Mengadu Nasib dan Kejadian Lainnya

Oleh: Pijri Paijar

Ilustasi

Masih seperti biasa keadaan jalan penuh dengan asap kenalpot dan suara bising dari berbagai jenis klakson kendaraan. Terlihat pula sopir angkot yang sedikit mengeluh karena tidak mendapatkan penumpang sejak subuh tadi. Emak-emak super yang dengan gagahnya mengendarai motor dengan belanjaan di samping motornya yang begitu banyak tidak tertinggal meramaikan suasana jalanan yang sedikit becek itu.

Hari ini bertepatan dengan jadwal tes kerja Ratna, seorang mantan guru honorer yang sudah mengabdikan dirinya sebagai guru selama enam tahun. Hari ini Ratna mengadu nasib untuk bisa bekerja di sebuah pabrik tekstil yang cukup populer di daerahnya. Sebelum hari tersebut, Ratna sudah berpikir lebih dari seribu kali untuk sekedar resign sebagai guru honorer yang gajinya melebihi tetangganya yang hanya bekerja sebagai penjaga kantin di sekolah. Bahkan tidak lupa ia meminta saran ibunya yang masih hidup bersamanya untuk sekedar meminta masukan akan keputusannya yang cukup berat (dimata seorang Ratna). Akhirnya keputusannya ia laksanakan dengan mengikuti seleksi kerja di pabrik tersebut, dengan kesungguhan hatinya ia berikhtiar agar nasibnya bisa berubah.

Ojek sengaja Ratna pilih untuk pergi ke sebuah gedung yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan sebagai tempat tes. Tidak mengapa dia pikir harus mengeluarkan empat kali lipat dari ongkos angkot untuk membayar jasa tukang ojek yang ia tumpanginya. Sesampainya di tempat tes ia mencari tempat duduk untuk sekedar menunggu arahan dari pihak penyelenggara, kebetulan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan Ratna sudab lebih awal berbodong-bondong datang ke halaman gedung tersebut. Kurang lebih waktu menunjukan pukul 07.50 yang menandakan sepuluh menit lagi tes akan dimulai, suara toa dari seoarang pria yang berkalung id card serta tubuh yang sedikit gempal menyuarakan "Kepada bapak/ibu yang sudah memiliki kartu peserta tes silakan untuk mengalungkannya di leher, tes akan segera dilaksanakan tepat pukul 08.00, bagi yang tidak membawa ataupun belum punya mohon maaf tidak bisa mengikuti tes tersebut."

Ratna pun tidak lupa segera mengoreh-ngoreh tas punggungnya untuk sekedar mengeluarkan kartu peserta yang sudah dipakaikan nametag agar tidak terkena cipratan air dan mudah untuk dikalungkan di leher. Akhirnya tes pun dimulai, ia berada di ruang A03 sebagai tempat tesnya. Dari agenda yang diberikan panitia penyelenggara hari ini hanya tes tertulis saja dan Ratna sudah mempersiapkan itu sejak beberapa hari sebelumnya dengan mempelajari soal-soal tes kerja dari perusahaan-perusahaan negara, konon Ratna mendapat informasi dari teman kuliahnya soal yang akan diujikan bakal mirip-mirip dengan itu.

Durasi ujian tulis hanyalah dua jam, Ratna pun dengan penuh keoptimisan ia keluar dengan wajah yang sedikit bahagia karena berhasil menjawab semua pertanyaan, walaupun belum tahu hasilnya seperti apa. Selang dua jam ia manfaatkan untuk sekedar minum es jeruk di trotoar jalan gedung tersebut sambil menunggu pengunguman kelolosan ke tahap selanjutnya. Tadi panitia penyelenggara mengumumkan demikian. Hingga waktupun tak terasa, pengumuman sudah terpampang di papan informasi gedung tersebut, dengan penuh desakan para peserta Ratna pun mengalah dahulu untuk sekedar mencari namanya di sana. Suara bahagia dari yang lolos cukup menambah riuh suana, terlebih rasa kesal peserta yang tidak ada namanya di sana membuat suana makin campur aduk.

Setelah suasana lenggang ia menjulurkan telunjuknua untuk mencari nama dari abjad R dengan penuh kepastian Ratna mencarinya. Ratna Cantika Heriyadi terpampang di kertas urutan ke 41 dengan keterangan lulus ke tahap wawancara. Saat itu ia hanya bisa bersyukur dan ingin siap-siap pulang untuk mempersiapkan wawancara tersebut. "Satu langkah lebih dekat untuk lebih baik", ucap Ratna dalam hati ketika ia mendapati namanya lulus ke tahap berikutnya. Baju hitam putihnya membawa Ratna untuk naik angkot 023 yang arahnya melewati rumahnya. Di dalam angkot ia bertemu Santi, teman semasa kuliahnya yang sudah pulang ngajar dari sebuah SD Negeri yang ada di kotanya. Santi sudah dua tahun bersetatus pegawai negeri sipil, berbeda dengan Ratna pada saat ini. Mereka banyak berbincang tentang sedang mereka hadapi sekarang, hingga tidak terasa Santi turun duluan di halte depan sebuah bank. Tinggal beberapa halte lagi, Ratna akan segera turun dan sudah mempersiapkan kepalan uang dua ribuan dua untuk ongkosnya. Tibalah di halte tersebut dan ia pun tidak sabar ingin membawa kabar bahagian ini kepada ibunya.

