Manajemen Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan/Penilaian dampak ekonomi
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand)[1] akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
Perbaikan sistem transportasi dengan pembukaan lintas-lintas baru akan mengakibatkan perbaikan pertumbuhan ekonomi dari kawasan yang dihubungi atau terhubung dengan sistem pelayanan yang baru berdampak terhadap[2] : Penurunan biaya produksi; menaikkan nilai jual produk yang dihasilkan serta akan mendorong investasi baru masuk kekawasan tersebut seperti yang tergambar dalam bagan.
Dengan adanyanya pelayanan penyeberangan yang dianggap sebagai jembatan apung menyeberangi laut dan dikaitkan dengan jaringan jalan membentuk jaringan jalan antar pulau. Pada bab ini dibicarakan dampak ekonomi dari pengembangan angkutan penyeberangan menghubungkan pulau-pulau di wilayah Indonesia. Dampak tersebut sebagaimana tulisan ADB[3] dalam buku Bridges Across Oceans meliputi:
- Dampak terhadap struktur dan operasi industri pelayaran
- Dampak terhadap pergerakan penumpang
- Dampak terhadap pergerakan barang
- Dampak terhadap biaya transportasi
- Dampak terhadap strategi dan operasi logistik
- Dampak terhadap perkembangan daerah
- Dampak terhadap peluang bisnis baru
- Dampak terhadap pariwisata
- Dampak terhadap produktifitas hasil pertanian
Dampak terhadap struktur dan operasi industri pelayaran
suntingIndustri penyeberangan di Indonesia berkembang dengan pesat sejak pertengahan tahun 1970an. Perkembangan pesat ini didorong prosedur pengelolaan angkutan yang sederhana, sangat berbeda dengan prosedur pelayaran melalui pelabuhan laut konvensional yang berbelit-belit. Pada pelayaran penyeberangan kendaraan datang ke pelabuhan membayar biaya penyeberangan di pintu masuk/gate, dan langsung naik kekapal bila ada kapal yang tersedia. Kapal berlayar dan selanjutnya bila sampai ditujuan, kendaraan bisa langsung keluar kapal dan melanjutkan perjalanan. Hal ini pulalah yang mengakibatkan tingginya penggunaan angkutan jalan untuk barang jarak jauh padahal Indonesia sebagai negara kepulauan seyogyanya angkutan laut yang harus mendominasi angkutan barang jarak jauh.
Pada box ditunjukkan bagaimana rumitnya prosedur pelayanan kapal konvensional masuk pelabuhan yang dilakukan yang sangat berbeda dengan pelayanan kapal penyeberangan yang masuk ataupun keluar pelabuhan yang jauh lebih sederhana. Dari prosedur yang ditunjukkan dalam box diatas dapat dilihat betapa rumitnya proses angkutan melalui pelabuhan yang berakibat pada lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan angkutan dari sisi pelabuhan.
Kalau melihat perbandingan pergerakan barang mulai dari awal pergerakan barang sampai dengan tujuan perjalanan antara kapal konvensional, peti kemas dan roro dapat dilihat dalam gambar berikut:
Dari sisi angkutan barangnya sendiri dapat dilihat dalam bagan berikut yang membandingkan angkutan antara kapal konvensional, kapal peti kemas dan kapal Ro-ro, pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa untuk jarak dekat akan lebih menguntungkan untuk menggunakan kapal konvensional kecuali tidak ada pilihan untuk itu, tetapi untuk jarak menengah akan lebih menguntungkan untuk menggunakan kapal penyeberangan sedang untuk jarak jauh akan lebih menguntungkan untuk menggunakan kapal peti kemas.
Dampak terhadap pergerakan penumpang
suntingDengan adanya pelayanan angkutan penyeberangan dengan frekuensi yang kerap akan mempermudah penumpang untuk melakukan perjalanan dan pada gilirannya akan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk melakukan perjalanan ulang alik/komuter seperti di Ujung – Kamal, Poka –Galala, perjalanan bisnis, perjalanan sosial, perjalanan wisata ataupun perjalanan lainnya.
Pergerakan angkutan penumpang semakin tinggi pada saat liburan anak sekolah dan pada waktu mudik lebaran ataupun pada akhir minggu panjang. Untuk mengatasi peningkatan pergerakan tersebut harus dilakukan maksimalisasi kapasitas penyeberangan melalui peningkatan frekuensi pelayanan. Lintasan yang pernah merupakan lintasan penumpang terpadat adalah lintasan Ujung – Kamal di Surabaya menuju Madura, tetapi setelah dibuka jembatan Suramadfu pada tahun 2009 yang lalu terjadi penurunan jumlah penumpang yang drastis.
