Merawat Kebaikan
Penulis
suntingSuci Wulandari saat ini tinggal di Yogyakarta. Penulis adalah lulusan Sastra Indonesia UGM yang suka menulis cerpen, puisi, dan opini pendek. Ia pernah bekerja sebagai pustakawan dan hobi berenang. Kini, penulis aktif berkegiatan sebagai blogger serta penulis konten lepas. Keikutsertaan dalam Proyek Yuwana diharapkan bisa menambah opsi bacaan literasi anak saat ini.
Premis
suntingPandu dan keluarganya pindah dari Jakarta ke Yogyakarta karena ayahnya mendapat pekerjaan baru di sana. Kini mereka tinggal bersama nenek Pandu. Rumah sang nenek dekat dengan pasar hewan. Pandu melewati pasar itu setiap pulang sekolah. Suatu hari, dia mendengar suara burung Kenari menangis penuh kesedihan. Ada apa sebenarnya?
Lakon
sunting- Pandu
- Kenari
Lokasi
suntingDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Cerita Pendek
suntingTerkadang, Pandu berharap dirinya adalah orang dewasa. Jika sudah dewasa, Pandu bisa tinggal sendiri dan tidak perlu ikut orang tuanya pindah ke Yogyakarta. Sayangnya saat ini Pandu masih kelas 5 SD. Pandu sedih karena harus meninggalkan Jakarta, lingkungannya, dan teman-temannya. Meski masih sebal, saat hari pertama sekolah di kota baru, Pandu takjub. Hanya sedikit temannya yang diantar naik mobil oleh orang tuanya ke sekolah. Lebih banyak yang naik sepeda, jalan kaki, atau naik bus.
Melihat itu, Pandu bilang ke ayahnya bahwa dia ingin ke sekolah naik sepeda. Pandu suka sekali bersepeda sebab hal itu membuatnya merasa bebas. Di Jakarta, Pandu hanya boleh naik sepeda di kompleks perumahannya saja sebeb jalan raya terlalu berbahaya dan padat. Sementara di Yogyakarta, Pandu diperbolehkan naik sepeda ke sekolah. Tentu saja hal itu membuat Pandu senang sekali. Agar tidak bosan, Pandu memilih jalur berbeda saat berangkat dan saat pulang sekolah.
Setiap pulang sekolah, Pandu melewati sebuah pasar hewan yang cukup ramai. Pandu belum pernah masuk ke pasar tersebut sebab setiap pulang sekolah dia sudah lelah dan ingin cepat pulang ke rumah. Sampai suatu hari ketika pulang sekolah, dia mendengar suara tangisan yang cukup kencang. Suara tangisan itu datang dari dalam pasar. Pandu yang sangat penasaran ingin sekali mencari sumber suara tangis itu tapi ia tidak berani masuk ke pasar sendirian.
Besoknya, suara tangis itu masih terdengar. Pandu pun akhirnya mengatakan pada Ayahnya agar ditemani ke pasar hewan tersebut. Ayahnya menyetujui permintaan Pandu, dan mereka pergi ke pasar hewan di hari Minggu. Saat masuk area pasar, suara tangis itu terdengar semakin jelas. Pandu mengikuti suara tersebut sampai berada di depan kios yang menjual berbagai jenis burung. Suara tangisan itu jelas berasal dari sana. Ternyata seekor burung Kenari sedang menangis sedih.
"Ada apa Kenari? Apa yang membuatmu bersedih?" tanya Pandu pada Kenari.
Burung Kenari itu terkejut dengan kehadiran Pandu. Sambil membuang ingusnya, si Kenari memperhatikan sosok Pandu. "Sangkarku sangat kecil dan sesak, aku merasa sangat terkurung di dalam sini," kata Kenari.
Pandu tidak tega melihat Kenari bersedih. Dengan persetujuan dari ayahnya, Kenari tersebut akhirnya dibeli dan dibawa pulang oleh Pandu. Setelah membawa pulang Kenari, Pandu dan ayahnya membuat sangkar burung yang lebih besar. Sangkar tersebut diletakkan di halaman belakang rumah dekat dengan pohon mangga. Dengan penuh semangat, Pandu mengajak Kenari masuk ke sangkar tersebut saat sudah jadi.
"Mulai hari ini, kamu tidak perlu menangis lagi. Sangkar barumu besar dan bersih. Tentu kamu akan senang, Kenari!" ujar Pandu.
Kenari mengamati sangkar besar yang akan jadi rumah barunya. Meski tidak lagi menangis, Kenari jarang tersenyum. Ia bahkan tidak pernah bernyanyi. Pandu berpikir, mungkin kesedihan di hati Kenari masih tersisa. Tapi Pandu yakin, Kenari akan segera ceria dan bernyanyi lagi. Setiap hari, Pandu menengok Kenari terutama sebelum berangkat dan setelah pulang sekolah. Pandu menceritakan kehidupannya pada Kenari, memberinya makan, memandikannya, dan membersihkan sangkar. Kebiasaan tersebut berlangsung selama beberapa minggu. Kenari sudah tidak pernah menangis lagi, meski belum juga terdengar nyanyian dari mulutnya.