***

Tinggal tiga hari wawancara akan dilaksanakan, tempatnya masih sama di gedung ketika waktu ujian tulis. Di rumah sederhananya yang terbuat dari bilik ia banyak mempelajari pertanyaan-pertanyaan wawancara kerja mulai dari artikel di mesin pencarian dan video dari aplikasi yang sudah tidak asing lagi. Ia dengan sungguh-sungguh mencatat berbagai pertanyaan dan cara menjawabnya, tidak lupa ia tambah-tambah jawaban dari hasil pemikirannya agar lebih pas kiranya yang ia pikirkan saat itu. Bahkan ia sempat bertanya kepada teman-temannya yang bekerja di perusahaan-perusahaan untuk sekedar meminta testimoni wawancara kerja dan bagaimana menjawabnya, ia lakukan sebagai ikhtiar agar bisa dengan lancar ketika wawancara. Terus saja Ratna ulang-ulang untuk sekedar bisa lancar dalam berbicara dan tidak kaku ketika menjawab pertanyaan nanti.

***

Jadwal wawancara pun tiba, Ratna kebagian di ruang B07 dengan nomor peserta AB40973 dan mendapat jadwal pada pukul 10.15 padahal ia sengaja datang lebih awal yang kiranya akan mendapatkan sesi pertama. Tidak hanya diam, Ratna manfaatkan untuk membaca ulang catatan-catatan yang sudah ia siapakan untuk wawancara hari ini. Ia sempat merasa cemas karena melihat orang-orang yang keluar dari ruang wawancara sedikit mengernyitkan dahinya, entah ia tidak bisa menjawab pertanyaan pewawancara atau salah dalam memjawab pertanyaan, dan itulah dua di antaranya banyaknya ketakutan Ratna dalam wawancara.

Akhirnya, jarum jam menunjukan pukul 10.15 dan seorang perempuan berambut pendek dengan id card di kalungkan memanggil nomor peserta AB40973 untuk segera masuk ke ruang wawancara. Ratna pun bergegas masuk dengan penuh rasa campur aduk. Kurang lebih tiga puluh menit ia ditanya berbagai pertanyaan oleh HRD perushaan tesebut, dan ia sangat bangga dalam dirinya karena bisa menjawab pertanyaan dengan begitu mantap. Ia bergegas pulang ke rumah untuk bisa beristirahat dari rasa tegang yang ia rasakan beberapa jam sebelumnya, bahkan dari satu minggu pasca pengumuman kelolosan ujian tulis.

Penguman tahap wawancara ini diinfokan oleh panitia penyelenggara memlalui surel surat elektronik masing-masing peserta, yang akan diinformasikan kurang lebih tiga hari ke depan. Ratna pun memanfaatkan hal tersebut dengan banyak berdoa dan meminta doa kepada ibunya, agar mendapatkan hasil yang terbaik. Ibunya pun berharap-harap cemas akan keputusann anaknya ini dalam memilih pekerjaan, terlebih ia memilih pabrik tekstil yang paling banyak diminati orang di kotanya.

***

Tepat pukul 10.00 ia mendapat surat elektronik dari HRD perusahaan tekstil tersbut, dan ia dinyatakan lulus. Ratna seketika sujud syukur dan memeluk ibunya dengan penuh haru, dan segera mempersiapkan untuk pemberkasan di dua hari ke depannya. Banyak sekali dokumen dokumen yang harus ia urus dan tentunya ia harus mengeluarkan uang untuk mempersiapkannya. Sedikit mengeluh memang Ratna rasakan, karena cukup rumit. Tapi ia kembali lagi ini sebagai ikhtiar dalam mengubah nasib sebagai tulang punggung keluarga ketika ayahnya sudah meninggal 2 tahun lalu. Akhirnya ia pun mengumpulkan dokumen tersebut kepada pihak HRD dan satu minggu selanjutnya ia akan menandatangani kontrak sebagai karyawan di pabrik tekstil tersebut. Tangis haru bahagia dari seorang Ratna begitu terasa. Ratna tidak sabat ingin memberikan SK ini kepada ibunya.