Dampak terhadap pergerakan barang
suntingDengan pelayanan angkutan penyeberangan yang dilaksanakan secara reguler akan mengakibatkan biaya transportasi barang dan penumpang turun secara drastis, terutama dikawasan yang baru dibuka dengan pelayanan penyeberangan, dengan demikian harga bahan kebutuhan masyarakat menjadi lebih murah demikian pula hasil pertanian, barang dagang lainnya akan meningkat, karena bisa diekspor ke daerah lain.
Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar hubungan antara biaya dengan jarak untuk moda kapal konvensional, kapal ro-ro dan kapal petikemas, dimana kapal ro-ro akan efisien untuk jarak pendek menengah, kapal konvensional untuk menengah dan dan kapal petikemas untuk jarak jauh. Kapal petikemas menguntungkan untuk jarak jauh karena pemanfaatan ruang kapalnya lebih efisien dari kapal Ro-ro, tetapi sebaliknya kapal Ro-ro mempunyai keunggulan waktu bongkar muat dipelabuhannya sangat singkat, karena kendaraan masuk dan keluar kapal dengan menggunakan tenaga penggerak mobil itu sendiri.
Tarif angkutan barang sangat mempengaruhi jumlah pergerakan angkutan barang, dengan meningkatnya harga minyak dunia pada tahun 2010an terjadi peralihan angkutan laut ke angkutan darat tujuan jarak jauh dari pulau Jawa ke Sumatera ataupun jarak jauh didalam kedua pulau tersebut karena angkutan laut tidak disubsidi bahan bakarnya sedang di angkutan darat mendapatkan subsidi bahan bakar yang merubah keekonomian angkutannya, yang pada gilirannya terjadi lonjakan angkutan yang luar biasa pada Penyeberangan Merak - Bakauheni.
Dampak terhadap biaya transportasi
suntingDengan keberadaan kapal Ro-ro memberikan dampak langsung terhadap penurunan biaya logistik. Hal ini terutama terasa pada kawasan yang terisolasi yang baru dibuka dengan pelayanan kapal Ro-ro, harga bahan-bahan terutama bahan bangunan, sembako akan menurun dengan drastis yang pada gilirannya akan menurunkan harga barang-barang kebutuhan masyarakat, namun dipihak lain akan meningkatkan nilai jual dari barang-barang yang diproduksi dikawasan tersebut karena adanya pasar yang lebih luas sehingga dengan adanya pelayanan kapal Ro-ro secara reguler akan meningkatkan perekonomian masyarakat daerah terhubungkan tersebut.
Dampak terhadap strategi dan operasi logistik
suntingPrinsip logistik[4] merupakan penyerahan tepat waktu dan aman dari barang dan orang sangat penting bagi perekonomian dan tekanan untuk memberikan lebih cepat, lebih jauh dan selalu ada ketika dibutuhkan, disini prinsip just in time merupakan kunci keberhasilan sistem Logistik.
Menurut Ahmad Munawar[5] pergerakan ekonomi, jaringan distribusi dan sistem logistik barang dan jasa di Indonesia masih sangat tergantung pada sistem jalan raya. Demikian juga pergerakan penumpang intra dan antar wilayah. Awal tahun 1999, mobilitas ekonomi di seluruh Indonesia tergambar dalam tingkat utilisasi jalan nasional dan jalan provinsi sebesar 664,6 juta penumpang-km dan 144 juta ton-km per-hari, suatu peningkatan masing-masing 21 % dan 6,7 % dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu sistem jaringan transportasi yang stabil dan handal sangat menentukan efisiensi perekonomian.
Dengan semakin luasnya jaringan pelayanan kapal Ro-ro akan merubah cara melakukan ekspedisi/logistik angkutan barang akan semakin baik dan mudah serta lebih murah. Salah satu contoh yang dapat dilihat dalam pengangkutan sepeda motor baru dari pabrik ke dealer-dealernya dengan menggunakan mobil barang khusus pengangkut sepeda motor, angkutan semen baik yang dalam karung/zak maupun dengan menggunakan mobil barang khusus semen curah, angkutan sembako dan berbagai barang lainnya.
