat memasuki rumah, tercium harum dari masakan yang emak buat.

"Emak sedang masak apa?" sambil menghampiri ibunya dan mencium tangannya.

"Ibu sedang masak gulai taboh" jawab emak.

"Wah, pasti rasanya enak, emak. Tidak sabar ingin memakannya"

"Kamu ini kebiasaan, soal makan nomor satu" sambil menyentil kening Meri.

"Hehehe, emak bisa aja. Ada yang bisa Meri bantu mak?"

"Banyak!" seru Intan semangat.

"Lah, emang emak mau masak apalagi?" tanya Meri heran dengan reaksi ibunya.

"Emak mau bikin sruit juga nanti buat acara belimau, jadi kamu dapat tugas itu membuat sambal seruit dan goreng ikan,ya. Sebelum mengerjakan kamu makan lapis legit buatan emak dulu" ujar intan mengarahkan apa saja yang akan dilakukan meri.

"Wah, lapis legitnya sudah jadi. Pasti enak banget" sambil memotong kue tersebut.

"Iya dong, siapa lagi yang buat emak" ujarnya bangga.

"Hahaha, emak ini lucu banget. Oh ya, mak berarti aku harus mengantarkan pesanan lapis legit ini ke rumahnya Bu Tia dulu?"

"Tidak perlu, tadi Bu Tia sudah ke sini mengambil pesanannya dan bahkan ia membeli limau kita juga" ucap intan sambil mengaduk gulai taboi.

"Ya ampun, aku sampai lupa memberikan uang hasil berjualan limau gara makanan" sambil memberikan uang kepada ibunya.

"Kamu ini, kalau soal makan langsung lupa segalannya" ujar intan sambil geleng-geleng kepala.

"Ya rasa makanan khas kita ini memang benar-benar enak, emak"

"Makanya sepatutnya kita harus melestarikan dan membudidayakan makanan khs daerah kita dalam kehidupan sehari-hari" ucap intan menasihati meri.

"Siap,emak" sambil mengangkat tangan ke arah kepalah seperti hormat pada tiang bendera.

Bruk! Petok! Petok! Petok!

Intan dan Meri pergi ke arah kandang ayamnya karena mendengar suara ribut ayam. Terlihat bu Risa tiduran di tanah sambil memegang punggungnya dan terdapat buah limau yang berceceran disekitarnya.

"Risa sedang apa di sini?" ucap intan sambil membantu bu Risa untuk berdiri.

Terlihat wajah bu Risa seperti menahan sakit dan tangannya selalu memegang pinggang.

"Sebenarnya ada apa, Ris?" ucap intan bertanya kembali.

Mendengar suara intan membuat Risa sadar dan mengarahkan wajahnya kesembarangan arah seperti ketakutan.

"Sa... Say... Saya tidak sengaja jalan-jalan ke sini mau pergi ke kebun. Lagipula rumah saya sebelahan dari rumahmu, Tan" ucapnya gugup dan sedikit judes.

"Oh ya, begitu. Bu Risa tidak apa-apa kan?" tanya Meri sedikit Khawatir melihat kondisi bu Risa.

"Tidak usah, peduli. Saya bisa sendiri" ucap Risa judes.

Mendengar jawaban dari Risa membuat Intan sakit hati. Ia melihat banyak limau yang jatuh di tanah, segera ia meminta Meri membawa tempat untuk menyimpan limau dan pergi dari Risa.

"Meri bawakan tempat untuk menaruh limau ini" sambil memunguti satu persatu limau yang sudah jatuh.

"Baik, bu" jawab meri sambil berjalan ke arah dapur.

Melihat Intan mengambil limau yang sempat Risa curi, membuatnya sedikit sedih dan bersalah. Ada rasa iri kepada intan dan menyesal, kenapa dulu ia begitu pelit kepada intan. Sekarang kebun limau miliknya tidak ada satupun yang buah, ia tidak memiliki uang untuk membeli limau karena harga yang mahal. Ia merasa sedih tahun ini tidak bisa ikut acara belimau sore nanti.

Sambil memunguti limau dan memasukkan wadah yang telah dibawakan oleh meri, tanpa sengaja Intan memperhatikan raut wajah Risa yang murung.

Ditepuknya pundak Risa "Kamu sebenarnya ada apa, ris. Ada masalah? Cerita sama aku" sambil menggiring Risa duduk di depan dapurnya.

"Sepertinya aku mendapatkan karmanya,Tan" ucapnya sedih.

"Maksud kamu, apa?" sambil mengelus punggung Risa.

"Nanti sore ada acara belimau sepertinya aku tidak bisa ikut".

"Hah, kenapa? Bukannya kamu punya kebun limau yang lebar" ucap Intan.

"Kamu tahu, saat ini banyak pohon jeruk limau tidak berbuah. Mungkin ini karma karena aku pernah jahat sama kamu" ucapnya lesuh.

"Tenang,Tan. Aku bisa berbagi limau ini untukmu. Mungkin dulu aku pernah sakit hati atas perbuatanmu,tapi aku sudah ikhlas dan memaafkan. Sekarang kita lupakan masalah yang dulu dan memulai yang baru menjadi tetangga yang baik" sambil memberikan wadah yang berisi limau.

"Maafkan aku ya, Tan dan terimakasih sudah mau berbagi padaku" ucap risa sambil memeluk intan

"Sama-sama, Ris. Maafkan aku juga kalau aku ada salah. Jadi, kamu mau bantuin aku menyiapkan makanan buat acara belimau nanti?" ajak Intan

"Tentu saja, mari kita masak bersama" ucap Risa sambil mengikuti langkah intan masuk ke dapur.

"Ciee yang baikan. Terus tugasku apa ini, kalau para ibu-ibu ini akan memasak bersama" ujar Meri menggoda melihat kebersamaan ibunya dengan Bu Risa.

"Tugasmu menghantarkan limau ke rumah temanmu, pasti kamu lupakan?" ujar intan sambil membawa limau untuk dihantarkan Meri.

"Untung Emak mengingatkan, aku harus bergegas pergi ke rumah Indah. Pasti dia akan senang dengan apa yang aku bawakan" ucap Meri berlari pergi ke rumah sampai lupa berpamitan kepada ibunya.

"Dasar anak itu!" ucap intan sambil menggelengkan kepala dan menatap punggung anaknya yang perlahan menjauh.