Logika/Kata/Makna Laras, Kandungan, dan Lazim

Makna adalah denotasi.  Kadang-kadang  makna  itu selaras dengan arti dan kadang tidak selaras. Apabila makna sesuatu itu sama dengan arti sesuatu itu, maka makna tersebut disebut Makna Laras. Apabila maknanya tidak selaras dengan “Arti”, maka sesuatu itu disebut memiliki Makna Kandungan atau Makna Lazim.

Kita ambil contoh, kata “Sapi”, dia memiliki arti dan makna.  “Sapi” sudah memiliki arti sebelum kata tersebut dimasukan ke dalam kalimat, tapi ia belum memiliki makna, karena makna hanya akan terbentuk apabila kata itu sudah dimasukan ke dalam kalimat.

Contoh Makna Laras:

Tretan membeli sapi.

Kalimat ini memiliki makna yang sama dengan artinya, yaitu sapi.  Pengertian yang menyeluruh tentang sapi tersebut itulah yang disebut dengan Makna Laras. Ketika Tretan membeli sapi, tentu yang dibeli adalah keseluruhan tubuh sapi. Oleh karena itu, makna “Sapi” dalam kalimat tersebut adalah sama dengan arti “Sapi”, sehingga disebut memiliki Makna Laras.

Contoh Makna Kandungan:

Tretan memukul sapi.

Yang dipukul oleh Tretan adalah sebagian tubuh sapi itu, oleh karena itu “Sapi” dalam kalimat tersebut tidak selaras dengan artinya, melainkan hanya kandungan arti tersebut.  Oleh karena  itu  “Sapi” dalam kalimat  tersebut  memiliki Makna Kandungan.

Contoh Makna Kata Lazim:

Tretan Menarik sapi.

Kata “Sapi” dalam kalimat tersebut adalah memiliki Makna Lazim, karena ketika Tretan menarik sapi, sebenarnya yang dipegang adalah talinya. Dia menarik tali itu secara tidak langsung menarik tubuh sapi. Meskipun yang Tretan pegang dan dia tarik secara langsung adalah tali kekang sapi dan bukan sapinya secara langsung, tetapi sudah lazim dikatakan bahwa hal itu disebut menarik sapi. Itulah mengapa disebut Makna Lazim.