Dampak terhadap perkembangan daerah
suntingDalam era Otonomi daerah saat ini[1], transportasi memegang peranan penting bagi kelancaran pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Perubahan sistem dari sentralisasi menjadi desentralisasi membawa angin segar bagi daerah agar sebisa mungkin dapat mendayagunakan kemampuan dan potensi daerahnya untuk kelangsungan pembangunan. Distribusi barang dan jasa yang baik dan lancar menuntut keberadaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai agar distribusi mampu mengcover seluruh lingkup daerah tersebut.
Pembukaan daerah yang terisolasi dengan pelayanan kapal Ro-ro akan menjadi katalis pertumbuhan kawasan tersebut karena dengan menurunnya biaya transportasi akan meningkatkan daya saing daerah tersebut sehingga ekspor maupun impor dari daerah tersebut akan meningkat dengan drastis karena harga barang impor akan menurun dan harga barang ekspor dari daerah tersebut akan meningkat. Memang pada awalnya permintaan pelayanan penyeberangan masih rendah tetapi berdasarkan pengalaman akan terjadi pertumbuhan permintaaan yang nyata, yang didalam ekonomi pembangunan dianggap berada pada kurva pembelajaran (learning curve) dimana angkutan masih perlu disubsidi. Keadaan ini berubahan dengan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh lebih cepat dengan berubahnya waktu.
Dampak terhadap peluang bisnis baru
suntingMenurut Armin Atmajaya[6] Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah baik itu daerah perdesaan maupun daerah yang lainnya. Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan ekonomi didaerah ini menyebabkan pengurangan konsentrasi tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan ketrampilan pada wilayah tertentu, selain itu transportasi juga untuk membuka peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi perbedaaan antar wilayah sehingga mendorong terjadinya pembangunan antar wilayah.
Dengan adanya pelayanan penyeberangan yang baru akan membuka peluang bisnis yang baru di sekitar pelabuhan penyeberangan maupun pada sepanjang jalan dari dan ke pelabuhan seperti restoran, warung, pertokoan, hotel, usaha/kegiatan lainnya. Usaha agro binis juga akan berkembang sebagai akibat menurunnya biaya angkutan sehingga barang yang sebelumnya tidak dapat dipasarkan karena biaya tranport yang tinggi sekarang menjadi layak untuk diusahakan dan diperdagangkan, demikian juga halnya dengan kegiatan perindustrian maupun pariwisata akan berkembang dengan adanya kemudahan akses.
Dampak terhadap Pariwisata
suntingPariwisata merupakan industri gaya baru yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor lain meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, restoran, dan transportasi[7].
Dengan terbukanya pelayanan penyeberangan industri pariwisata yang sebelumnya tidak menarik untuk dikunjungi karena ketiadaan akses menjadi gampang dicapai. Lintas Padang Bai – Lembar, lintas Ketapang-Gilimanuk merupakan lintas yang padat diisi dengan turis mancanegara termasuk lintasan menuju pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur antara Labuan Bajo-Pulau Komodo menjadi lebih menarik untuk dikunjungi karena adanya transportasi penyeberangan yang memberikan pelayanan angkutan reguler yang teratur. Lintasan penyeberangan tidak hanya untuk menyediakan angkutan murah namun juga pemandangan yang indah dan menarik selama perjalanan, dapat melihat ikan paus[8] yang melintas di perairan Nusa Tenggara Timur.
Referensi
sunting- ↑ 1,0 1,1 Law Education, Transportasi Sebagai Aktivitas [1], diunduh pada tanggal 14 Agustus 2011
- ↑ UN-ESCAP, Inter-island Shipping: Issues and Strategies A Pilot Study on the Alleviation of Poverty in Remote Island Communities in Indonesia,New York 1999
- ↑ ADB, Bridges across Oceans, Initial Impact Assestmentof the Philippines Nautical Highway System and Lessons for Southeast Asia, Manilas, 2010
- ↑ Transport dan Logistik [2], diunduh tanggal 2 September 2011
- ↑ Ahmad Munawar, Pengembangan Transportasi Berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2007
- ↑ Armin Atmajaya, Pengaruh Perkembangan Transportasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi [3], diunduh tanggal 14 Agustus 2011
- ↑ Salah Wahab, Manajemen Kepariwisataan Terjemahan Frans Gromang, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1976
- ↑ Catatan Perjalanan Menuju Pulau Komodo [4] diunduh tanggal 2 September 2011