Semakin hari, Pandu semakin sibuk di sekolah. Ia juga mulai akrab dengan teman-teman barunya sehingga jarang mengunjungi Kenari. Pandu juga sering menunda membersihkan sangkar Kenari sampai sudah sangat kotor dan bau. Air minum dan makannya tidak lagi diperhatikan oleh Pandu. Suatu sore yang terik, Pandu baru pulang sekolah dan bersiap untuk pergi bermain ke rumah temannya. Tiba-tiba, dia mendengar suara tangis Kenari. Pandu pun keluar menuju halaman belakang rumah. Ia menghampiri sangkar Kenari.
"Kenari, kenapa kamu menangis?" tanya Pandu.
Ditanya begitu, Kenari menangis semakin kencang. Pandu bingung kenapa Kenari tiba-tiba bersedih. Padahal dia sudah tidak pernah menangis lagi sejak dibawa pulang Pandu dari pasar hewan.
"Apa yang membuatmu sedih? Ceritakan padaku. Kita kan teman baik," ujar Pandu membujuk Kenari agar mau bicara.
Sambil masih terisak, Kenari mau menjawab Pandu. "Pandu, kamu sungguh tidak tahu alasanku bersedih?" tanya Kenari.
Dengan muka bingung, Pandu menggeleng.
"Pandu, kamu pikir aku bahagia setelah tinggal di rumahmu? Kamu pikir aku sedih karena tinggal di pasar hewan?" tanya Kenari.
Pandu mengangguk dengan yakin. Kenari menghembuskan napas panjang dan lelah. Pandu jadi semakin bingung. Apakah Kenari tidak bahagia tinggal di sini? Pandu bertanya-tanya dalam hatinya.
"Aku senang kita berteman, Pandu. Kamu manusia baik. Tapi cobalah perhatikan sangkarku ini."
Pandu mulai memperhatikan sangkar Kenari. Betapa terkejutnya dia saat menyadari bahwa sangkar tersebut sangat kotor dan bau. Pandu sudah berdiri di sebelahnya beberapa menit, tapi dia bahkan tidak menyadari hal itu sebelumnya. Tempat makan dan minum Kenari juga kosong. Saat diingat-ingat, terakhir Pandu memberinya makan beberapa hari yang lalu.
"Kamu sekarang sangat sibuk dengan kehidupanmu sampai lupa bahwa kamu bertanggung jawab untuk merawatku. Sejujurnya aku pun tidak bahagia berada di sangkar ini."
Kenari mulai menangis lagi. Pandu yang panik berusaha menengkan Kenari.
"Meski kamu sangat perhatian padaku, akan selalu ada waktu ketika kamu lupa dan tidak mengurusku. Hal itu membuatku bergantung kepadamu, Pandu. Padahal, saat aku hidup di alam, aku akan cari makan dan minum sendiri. Tidak perlu mengandalkan manusia, aku bisa bertanggung jawab pada hidupku sendiri."
Belum selesai, Kenari masih melanjutkan curahan hatinya.
"Meski sangkar ini lebih besar dari sangkarku sebelumnya, tapi aku tetap terkekang. Padahal aku suka sekali terbang bebas dan hinggap dari satu pohon ke pohon lain."
Pandu mulai memahami perasaan Kenari. Pantas saja Kenari selalu murung dan tidak pernah bernyanyi. Dia selama ini ternyata tersiksa saat dipelihara oleh manusia. Pandu merasa sangat bersalah karena dirinya juga mengurung Kenari selama ini. "Maafkan aku, Kenari. Aku pikir, aku berbuat baik dengan berusaha menolongmu dari pasar hewan. Tapi ternyata, yang kulakukan sama saja. Aku tidak menyadarinya." Pandu pun membuka pintu sangkar lebar-lebar dan mempersilahkan Kenari untuk keluar. Kenari terkejut dan tidak menyangka Pandu mau memahaminya.
"Terima kasih, Pandu. Kamu tidak perlu merasa bersalah. Aku tahu, kamu berniat baik dan ingin menolongku. Hanya saja, memang terkadang yang kita pikir baik belum tentu sesuatu yang benar untuk dilakukan," kata Kenari.
Kenari keluar dari sangkar dan mengepakkan sayap kecilnya. Dia mulai terbang di samping Pandu berdiri. Mereka berdua tertawa bahagia bersama. Kenari pamit pergi untuk menikmati kebebasannya di alam. Pandu melambaikan tangannya sambil menatap Kenari yang terbang menjauh. Dalam hati dia berkata, semua makhluk hidup pasti merasa sangat tersiksa jika dikurung. Untunglah Kenari sekarang bisa terbang bebas lagi. Pandu jadi teringat dirinya sendiri saat pertama bersepeda ke sekolah setelah kepindahannya dari kota besar. Rasanya sangat bebas dan senang. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh Kenari.
Meski Kenari telah dilepas ke alam, Pandu tetap berteman baik dengannya. Tak jarang, Kenari mengunjungi Pandu dan duduk di pohon mangga dekat sangkarnya dulu. Saat berkunjung, sesekali Kenari akan menyanyi riang untuk Pandu.